Ternyata Ikan Mujair Dulunya Hidup di Laut, Pria Jawa ini yang Sukses Ubah Habitatnya ke Air Tawar
Dikenal sebagai salah satu ikan air tawar paling populer, siapa sangka ikan mujair dulunya hidup di laut sebelum akhirnya berhasil dibudidaya ke air tawar.
Dikenal sebagai salah satu ikan air tawar paling populer, siapa sangka ikan mujair dulunya hidup di laut sebelum akhirnya berhasil dibudidaya ke air tawar oleh seorang pria asal Jawa Timur.
Ternyata Ikan Mujair Dulunya Hidup di Laut, Pria Jawa ini yang Sukses Ubah Habitatnya ke Air Tawar
Adalah Mbah Moedjair, sosok di balik berpindahnya habitat ikan mujair ke air tawar. Mbah Moedjair sangat dikenal oleh warga sekitar Pantai Serang di Blitar, Jawa Timur.
Dirinya bukanlah ilmuwan namun penemuan hebatnya dikenal hingga saat ini. Berkat tangannya, ikan mujair yang dulu adalah ikan laut kini bisa dibudidaya di air tawar.
Namun tidak banyak yang tahu kisahnya kala itu yang berhasil menemukan ikan mujair dan membudidayakannya di air tawar. Siapakah mbah Moedjair?
Dilansir dari akun TikTok @eltha.story, Selasa (24/10) berikut informasi selengkapnya.
- Viral Rumah di Tengah Laut Berombak Besar dan Tak Ada Jembatan, Netizen 'Namanya Hidup Uji Nyali'
- Melihat Desa Paling Basah di Dunia, Setiap Hari Turun Hujan Lebat & Berdurasi Lama
- Karhutla di Sumsel Tak Kunjung Padam Meski 'Dihujani' 18,1 Juta Liter Air, Ini Penyebabnya
- Peneliti Ungkap Tanda Awal Kehidupan di Bumi Ditemukan di Gunung Api Dasar Laut Terbawah, Di Sini Lokasinya
Kisah Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair
Mbah Moedjair yang memiliki nama asli Iwan Dalauk lahir di Desa Kuningan, Kota Blitar tahun 1890 dari pasangan Bayan Isman dan Rubiyah.
Mbah Moedjair meninggal pada 7 September 1957 akibat penyakit asma yang dideritanya.
Awal mula Mbah Moedjar menemukan ikan mujair adalah saat dirinya berkunjung dan mandi di Pantai Serang, Blitar Selatan.
Ikan tersebut menyimpan anak di mulut induknya saat ada bahaya dan keluar setelah situasi aman.
Berhasil Pelihara Ikan Mujair di Gentong dengan Air Tawar
Karena tertarik untuk memelihara ikan tersebut, Moedjair akhirnya menangkap dan memelihara di sebuah gentong yang berisi campuran air asin dan air tawar.
Keberhasilannya baru terlaksana setelah 11 kali percobaan dengan cara sedikit demi sedikit menurunkan kadar campuran air asin dalam gentong pemeliharaan.
Tiap kali gagal, Mbah Moedjair selalu datang kembali ke Pantai Serang yang berjarak 35 kilometer dari rumahnya dan harus menempuh waktu 2 hari 2 malam sampai menembus hutan belantara serta naik turun bukit untuk membawa pulang ikan itu.
Pada percobaan yang ke 11 Mbah Moedjair berhasil mendapatkan 4 ekor ikan yang benar-benar bisa bertahan hidup di air tawar dan bisa dikembang-biakan.
Percobaan ini berhasil dilakukan Mbah Moedjair pada 25 Maret 1956 dan tertulis di dinding makamnya saat ini.
Hasil budidaya tersebut akhirnya disebar ke tetangganya dan juga sebagian dijual.
Dari hasil 4 ekor ikan hasil budidaya Mbah Moedjair itulah sampai saat ini ikan tersebut mudah dijumpai di kolam, telaga, sungai, dan danau di Indonesia.
Diabadikan Jadi Nama Ikan yang Ditemukannya
Makam Mbah Moedjair masih bisa ditemukan di Kanigoro, Blitar, Jawa Timur dan dimakamkan di sebelah istrinya yaitu Fatimah.
Salah satu penghargaan atas usaha Mbah Moedjair adalah pemberian nama Moedjair pada ikan yang ditemukannya dari Pemeritahan Hindia Belanda melalui asisten resident Kediri yang tertarik dengan usaha Mbah Moedjair.
Penghargaan dari Pemerintahan Republik Indonesia adalah dari Kementerian Pertanian tahun 1951 dan Penghargaan Internasional diterima dari Konsul Komite Perikanan Indo Pasifik tahun 1953.