Vita mencoba berjualan kaktus. Dia mengawalinya dengan 30 tanaman.
Vita Aprilia Safitri, seorang wirausahawan dari keluarga sederhana kini sukses menjadi petani di pakis Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Vita menceritakan kisah suksesnya menjadi seorang petani melalui Channel Youtube CapCapung.
Pada awalnya, Vita merupakan guru honorer. Setelah menikah, dia memilih untuk berhenti bekerja dan fokus menjadi rumah tangga. Namun seiring berjalannya waktu Vita memiliki keinginan untuk membantu suaminya mendapatkan penghasilan tambahan.
Vita Ingin mendapatkan penghasilan tambahan karena pada awalnya Vita dengan suami bukanlah berasal dari orang yang berada. Suaminya hanya berjualan obat-obatan pertanian di kios. Mereka hanya tinggal di rumah kontrakan.
Akhirnya, Vita mencoba berjualan kaktus. Dia mengawalinya dengan 30 tanaman kaktus yang dia jual di depan rumahnya. Vita mengatakan, modal yang dia gunakan untuk memulai usahanya tersebut berasal dari sisa uang belanja.
âUang yang saya pakai adalah uang sisa dari uang belanja yang diberikan oleh suami,â kata Vita dalam wawancara pada Channel Youtube CapCapung, Rabu(29/11).
Vita mengawali penjualannya pada 2018 pada bulan September. Selama 3 bulan usahanya berjalan, tidak ada penjualan sama sekali. Akhirnya usahanya ditutup karena tanamanya hanya mati percuma.
Singkat cerita, pada tahun 2018 ada kawan suaminya yang bekerja di dinas pertanian, menawarkan kepada Vita dan suami untuk mengikuti pameran tanaman hias di kota Magelang.
Dari situ, Vita Memiliki keinginan untuk kembali usaha kaktus dengan sisa-sisa tanaman kaktusnya. Hingga pada tahun 2019 dalam satu minggu ada hasil dari penjualan kaktusnya, sehingga Vita bisa membuat satu green house kecil di samping kontrakan.
Namun saat usahanya mulai berjalan, datang pandemi yang membuat orang tidak bisa datang ke tempat Green House miliknya untuk membeli kaktus. Di situ usaha kaktusnya terpaksa kembali tutup karena tidak ada pembeli.
Akhirnya Vita mencoba cara lain dengan berjualan online. Dari penjualan onlinenya, setelah 3 bulan Vita bisa mendapatkan penjualan minimal 20 kaktus per hari dan pendapatan yang lumayan.
Vita pun mengembangkan usahanya dengan berjualan tanaman hias. Kini tak hanya kaktus, tetapi berbagai jenis tanaman hias.
Setelah sukses berjualan Tanaman Hias, Vita pun mengembangkan pertaniannya dengan bertani cabai rawit.
Vita memilih pertanian cabai karena merasa miris di daerahnya banyak pertanian yang kurang maksimal dalam menanam cabai. Akhirnya Vita dan suami belajar tentang pertanian cabai. Seiring berjalanya waktu, Vita dan suami memiliki lahan pertanian yang termasuk bagus di daerahnya.
Hingga puncaknya pada dalam tahun 2020, Vita mengatakan bahwa omzet yang dia dapat dari berjualan kaktus bisa mencapai Rp200 juta dalam sehari dari berjualan tanaman hias .
âKalau tidak salah penjualan saya omzet-nya bisa mencapai Rp200 juta per hari,â kata Vita.
setelah Pertanian cabai-nya berjalan, akhirnya Vita bisa punya rumah. Hingga saat ini usaha kaktus miliknya diberi nama kaktus Magelang, dan menjadi kebun terbesar di Jawa Tengah.
guru agama Kristen di SDN Malaka Jaya 10, Duren Sawit, Jakarta Timur, terpaksa menelan nasib pahit
Puluhan guru honorer menyampaikan keluh kesahnya kepada Komisi X DPR karena tak kunjung diangkat menjadi PPPK.
Pertikaian antara murid dan guru ini ujungnya berakhir damai, padahal sang guru mengalami luka-luka.
Setelah satu tahun usaha sambal bakarnya berjalan, modal awal yang Rizal gunakan untuk membuka usaha tersebut telah kembali.
Ia meminta agar Pemprov DKI menindaklanjuti temuan tersebut dan memecat kepala sekolah di sana.
Perbuatan tersebut dilakukan berulang kali kepada kelima korban dengan rentang waktu yang berbeda-beda sejak tahun 2018 hingga Juli 2023.
Dia menjelaskan, guru honorer yang telah diangkat menjadi guru ASN PPPK sejak 2021 adalah sebanyak 544.000 orang.
Kisah wanita bernama Vita Aprillia sukses mencuri perhatian publik.
Wali Kota Bogor Bima Arya mencopot Kepsek SDN 1 Cibeureum usai heboh pemecatan guru honorer.
Korban berusia 5-12 tahun. Pelaku setiap hari menjadi marbot di musala.
Kedua orang tuanya merupakan guru dan pimpinan di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif yang berlokasi di Jombang, Jawa Timur.
Orang tua tersebut tidak setuju dengan hukuman yang diterima anaknya