Menteri Komdigi: Menu Makan Bergizi Gratis Lihat Kearifan Lokal, Tidak Harus Sama Seluruh Indonesia
Meutya Hafid meninjau pelaksanan perdana program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Depok.
Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid meninjau pelaksanan perdana program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Depok. Meutya meninjau di SDN Cilangkap 3 dan SDN Cilangkap 5 Kecamatan Tapos, Depok.
Secara keseluruhan di hari pertama, MBG dilaksanakan di 190 titik di 26 provinsi. Meutya mengatakan program MBG hari pertama berjalan lancar.
"Jadi tidak hanya di SDN 5 dan 3 Cilangkap yang kebetulan kami ditugaskan untuk memeriksa pelaksanaannya. Tapi juga di seluruh Indonesia ada 197. Kita tadi lihat bahwa Alhamdulillah berjalan lancar, mulai dari proses pengantaran makanan, penyiapannya, pengantarannya sampai tadi distribusi, dibagikan di dalam sekolah,” katanya di Depok, Senin (6/1).
Usai tiba di sekolah, menu MBG langsung didistribusikan kepada siswa. Mereka terlihat lahap menyantap makanan yang dimasak di dapur umum. Diharapkan program MBG memberi banyak manfaat untuk penerima.
"Mudah-mudahan ini menjadi kebaikan, kemanfaatan. Tidak hanya bagi adik-adik yang mendapat makan gratis bergizi atau MBG tapi juga bagi semua ekosistem yang membantu. Karena juga pemerintah melibatkan UMKM dalam penyiapan makanannya,” ujarnya.
Meutya menjelaskan menu MBG terdiri dari karbohidrat, sayur dan protein. Menu tersebut tidak harus sama seluruh Indonesia, namun ada standar yang harus dipenuhi.
"Ada karbohidrat, ada sayur, ada protein. Menu juga tidak dibuat baku harus sama seluruh Indonesia, tapi ada standar-standarnya. Kenapa demikian? Untuk kita lihat kekuatan-kekuatan di lokal itu apa. Jadi kalau memang di situ kekuatannya di peternakan ayam, maka yang diserap itu. Kalau memang ada ternak sapi, maka yang diserap itu. Jadi semuanya juga nanti kita lihat kearifan-kearifan lokal dari sisi menu makanannya,” ungkapnya.
Tahap Awal 190 Titik
Untuk tahap awal, kata Meutya, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ada di 190 lokasi dan nantinya akan bertambah. Meutya menuturkan, pemerintah sangat terbuka terhadap masukan.
“Jadi SPPG itu sekarang ada 190 sama dengan tadi titiknya. Akan terus ditambah, itu per hari ini, akan terus ditambah. Dan tentu ini hari pertama. Jadi kami pemerintah sangat terbuka kepada masukkan karena memang kita sedang, hari pertama ini kita akan lihat evaluasinya. Kalau ada yang terlupa-terlupa, nanti kita ingatkan SPPG-nya. Tapi ini hanya masalah teknis lupa saja. Bukan karena ketidakcukupan bahan baku dan lain-lain. Kalau yang kita lihat hari ini di sini, semuanya mendapatkan menunya dengan lengkap," tukasnya.
Meutya menuturkan harga per porsi di setiap daerah tetap sama yaitu Rp10 ribu. Hanya saja varian menunya bisa jadi berbeda di tiap daerah.
“Jadi tetap anggarannya sama, hanya untuk menu makanan kita sesuaikan. Termasuk juga lidah anak-anaknya mungkin beda ya di daerah apa. Mereka lebih suka makan apa dan lain-lain. Jadi menunya itu tidak dibuat baku. Anggaran tentu sama, lalu menu melihat kearifan lokal, kekuatan UMKM di lokalnya apa. Dan juga tentu selera anak-anaknya. Jadi Indonesia ini ragam masakannya juga banyak. Dari Sabang sampai Merauke," papar Meutya
"Kita enggak mau paksakan satu rasa untuk seluruh anak-anak di Indonesia. Jadi memang ini salah satu yang kita dorong. Untuk memang berbeda untuk kearifan lokal di daerah sesuai,” pungkasnya.