Sektor Keuangan Tunjukkan Tren Penurunan, Ketua Banggar Minta Pemerintah Adaptif
Said mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah.
Said mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah.
-
Bagaimana Said Abdullah memulai karir politiknya? Sebelum itu, Said memulai karir politiknya dengan menjadi Ketua DPC Banteng Muda Indonesia Kabupaten Sumenep periode 1982-1985.
-
Mengapa Said Abdullah menentang politik uang dan Bansos? Meski begitu, Said sangat menentang politik uang dan politik Bansos dalam setiap gelaran Pemilu. Said berprinsip Pemilu adalah pesta demokrasi di mana rakyat memiliki hak memilih dan dipilih secara adil tanpa intervensi.
-
Apa posisi Said Abdullah di DPR RI? Dengan perolehan suara sebanyak itu, Said yang kini masih duduk sebagai Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI itu berhasil kembali mengamankan kursinya di Senayan untuk kali kelima berturut-turut.
-
Di mana daerah pemilihan Said Abdullah? Berdasarkan rekapitulasi resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), Said mendapatkan 528.815 suara di daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur XI yang meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Sumenep.
-
Apa sikap AHY yang dipuji oleh Sudirman Said? Mengajak seluruh kader untuk “move on” memberi signal yang menunjukkan kedewasaan politik Juru Bicara Bacapres Anies Baswedan Sudirman Said memuji sikap Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mengajak kader memaafkan dan move on fokus menyongsong peluang menuju Pilpres 2024.
-
Kenapa anggaran pertanian penting menurut Alimin Abdullah? Menurut Alimin, sektor pertanian lebih penting dari pada sektor apapun karena masalah pangan selalu berkaitan langsung dengan keberpihakan negara pada petani dan penentu makanan jutaan masyarakat Indonesia.
Sektor Keuangan Tunjukkan Tren Penurunan, Ketua Banggar Minta Pemerintah Adaptif
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, menyoroti tren penurunan dalam sektor keuangan akhir-akhir ini. Untuk menyikapi hal itu, Said yang merupakan politikus PDIP itu meminta pemerintah bersikap adaptif agar dapat melewati tantangan di sektor keuangan ini. Terutama dalam menyiapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
"Saya yakin bahwa meskipun target dalam RAPBN 2025 cukup menantang, postur RAPBN ini cukup baik untuk merespons tantangan ekonomi yang akan datang," kata Said baru-baru ini.
Said mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pada tahun 2022 nilai tukar USD terhadap rupiah adalah Rp 14 ribu. Kemudian pada 2023 menyentuh angka Rp 15 ribu. dan semester pertama 2024 ini, dolar sudah berada di angka Rp 16.400.
Selain itu, Said melihat kinerja saham di bursa pada kuartal II 2024 ini juga menunjukkan tren penurunan dibandingkan kuartal I 2024.
Pada April 2024, IHSG berada di level 7.200, namun terus turun hingga mencapai 6.728 pada 19 Juni 2024, menjadikannya pasar saham terburuk kelima setelah Qatar, Meksiko, Brazil, dan Thailand.
"Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal," ucap Said.
Beberapa pandangan Banggar DPR kata Said untuk membuat pemerintah memiliki kelonggaran dalam sektor keuangan ini adalah, pertama, mengusung target pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 – 5,5 persen. Kedua tingkat inflasi 1,5 - 3,5 perse. Kemudian yang ketiga nilai tukar Rp/USD Rp. 15.300-15.900. Ke empat Yield SBN 10 tahun 6,9 – 7,2 persen. Kelima harga minyak mentah Indonesia 75-80 USD per barel. Ke enam lifting minyak bumi 580-605 ribu barel dan Lifting gas bumi 1.003-1.047 ribu barel.
Dengan postur pendapatan dan belanja pada RAPBN 2025, Said memprediksi pendapatan negara mencapai Rp 2.986,3 triliun dan belanja sebesar Rp 3.542 triliun dengan defisit APBN sebesar Rp 555,7 triliun (2,29% PDB) dengan asumsi PDB 2025 sebesar Rp24.270 triliun.