Identik Jadi Hidangan Perayaan saat Agustusan, Ini Makna Filosofis Dibalik Nasi Tumpeng
Sejarah nasi tumpeng dan makna filosofis dibaliknya.
Sejarah nasi tumpeng dan makna filosofis dibaliknya.
Identik Jadi Hidangan Perayaan saat Agustusan, Ini Makna Filosofis Dibalik Nasi Tumpeng
Tumpeng menjadi salah satu hidangan yang kerap disajikan di berbagai acara termasuk peringatan HUT RI.
Makanan ini disajikan dengan meletakkan nasi berbentuk kerucut di bagian tengah, kemudian dikelilingi lauk-pauk dan sayuran.
Umumnya, jenis nasi yang digunakan untuk membuat tumpeng adalah nasi kuning.
Ternyata, ada makna filosofis sendiri dibalik hidangan satu ini. Apa saja? Simak ulasannya:
- Perbedaan Filosofis Urap, Gudangan, dan Trancam, Hidangan Tradisional dalam Upacara Slametan yang Sarat Makna
- Jadi Salah Satu Sajian Lebaran, Ini Makna Filosofis Hidangan Lepet
- Mencicipi Hidangan Bubur Lodeh, Sajian Buka Puasa Khas Masjid Agung Kendal
- Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
Sejarah Tumpeng
Setelah kebudayaan Hindu masuk ke Jawa, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.
Meskipu tradisi tumpeng telah ada sejak lama, dalam perkembangannya, tradisi tumpengan kemudian diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa.
Filosofi Tumpeng
Secara umum, filosofi tumpeng lekat kaitannya dengan perwujudan nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Tak heran, tumpeng sering disajikan dalam berbagai acara seperti pengajian atau peresmian suatu tempat.
Melansir dari laman goodnewsfromindonesia, disebutkan jika nama tumpeng berasal dari singkatan Bahasa Jawa.
"yen metu kudu mempeng" yang berarti, "jika keluar harus semangat".
Dalam filosofi Jawa, nasi tumpeng harus terdiri dari 7 lauk pauk, seperti:
Pada awalnya nasi tumpeng berbahan dasar nasi putih yang memiliki filosofi bahwa sesuatu yang kita makan harus bersih dan suci.
Namun, seiring perkembangan nasi tumpeng memiliki varian tertentu mulai dari nasi uduk hingga nasi kuning.
2. Ayam
Ayam yang digunakan adalah ayam kamung jantan atau ayam jago.
Dalam filosofi orang Jawa, ayam jago dipilih untuk menghindari sifat-sifat buruk ayam jago seperti sombong dan selalu menyela.
3. Ikan
Tidak hanya ayam, sebenarnya ikan juga digunakan sebagai lauk nasi tumpeng.
Ikan lele menjadi simbol dari ketabahan dan keuletan dalam hidup.
Hanya saja tak banyak orang mengetahui tentang hal ini.
4. Telur Rebus
Telur dalam cangkang memiliki filosofi bahwa sesuatu yang dikerjakan harus dengan teliti (mengupas telur) untuk mencapai hasil yang maksimal.
Biasanya, nasi tumpeng juga disajikan dengan lauk pauk sayuran yang biasa disebut dengan urap-urap. S
etiap komponen pada urap-urap sendiri memiliki maknanya masing-masing.
6. Ikan teri
Filosofi ikan teri itu sendiri ialah ikan teri selalu hidup bergerombol yang melambangkan kebersamaan dan kesatuan.
7. Cabai Merah
Cabai merah melambangkan api yang memberikan penerangan yang bermanfaat bagi orang lain.
Biasanya cabai merah digunakan sebagai hiasan pada nasi tumpeng.