Ternyata China Tak Lagi Juara 1 Populasi Terbanyak di Dunia, ini Negara yang Menggantikannya
Jumlah penduduk China menjadi keunggulan kompetitif bagi pertumbuhan industri dan tenaga kerja murah.
Jumlah penduduk di China telah menjadi isu penting dalam percakapan global, terutama karena negara ini sebelumnya dikenal sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia. Dengan lebih dari 1,4 miliar orang, China memiliki pengaruh besar dalam ekonomi dan politik global.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terlihat adanya perubahan demografis yang signifikan, yang memengaruhi dinamika di dalam negeri dan hubungan internasional negara tersebut. Pada tahun 2023, populasi China mulai mengalami penurunan, disebabkan oleh angka kelahiran yang menurun tajam dan peningkatan jumlah kematian.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Kapan Heatwave terjadi di Asia Tenggara? Baru-baru ini, beberapa negara di Asia Tenggara dilanda gelombang panas atau heatwave yang menyebabkan suhu ekstrem. Beberapa negara yang terdampak termasuk Filipina, Thailand, dan negara-negara lain di Asia Tenggara.
-
Bagaimana Heatwave bisa terjadi? Gerakan semu Matahari pada akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran Matahari sangat terik dan memberikan latar belakang kondisi yang panas.
-
Apa itu Heatwave? Gelombang panas atau heatwave di Asia Tenggara dan Asia Selatan menjadi sorotan karena suhu yang mencapai tingkat ekstrem. Beberapa negara mengalami suhu di atas 40 derajat Celsius, bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
-
Apa yang dimaksud dengan heat stroke? Heat stroke atau sengatan panas bisa terjadi saat suhu tubuh seseorang mengalami peningkatan drastis, hingga di atas 40 derajat dalam waktu yang cepat. Gara-gara kondisi tersebut, sistem internal tubuh pun perlahan mulai mati.
-
Mengapa heatstroke berbahaya? Heatstroke adalah kondisi yang mengancam jiwa karena berpotensi menyebabkan disfungsi multi-organ.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai masa depan ekonomi dan kemampuan negara untuk mempertahankan pertumbuhan. Penurunan jumlah penduduk ini juga menyebabkan posisi China sebagai negara dengan populasi terbanyak tergeser oleh India pada tahun 2024.
Salah satu penyebab utama turunnya angka kelahiran adalah kebijakan satu anak yang diterapkan di China selama beberapa dekade. Meskipun kebijakan ini telah diperlonggar menjadi dua anak, dan bahkan tiga anak, dampak dari kebijakan tersebut masih dirasakan hingga kini.
Dengan tingkat kelahiran yang rendah dan tantangan ekonomi yang semakin meningkat, masa depan demografi China menjadi perhatian banyak pihak. Berikut adalah informasi mengenai jumlah penduduk China dan dampaknya terhadap dunia yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (26/9/2024).
China dan Perkembangannya
Tiongkok, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau Republik Rakyat Cina (RRC), merupakan sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Timur dengan Beijing sebagai ibu kotanya.
Negara ini memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, dengan estimasi lebih dari 1,4 miliar jiwa pada awal tahun 2024, dan luas wilayahnya mencapai 9,69 juta kilometer persegi. Dengan luas tersebut, Tiongkok menempati posisi sebagai negara terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Kanada.
- Jarang Terjadi, Pemerintah China Salurkan BLT Demi Dongkrak Ekonomi
- Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
- Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
- Proyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
Sejak didirikan pada tahun 1949, pasca Perang Saudara Tiongkok, negara ini dikelola di bawah satu partai politik, yaitu Partai Komunis Tiongkok (PKT). Meskipun dikelola sebagai negara komunis, banyak sektor ekonominya telah mengalami privatisasi sejak tahun 1980-an, walaupun pemerintah masih mempertahankan kontrol melalui perusahaan-perusahaan milik negara, terutama di sektor perbankan dan industri strategis lainnya.
Secara ekonomi, Tiongkok telah lama diakui sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia. Selama lebih dari dua ribu tahun, negara ini telah mengalami berbagai fase kejayaan dan kemunduran, tetapi tetap menjadi salah satu ekonomi terbesar dan paling kompleks di dunia.
