Arkeolog Temukan Makam 'Putri Merah Jalur Sutra' Berusia 2.200 Tahun, Giginya Dicat dengan Zat Beracun
Gigi perempuan muda ini dicat dengan warna merah menggunakan zat beracun.

Arkeolog menemukan makam wanita muda berusia 2.200 tahun yang dijuluki 'Putri Merah Jalut Sutra' di Pemakaman Shengjindian, Kota Turpan, Xinjiang, China barat laut. Berdasarkan penanggalan radiokarbon, makam ini berasal dari sekitar tahun 202 SM sampai 8 M (Dinasti Han Barat). Pemakaman Shengjindian terletak di sepanjang Jalur Sutra, rute perdagangan yang menghubungkan China dengan seluruh dunia kuno.
Perempuan muda tersebut diperkirakan berusia antara 20 sampai 25 tahun ketika meninggal dan berasal dari kelompok etnis Gushi dan budaya Subeixi, budaya nomaden berkuda di mana perempuan juga berkuda menggunakan pelana.
Anehnya, gigi perempuan muda ini dicat merah menggunakan cinnabar, mineral yang mengandung merkuri atau zat beracun, seperti dikutip dari laman Archaeology Magazine, Senin (17/3).
Analisis ilmiah tingkat lanjut menggunakan spektroskopi Raman, fluoresensi sinar-X, dan spektroskopi inframerah transformasi Fourier mengonfirmasi bahwa pigmen tersebut memang cinnabar, yang mungkin dicampur dengan protein hewani, seperti kuning telur atau putih telur untuk memudahkan proses pengecatan. Para peneliti menjulukinya sebagai "Putri Merah Jalur Sutra," yang diambil dari "Ratu Merah" Palenque, seorang wanita bangsawan Maya yang ditemukan berlumuran cinnabar di Meksiko.
Cinnabar, yang terdiri dari merkuri sulfida, kerap digunakan masyarakat kuno meskipun beracun. Orang-orang menggunakan mineral merah ini dalam upacara pemakaman, lukisan, dan alkimia. Mereka mengira mineral ini memiliki kekuatan magis dan dapat menyembuhkan penyakit.
Keunikan ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa tidak ada tambang cinnabar di wilayah Turpan, sehingga bahan tersebut kemungkinan didatangkan dari tempat lain, seperti Asia Barat, Eropa, atau bagian lain China, yang menunjukkan adanya pertukaran budaya yang luas melalui Jalan Sutra.
Tujuan Penggunaan Cinnabar

Para ahli memperdebatkan penggunaan cinnabar tersebut. Beberapa berpendapat, praktik ini bisa jadi berkaitan dengan perdukunan, dengan warna merah yang melambangkan kehidupan, kematian, dan spiritualitas. Gigi dihormati sebagai tempat bersemayamnya jiwa dalam beberapa tradisi kuno, yang menyebabkan para ilmuwan berteori bahwa gigi wanita itu mungkin merupakan bagian dari ritual untuk memastikan keabadiannya di akhirat.
Dr. Li Sun, seorang profesor geologi di Collin College di Texas dan rekan penulis studi yang diterbitkan dalam Archaeological and Anthropological Sciences, menjelaskan bahwa dari persiapan pigmen hingga aplikasi berulangnya di dalam mulut, wanita itu dan para pembantunya mungkin telah menghirup uap merkuri, yang diketahui menyebabkan efek neurologis yang parah.
Menurut ilmuwan lain, cinnabar kemungkinan digunakan sebagai kosmetik atau tanda status sosial yang tinggi. Sepanjang sejarah China, warna merah telah dikaitkan dengan kekuasaan dan prestise, sementara keberadaan pemakaman lain dengan wajah yang dicat dan tato menunjukkan bahwa hiasan tubuh merupakan hal yang umum di wilayah tersebut.
Sampai saat ini belum dapat dipastikan alasan penggunaan cinnabar di gigi 'Putri Merah' tersebut. Diperlukan penelitian selanjutnya, termasuk analisis DNA perempuan tersebut dan mereka yang dimakamkan di sampingnya untuk dapat menjelaskan leluhurnya, status sosialnya, dan afiliasinya.