Aaron Bushnell, Tentara AS yang Tewas Bakar Diri Ternyata Jago IT dan Religius, Ini Pesan Terakhirnya
Aaron Bushnell, Tentara AS yang Tewas Bakar Diri Ternyata Jago IT dan Religius
Tentara aktif Amerika Serikat dari Angkatan Udara itu kemarin tewas setelah membakar dirinya di depan Kedutaan Israel di Washington D.C.
Aaron Bushnell, Tentara AS yang Tewas Bakar Diri Ternyata Jago IT dan Religius, Ini Pesan Terakhirnya
Bushnell, 25 tahun, sempat meneriakkan kata-kata terakhir "Free Palestine" sebelum tersungkur jatuh dan kemudian dilarikan ke rumah sakit sampai akhirnya meninggal.
Sebelum membakar dirinya, Bushnell mengatakan tindakannya itu adalah bentuk "aksi protes ekstrem", dan dia tidak akan lagi terlibat dalam genosida di Gaza, Palestina.
Dalam sebuah video yang ditayangkan secara langsung di situs streaming Twitch, Bushnell, mengenakan seragam militer, mengidentifikasi dirinya dan mengatakan ia seorang anggota Angkatan Udara aktif.
Sebelumnya, ia telah mengirim surel kepada sejumlah reporter dan situs-situs berita sayap kiri dan anarkis. Atlanta Community Press Collective, salah satu kelompok yang menerima surel tersebut, memberikan salinannya kepada BBC.
"Hari ini, saya berencana untuk terlibat dalam sebuah aksi protes ekstrim terhadap genosida rakyat Palestina" demikian bunyi surel tersebut, seraya memperingatkan hal itu akan "sangat mengganggu" untuk disaksikan.
Siapa sebenarnya Aaron Bushnell?
Bushnell diketahui adalah seorang insinyur IT berusia 25 tahun yang sedang dalam masa pelatihan. Dia berasal dari sebuah kota kecil di Massachusetts.
Dia memasuki pelatihan dasar pada Mei 2020 dan "lulus dengan predikat terbaik dan terbaik di kelasnya," menurut profil LinkedIn-nya.
Bushnell akhirnya ditempatkan di San Antonio, Texas - di seberang negara bagian dari keluarganya di Orleans, Cape Cod.
Pada saat kematiannya, Bushnell bekerja sebagai insinyur DevOps, atau pengembangan dan operasi perangkat lunak, seorang ahli teknologi yang mungkin bertindak sebagai perantara untuk kedua bidang tersebut, demikian menurut profil pekerjaannya. Dia juga pernah mengikuti pelatihan keamanan siber, katanya.
"Selama di militer, baik dalam peran kepemimpinan maupun bawahan, serta pengalaman kerja sebelumnya dalam berbagai peran sipil, saya telah berkembang pesat dalam lingkungan tim dan memperoleh keterampilan komunikasi yang sangat baik," tulis Bushnell, yang baru saja dipromosikan dalam pekerjaan terakhirnya pada Maret 2023.
Dia menggambarkan dirinya sebagai "calon insinyur perangkat lunak" dan mengatakan "saat ini sedang mengejar gelar Sarjana di bidang Rekayasa Perangkat Lunak dari Universitas Western Governor's," meskipun laman tersebut juga mengatakan dia sebenarnya kuliah di Universitas Southern New Hampshire (SNHU).
Aaron Bushnell diperkirakan akan memperoleh gelar sarjana di bidang rekayasa perangkat lunak pada Mei 2025, katanya di LinkedIn.
Sementara itu pihak Angkatan Udara AS bungkam tentang Bushnell dan kematiannya. Mereka hanya membenarkan seorang anggota yang masih aktif bertugas tewas dalam insiden yang menyedihkan itu.
"Ini tentu saja merupakan peristiwa tragis," kata Sekretaris Pers Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder kepada wartawan kemarin. "Kami tentu saja menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya," kata Ryder.
Keluarga Religius
Keluarga Bushnell tampaknya merupakan keluarga yang religius dan cukup terkenal di kota asal mereka, Orleans.
Sang ayah, David, 57 tahun, adalah pengawas konstruksi untuk sebuah perusahaan arsitektur yang berkaitan dengan gereja. Dia membagikan tautan di halaman Facebook-nya ke situs-situs seperti Church of the Transfiguration dan The Community of Jesus.
Sang ibu, Danielle, juga berusia 57 tahun, dipekerjakan sebagai "administrator pembeli dan kontrak" untuk Paraclete Press, sebuah penerbit buku-buku dan musik Kristen.
Sebagai seorang remaja, Aaron Bushnell bekerja selama dua tahun di bidang IT dan pengembangan web untuk Paraclete.
Aaron juga menyukai dua kelompok anarkis yang berbasis di Ohio - Burning River Anarchist Collective dan Mutual Aid Street Solidarity - di halaman Facebook-nya.
Dia juga memberikan jempol pada akun milik kelompok radikal pro-Hamas, Students for Justice in Palestine, di Universitas Kent.
Dua jam sebelum ia membakar dirinya sendiri sekitar pukul 13.00 hari Minggu, Aaron Bushnell mengunggah pesan terakhirnya di Facebook.
"Banyak dari kita yang bertanya pada diri sendiri, 'Apa yang akan saya lakukan jika saya masih hidup pada masa perbudakan? Atau Jim Crow South? Atau apartheid? Apa yang akan saya lakukan jika negara saya melakukan genosida? Jawabannya adalah, kalian sedang melakukannya. Saat ini," tulisnya.
"Hai, nama saya Aaron Bushnell, saya seorang anggota Angkatan Udara Amerika Serikat yang masih aktif, dan saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida," ujar Bushnell.
"Saya akan melakukan aksi protes yang ekstrem, tetapi dibandingkan dengan apa yang dialami orang-orang di Palestina di tangan penjajah, aksi ini tidak ekstrem sama sekali. "Inilah yang diputuskan oleh kelas penguasa kami, ini akan menjadi normal."