Setelah reformasi ekonomi yang dimulai pada tahun 1978, Tiongkok mengalami perubahan besar dan tumbuh menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Pada tahun 2013, Tiongkok menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) nominal serta paritas daya beli (purchasing power parity/PPP).
Selain itu, negara ini juga merupakan eksportir dan importir terbesar di dunia, yang memiliki pengaruh signifikan dalam perdagangan internasional. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini didorong oleh kemajuan teknologi dan industrialisasi, menjadikan Tiongkok sebagai pusat manufaktur global.
Di samping kekuatan ekonominya, Tiongkok juga diakui sebagai kekuatan militer yang tangguh. Negara ini memiliki arsenal senjata nuklir dan angkatan bersenjata terbesar di dunia dengan jutaan tentara aktif.
Belanja militer Tiongkok tercatat sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Sejak tahun 1971, Tiongkok menjadi salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan aktif dalam berbagai organisasi internasional lainnya, seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), APEC, BRICS, Organisasi Kerjasama Shanghai, dan G-20.
Posisi strategis Tiongkok dalam diplomasi global menjadikannya sebagai kekuatan besar di Asia dan salah satu kandidat potensial untuk menjadi superpower di masa depan, menurut pandangan banyak pengamat internasional. Dengan pengaruhnya yang meluas di berbagai bidang, Tiongkok terus berperan penting dalam menentukan arah perkembangan politik, ekonomi, dan keamanan global.
Jumlah Penduduk China Tahun 2024 & Penyebab Digeser India
Menurut informasi dari situs statistik real-time Worldometers pada 25 Januari 2024, populasi dunia telah mencapai 8,08 miliar jiwa. Saat ini, India menduduki posisi teratas sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak, sekitar 1,44 miliar jiwa, menggeser China yang sebelumnya berada di posisi pertama dengan populasi 1,43 miliar jiwa.
Pergeseran ini terjadi akibat penurunan jumlah penduduk di China dalam dua tahun terakhir, yang telah membawa negara tersebut ke dalam tantangan demografis baru. Penurunan populasi di China dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk dampak kematian akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, tingkat kelahiran di negara itu juga mencatat angka terendah dalam sejarah, dengan hanya 6,39 kelahiran per 1.000 penduduk pada tahun 2023, dibandingkan dengan 6,77 pada tahun 2022. Situasi ini diperburuk oleh tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda dan penurunan gaji pekerja kantoran, yang membuat pasangan enggan untuk memiliki anak.
Akibatnya, pada tahun 2023, jumlah penduduk China turun sebesar 2,08 juta, dari 1,4118 miliar pada tahun 2022 menjadi 1,4097 miliar. Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 9 juta bayi lahir, angka kelahiran terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1949, sementara jumlah kematian mencapai 11,1 juta, yang merupakan angka tertinggi dalam lima dekade terakhir.
Penurunan jumlah kelahiran ini mencerminkan tren yang terus menurun selama tujuh dekade. Dengan angka kematian 7,87 per 1.000 orang pada tahun 2023, China menghadapi krisis demografi yang serius. Data ini mencakup 31 provinsi, daerah otonom, dan kotamadya, serta anggota militer, namun tidak termasuk warga asing.
Salah satu faktor utama penurunan populasi di China adalah kebijakan satu anak yang diterapkan dari tahun 1980 hingga 2015, yang berkontribusi pada penurunan angka kelahiran lebih cepat dibandingkan negara lain. Menurut laporan Pusat Penelitian Pembangunan Dewan Negara, China hanya membutuhkan waktu 20 tahun untuk menurunkan tingkat fertilitas dari 5,5 menjadi 2,1, sementara negara-negara di Asia Timur lainnya memerlukan rata-rata 30 tahun untuk mencapai tingkat yang sama.
Tingkat fertilitas 2,1 dianggap sebagai "angka ajaib" yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi. Sebagai perbandingan, rata-rata tingkat fertilitas global turun dari 5 menjadi 2,3 dalam waktu 58 tahun.
