Ekonomi Thailand Amburadul, Banyak Masyarakat Terjerat Utang dan Tak Mampu Bayar
Banyak orang terjebak utang dengan suku bunga tinggi.
Perekonomian Thailand sedang mengalami kondisi yang lesu. Bahkan, dalam survei yang dilakukan Universitas Kamar Dagang Thailand menunjukkan utang rumah tangga meningkat tajam, namun kesulitan melunasi utang mereka.
Dilansir dari Channel News Asia (CNA), rata-rata utang per rumah tangga adalah 606.378 baht atau setara Rp276 juta, naik 8,4 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini adalah tingkat utang rata-rata tertinggi sejak survei dimulai pada tahun 2009.
- Indonesia Masih Unggul, Pertumbuhan Ekonomi Negara Tetangga Ini Hanya 3 Persen
- Ekonomi Lemah, Wanita Paruh Baya di Kampung Terpencil Ini Tidak Tahu Nilai Rupiah
- Ekonomi Tengah Lesu, Pemerintah Thailand Kasih BLT Rp4,5 Juta Per Orang
- Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Utang tersebut telah membebani ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonominya tertinggal dari negara-negara tetangga karena negara ini juga menghadapi biaya pinjaman yang tinggi selama satu dekade dan ekspor yang lemah di tengah pemulihan yang lambat di mitra dagang utamanya, China.
Pemerintah dan bank sentral telah menyatakan kekhawatirannya atas utang rumah tangga negara itu Rp7.462 triliun atau sekitar 90,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir Maret 2024, salah satu yang tertinggi di Asia.
Data Dana Moneter Internasional tahun 2022 menunjukkan utang rumah tangga sebesar 66,9 persen PDB untuk Malaysia dan 48,6 persen untuk Singapura.
Survei terhadap 1.300 orang selama 1-7 September menemukan mayoritas responden memiliki masalah dengan pembayaran utang selama setahun terakhir dan akan menghadapi masalah yang sama pada tahun berikutnya.
"Kami telah menghadapi masalah utang untuk waktu yang lama dan kami tidak dapat menyelesaikan apa pun," kata presiden universitas Thanavath Phonvichai dalam sebuah pengarahan.
Dari rata-rata utang, 30 persen adalah pinjaman informal, naik dari sekitar 20 persen pada tahun 2023 karena bank telah memperketat kredit, kata Thanavath.
Marak pinjaman di rentenir ilegal
Penggunaan rentenir ilegal marak di kalangan keluarga berpenghasilan rendah yang tidak mampu mendapatkan pinjaman bank, banyak orang terjebak utang dengan suku bunga tinggi.
Federasi Industri Thailand telah memangkas target penjualan kendaraan domestik tahun ini sebesar 200.000 unit menjadi 550.000, dengan alasan bahwa utang rumah tangga yang tinggi dan aturan pinjaman yang lebih ketat telah memukul permintaan.
Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk memperbaiki masalah utang. Ia mengatakan bank sentral harus membantu peminjam ritel, dan bahwa ia akan berbicara dengan bank-bank tentang pemberian bantuan lebih lanjut kepada debitur.
Perdana Menteri baru Paetongtarn Shinawatra , yang menjabat bulan lalu, telah berjanji untuk segera menstimulasi perekonomian.
Pemerintah mengatakan pada hari Senin akan mendistribusikan 145 miliar baht (Rp66 triliun) dari program stimulus "dompet digital" bulan ini, lebih awal dari yang dijadwalkan, untuk mendukung kelompok rentan.