Pemerintah Jelaskan APBN Jadi Jaminan Proyek Kereta Cepat: Cara Pembiayaan Kreatif
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meminta masyarakat tidak khawatir APBN jadi jaminan untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Meskipun, pemerintah sempat menolak permintaan China untuk menggunakan APBN sebagai jaminan proyek kereta cepat
Pemerintah Jelaskan APBN Jadi Jaminan Proyek Kereta Cepat: Cara Pembiayaan Kreatif
Meskipun, pemerintah sempat menolak permintaan China untuk menggunakan APBN sebagai jaminan proyek kereta cepat.
Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Wahyu Utomo mengatakan, pemerintah telah mempertimbangkan secara matang sebelum menjadikan APBN sebagai jaminan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 89/2023 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Penjaminan Pemerintah untuk Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung.
Termasuk, alokasi APBN untuk pembiayaan kegiatan penjaminan tidak terlampau besar. Wahyu menegaskan, alokasi penjaminan APBN 2024 hanya mencapai Rp824 miliar
Namun, dia tidak menegaskan, apakah alokasi tersebut termasuk penjaminan proyek kereta cepat yang tengah di uji coba.
- Karier dan Jabatan Mentereng Para Peraih Adhi Makayasa Akpol 1990-1996, Ada yang Sudah Bintang 3
- Sempat Ditolak, Kini Pemerintah Jadikan APBN Sebagai Jaminan Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
- Membongkar Kejanggalan Proyek BTS 4G Bakti Kominfo di Meja Hijau
- Menhub Budi Karya Diperiksa KPK Sebagai Saksi Kasus Proyek Jalur Kereta Pekan Ini
"Sebenarnya enggak terlalu besar, penjaminan itu di bawah Rp1 triliun. Di 2024 ini penjaminannya Rp824 miliar yang dialokasikan dalam APBN," kata Wahyu
"Itu berbagai proyek terkait infrastruktur. Jadi penjaminan itu tidak terlalu besar, dan jangan khawatir dengan penjaminan," ujar Wahyu Utomo
Lanjutnya, penjaminan juga merupakan salah satu inovasi untuk membiayai sejumlah proyek infrastruktur di tengah keterbatasan kemampuan APBN
Dengan adanya penjaminan pemerintah, perusahaan terkait akan lebih mudah untuk mendapatkan pembiayan yang jauh lebih besar untuk mempercepat penyelesaian proyek
"Itu hanya untuk memberikan kepastian, misalnya dia meminjam ke perbankan dan lembaga internasional juga. Dengan dijamin pemerintah, kredibilitasnya bisa dijaga. Ini salah satu cara pembiayaan kreatif, beban APBN kecil, tapi bisa meleverage pembiayaan lebih besar," ungkap Wahyu.
Selain itu, pemerintah juga telah mempertimbangkan risiko default atau gagal bayar. Sehingga, Wahyu meyakini kegiatan penjaminan untuk sejumlah proyek infrastruktur tidak akan membebani APBN
"Mudah-mudahan tidak ada default, dan selama ini tidak pernah terjadi. Itu menunjukkan penjaminan relatif terukur," pungkas Wahyu.
Sebaliknya, ia merekomendasikan penjaminan melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) saja.
"Memang masih ada masalah psikologis ya, jadi mereka (China) maunya dari APBN. Tapi kita jelaskan prosedurnya akan panjang. Kami dorong melalui PT PII karena ini struktur yang baru dibuat pemerintah Indonesia sejak 2018," kata Menko Luhut beberapa waktu lalu
Namun, jika China tetap menginginkan APBN sebagai penjaminan, maka untuk mencapai tersebut diperlukan prosedur yang akan panjang
Berkat peringatan Luhut, akhirnya pihak China saat ini sedang mempertimbangkan terkait opsi penjaminan
”Ada masalah itu, tapi kalau dia (China) mau tetap APBN, ya dia akan mengalami (prosedur) panjang. Itu sudah diingatkan dan mereka sedang mikir-mikir," ujar Luhut.