Perang Iran Vs Israel Akan Meletus Dalam Beberapa Hari, Media Asing Sebut Rudal Sudah Diarahkan
Perang Iran vs Israel akan meletus dalam beberapa hari sebagai bentuk pembalasan terbunuhnya Kepala Politik Hamas Ismael Haniyeh di Teheran.
Kelompok pejuang Palestina Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan pembunuhan atas kepala politik Hamas Ismael Haniyeh di Teheran.
Diketahui, Israel membunuh Komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut. Hal ini membuat keadaan di Timur Tengah kian memanas mengakibatkan perang Iran dan Israel meletus dalam beberapa hari.
- Mengapa Iran Tidak Juga Melancarkan Serangan Balasan ke Israel? Begini Analisis Pakar
- Pemimpin Hamas Dibunuh, Iran-Israel Bakal Segera Perang?
- Khaled Meshaal Disebut-sebut Calon Pemimpin Baru Hamas Pengganti Ismail Haniyeh, Pernah Diracun Israel Tapi Selamat
- Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Timur Tengah
Media asing bahkan menyebut rudal sudah mulai diarahkan. Simak selengkapnya dalam ulasan berikut, Kamis (8/8).
Melansir dari Antara, laporan diberitakan oleh Anadolu bahwa dua orang yang berasal dari kelompok bertugas mengamankan tamu dan gedung para tamu undangan menginap meletakkan alat peledak di bawah tempat tidur Haniyeh.
“Iran sendiri menyadari hal ini setelah pembunuhan itu, ketika para penjaga terlihat dalam rekaman kamera keamanan pada hari pembunuhan itu bergerak diam-diam di lorong menuju kamar tempat Haniyeh berencana untuk tinggal, membuka pintu dengan kunci dan memasuki ruangan," kata laporan itu.
"Tiga menit kemudian para penjaga (yang masing-masing ditawari uang banyak serta relokasi langsung ke negara Eropa utara) terekam kamera dengan tenang meninggalkan ruangan, menuruni tangga menuju pintu masuk utama gedung, meninggalkan gedung, lalu masuk ke dalam mobil hitam,” sambung laporan tersebut.
Hal tersebut kemudian diidentifikasi oleh petugas parkir dan membuka gerbang tanpa bertanya apa pun dan satu jam kemudian mulai dilakukan evakuasi Iran oleh Mossad. Usai melanjutkan pembunuhan terhadap Haniyeh, Mossad mencari momen tepat guna melaksanakan rencana.
Saat itulah Haniyeh menerima undangan ke Teheran untuk pelantikan presiden Iran yang baru Masoud Pezeshkian. Surat kabar itu menambahkan Mossad bersama bantuan unit intelijen 8200 (unit IDF yang bertanggung jawab atas operasi rahasia), melakukan penyadapan panggilan telepon penyelenggara pelantikan dan tamu undangan.
"Ketika Haniyeh mengonfirmasi kedatangannya, Mossad mulai melaksanakan rencananya, melenyapkan Haniyeh di wisma tamu tempat ia biasa menginap selama kunjungannya ke Teheran," ungkapnya.
Atas terbunuhnya Haniyeh, Iran akan bersumpah memberikan hukuman keras untuk Israel. Kelompok Hizbullah Lebanon diperkirakan akan membalas usai Israel membunuh Shukr dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada 30 Juli lalu.
Tanggapan Gedung Putih AS
Pihak Amerika Serikat (AS) meyakini bahwa serangan dari Iran atau kelompok Hizbullah pada Israel sudah dimulai, menurut Gedung Putih.
“Saya ingin menambahkan bahwa meski kami tidak yakin respons telah dimulai, kami tetap prihatin dengan meningkatnya kekerasan, termasuk penembakan pesawat tak berawak oleh Hizbullah ke Israel," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan seperti dikutip dari Antara.
AS melakukan pembicaraan agar mencoba untuk meredakana situasi di Timur Tengah. Pihaknya berkata bahwa presiden Joe Biden sangat fokus meluruhkan ketegangan di sana.
"Dia sangat tegas dalam memastikan bahwa kami terus mencoba meredakan ketegangan di kawasan," kata Jean-Pierre.
"Fokus kami saat ini adalah memastikan bahwa kami terus berupaya menurunkan ketegangan di kawasan, dan itulah yang telah dilakukan presiden.
"Dia sangat fokus dalam hal itu, berbicara dengan mitra kami untuk memastikan bahwa kami menyelesaikannya," katanya.
Serangan Dilakukan Iran Sebagai Bentuk Pembalasan Terbunuhnya Haniye Pemimpin Hamas Haniyeh
Melansir dari laman Liputan6, pembalasan yang dilakukan Iran kali ini mungkin akan lebih dahsyat, mengingat rasa malu yang besar lantaran seorang pejabat asing berhasil terbunuh di jantung ibu kotanya.
Pilihannya berkisar dari serangan langsung ke Israel hingga meminta proksinya untuk meningkatkan serangan ke negara itu hingga menyerah target Israel di seluruh dunia.
Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami di hari Senin (5/8) mengulangi ancaman bahwa Israel “akan menerima hukuman pada waktunya”.