Pengaruh Populasi China terhadap Global
1. Pengaruh Ekonomi
Populasi China yang sangat besar menjadikannya sebagai pasar konsumen paling besar di dunia, menciptakan peluang ekonomi yang signifikan bagi perusahaan-perusahaan global. Banyak perusahaan multinasional berusaha memasuki pasar China untuk menawarkan produk dan layanan mereka.
Pasar domestik yang luas di China, yang didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global. Sebagai pusat manufaktur dunia, China juga memainkan peran penting dalam rantai pasokan global, dengan produk-produk yang dibuat di China tersedia di seluruh dunia.
Namun, pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh populasi yang besar ini juga menghadirkan tantangan. Populasi yang besar meningkatkan permintaan energi, yang berdampak pada kenaikan harga komoditas global seperti minyak dan gas.
Selain itu, penurunan populasi usia kerja akibat penuaan penduduk dapat memicu dampak negatif berupa kenaikan biaya produksi dan penurunan output dari industri manufaktur yang selama ini menjadi pilar ekonomi global.
2. Pengaruh terhadap Lingkungan
Dengan jumlah penduduk yang besar, China menjadi salah satu negara dengan konsumsi energi tertinggi di dunia. Ini berdampak langsung pada tingginya emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim global.
Saat ini, China merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, dengan pembakaran bahan bakar fosil yang masih mendominasi sektor energinya. Polusi udara di kota-kota besar di China menjadi salah satu isu lingkungan yang paling serius, yang tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat lokal tetapi juga kualitas udara di negara-negara tetangga.
Untuk mengatasi isu ini, pemerintah China mulai menerapkan kebijakan yang lebih berorientasi pada lingkungan, termasuk investasi besar dalam energi terbarukan dan program reforestasi. Namun, mengingat ukuran populasi yang sangat besar, transisi menuju ekonomi hijau akan memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan, serta memiliki dampak global yang besar terhadap pencapaian target iklim internasional.
3. Pengaruh Tenaga Kerja dan Perubahan Demografi
Dalam beberapa dekade terakhir, China telah menjadi salah satu penyedia tenaga kerja terbesar di dunia, khususnya di sektor manufaktur. Produk-produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang terjangkau dari China mendominasi pasar global, menawarkan harga kompetitif untuk berbagai barang, mulai dari elektronik hingga tekstil.
Namun, perubahan demografis yang terjadi di China, seperti penurunan angka kelahiran dan meningkatnya populasi lanjut usia, mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja produktif. Penurunan ini berpotensi mengganggu rantai pasokan global dan meningkatkan biaya produksi.
Dengan semakin menurunnya populasi usia kerja, perusahaan-perusahaan global yang selama ini bergantung pada tenaga kerja dari China mungkin perlu mencari alternatif di negara lain. Kenaikan upah di China, yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah pekerja, juga dapat memicu inflasi global dan memengaruhi daya saing produk yang dihasilkan oleh negara tersebut.
4. Pengaruh Geopolitik dan Diplomasi Global
Besarnya jumlah penduduk di China juga memberikan pengaruh yang signifikan dalam diplomasi internasional. Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terkuat di dunia, China memanfaatkan ukuran populasinya dan kekuatan ekonominya untuk memperkuat pengaruh politiknya secara global.
Kini, China berperan penting dalam organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Negara ini juga terlibat dalam proyek-proyek besar seperti Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative), yang bertujuan untuk menghubungkan ekonomi global melalui investasi infrastruktur di berbagai negara.
Kehadiran populasi yang besar juga memberikan China keunggulan dalam negosiasi perdagangan internasional. Negara-negara lain sangat bergantung pada pasar konsumen China, sehingga memberikan Beijing kekuatan besar dalam menentukan kebijakan perdagangan global.
Dalam konteks lingkungan, China juga memainkan peran penting, mengingat dampak lingkungannya yang besar. Dengan adanya tekanan global untuk mengurangi emisi, diharapkan China akan mengambil langkah lebih lanjut dalam memimpin inisiatif hijau, yang dapat memengaruhi kesepakatan iklim di masa mendatang.