Desa sulit berkembang sebab tak listrik tak tersedia
Desa memiliki segudang potensi sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi listrik.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, rasio elektrifikasi di Indonesia baru 84,12 persen. Artinya, masih ada 10 juta rakyat Indonesia yang belum menikmati listrik.
Persoalan ini menjadi penghambat kemajuan desa, terutama di wilayah terpencil. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes-PDTT) Marwan Jafar mengakui, listrik dibutuhkan masyarakat pedesaan tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga untuk mendukung proses produksi dan kegiatan usaha.
-
Apa yang dimaksud dengan energi listrik? Energi listrik adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan, khususnya elektron, melalui suatu penghantar atau rangkaian tertutup.
-
Apa yang membuat elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta merosot? Selain itu, Golkar berasumsi belum mengusung Ridwan Kamil ke Jakarta karena elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta merosot Ketika Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) muncul di bursa Pilkada Jakarta 2024.
-
Kapan Kota Solo resmi dialiri listrik? Pada 12 Maret 1901, Kota Solo resmi dialiri listrik.
-
Apa yang menjadi pemicu semangat Jakarta Electric PLN untuk bangkit? Ketertinggalan menjadi sesuatu yang memacu semangat. Hal inilah yang berhasil dibuktikan oleh Jakarta Electric PLN yang berhasil comeback atas Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas pencurian arus listrik di Medan? Agung mengatakan, dalam kasus ini, listrik yang dikelola PLN melalui proses pembangkit listrik disalurkan secara ilegal ke aktivitas penambangan Bitcoin tersebut.
-
Siapa yang membangun jaringan listrik di Yogyakarta? ANIEM mulai membangun jaringan listrik di Kota Yogyakarta pada tahun 1914, tepatnya di kawasan hunian orang Eropa di Kotabaru.
Jika kebutuhan listrik tidak terpenuhi, sulit memajukan pedesaan. Padahal ini janji pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
"Bagaimana desa mau berkembang, pelayanan sosialnya berjalan, kegiatan ekonominya maju, masyarakatnya sejahtera, jika kebutuhan energi listriknya saja tidak terpenuhi dengan baik?" ujar Marwan melalui siaran pers diterima Minggu (15/2).
Sesungguhnya, desa memiliki segudang sumberdaya alam yang dapat menghasilkan energi listrik, baik dari sumber pertanian yang bisa menghasilkan biofuel dan agrofuel, maupun dari sumber nonpertanian seperti penggunaan mikrohidro, tenaga surya dan biogas.
"Semua sumber daya ini tersedia di desa, sifatnya terbarukan dan ramah lingkungan, bisa menghasilkan energi listrik yang mencukupi kebutuhan desa secara mandiri tanpa tergantung lagi pasokan dari luar" katanya.
Desa perlu didorong untuk mewujudkan kemandirian energi di saat PLN selalu mengeluhkan soal keterbatasan infrastruktur untuk mengaliri listrik ke desa terpencil. Potensi sumber daya alam yang ada di desa perlu dimanfaatkan secara maksimal.
"Kita akan dorong setiap desa memiliki kemampuan untuk memenuhi sendiri lebih dari 60 persen kebutuhan energi listriknya dan bahan bakarnya, dari energi terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan sumberdaya yang dimiliki desa," ucapnya.
Untuk mewujudkan ini, diakuinya pemerintah tidak bisa berperan sendiri. Perlu ada keikutsertaan dunia usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Politisi PKB ini berencana menggandeng BUMN dan pengusaha swasta untuk mendukung program ini.
"Jika desa dapat mewujudkan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan energinya, saya optimis desa dengan sendirinya akan berkembang, kegiatan sosial dan ekonominya akan berjalan baik, masyarakatnya bisa berusaha dan bekerja, memiliki pendapatan untuk hidup layak dan sejahtera" imbuhnya.
(mdk/noe)