Arkeolog Ungkap Fakta Mengerikan, Istana Kuno di Negara Ini Dibangun dari Darah Manusia Korban Tumbal
Singganasa raja dibuat dari tengkorak dan tulang belulang musuh.
Singganasa raja dibuat dari tengkorak dan tulang belulang musuh.
-
Siapa yang membangun makam kuno tersebut? Makam ini berasal dari era Golden Horde (Gerombolan Emas) pada abad ke-15.
-
Dimana para arkeolog menemukan makam kuno itu? Para arkeolog bersama 6.500 relawan menemukan sekitar 1.000 gundukan kuburan kuno di Belanda hanya dalam waktu empat bulan.
-
Dimana arkeolog menemukan makam kuno? Arkeolog di Turki menemukan nekropolis atau makam kuno di lokasi yang tidak terduga yaitu Cappadocia, daerah destinasi wisata terkenal di negara tersebut.
-
Apa yang ditemukan di dalam makam kuno tersebut? Arkeolog juga menemukan beragam perkakas rumah tangga tanpa satu pun kerangka manusia dari penduduk Golden Horde.
-
Apa yang ditemukan di makam kuno itu? Di dalamnya ditemukan anting, kalung, gelang.
Arkeolog Ungkap Fakta Mengerikan, Istana Kuno di Negara Ini Dibangun dari Darah Manusia Korban Tumbal
Di Benin, Afrika Barat, ada sebuah istana yang disebut Abomey, yang penuh legenda dan cerita mengerikan.
Menurut legenda, istana ini dibangun dengan darah korban tumbal voodoo. Benin sering disebut sebagai tempat kelahiran voodoo, salah satu ajaran tertua di dunia. Penelitian baru menunjukkan bahwa legenda ini mungkin benar.
Abomey, ibu kota Kerajaan Dahomey kuno, diperintah oleh 12 raja berturut-turut dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20 (1600-1904 M). Raja Ghezo, penguasa kesembilan, memerintah dari tahun 1818 hingga 1858 dan terkenal dengan kebrutalan militernya. Ghezo dikenal sebagai penguasa yang haus darah dan kekuasaan.
Dekorasi di istana Ghezo mencerminkan ambisi militernya, gang menuju gubuknya dilapisi dengan tengkorak, dan singgasananya bertumpu pada tulang belulang musuh-musuhnya.
Legenda mengatakan, pondok pemakaman di dalam istana Ghezo—bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO—dibangun menggunakan material yang terbuat dari darah 41 korban tumbal. Baru-baru ini, para arkeolog Perancis menguji mitos ini secara ilmiah, dan hasilnya dipublikasikan di jurnal Proteomik.
Para peneliti menemukan, gang menuju gubuk Ghezo dilapisi dengan tengkorak dan tulang rahang musuh yang dikalahkan. Bahkan singgasananya diduga bertumpu pada tengkorak empat pemimpin musuh yang kalah. Di dalam kompleks istananya terdapat gubuk pemakaman yang dibangun dari bahan-bahan yang tidak biasa.
“Pengikat temboknya bukan material standar, tapi diklaim terbuat dari minyak merah dan air kilap yang dicampur darah 41—merupakan angka keramat dalam voodoo—korban tumbal,” jelas para peneliti, dikutip dari Ancient Origins, Jumat (14/6).
“Para korban mungkin adalah budak atau tawanan dari populasi musuh.”
Dalam budaya dan agama voodoo, persembahan darah, doa, dan air suci digunakan untuk menyucikan bangunan atau menghidupkan struktur kayu yang disebut fetish.
Persembahan ini dimaksudkan untuk melindungi esensi almarhum raja.
Untuk mengungkap komposisi material istana, penulis penelitian menggunakan spektrometri massa tandem resolusi tinggi untuk menganalisis protein dalam lapisannya. Mereka menemukan sisa-sisa gandum, yang tidak dibudidayakan di Afrika sub-Sahara hingga lama setelah kematian Ghezo. Dua bangunan pemakaman awalnya didirikan untuk menghormati ayah Ghezo, Raja Adandozan sebelumnya. Alih-alih menggunakan adukan semen dan pasir biasa, struktur ini menggunakan minyak merah dan air kilau yang dicampur dengan darah manusia.
Metode yang dikenal sebagai metaproteomik, yang menganalisis sampel protein dari lingkungan tertentu, mengungkap adanya hemoglobin dan imunoglobulin manusia dan ayam dalam bahan pengikat struktur tersebut.
Ghezo adalah pengagum kaisar Prancis Napoleon III dan sering mengirimkan hadiah diplomatik seperti kain, senjata, dan cowries Benin ke Prancis. Gandum mungkin dikirim sebagai balasannya, dan baguette Prancis serta makanan panggang lainnya mungkin dimasukkan ke dalam material istana sebagai bagian dari ritual pengorbanan.
Penulis penelitian mencatat, kematian raja Dahomey sering disertai dengan penumbalan hingga 500 korban dalam ritual yang dikenal sebagai “Adat Istiadat Besar.” Analisis DNA lebih lanjut mungkin dapat mengungkap jumlah pasti orang yang menjadi korban untuk menyucikan struktur tersebut.
“Analisis metaproteomik yang mendalam terhadap sampel dinding dari makam kerajaan memungkinkan untuk mengkonfirmasi keberadaan darah manusia dan merekonstruksi ritual pengudusan sesuai dengan kepercayaan voodoo,” para penulis menyimpulkan.