Dibantu 6.500 Relawan, Arkeolog Temukan 1.000 Kuburan Kuno
Keberhasilan ini menandakan pentingnya melibatkan relawan dalam arkeologi.
Para arkeolog bersama 6.500 relawan menemukan sekitar 1.000 gundukan kuburan kuno di Belanda hanya dalam waktu empat bulan. Keberhasilan ini menandakan pentingnya melibatkan relawan dalam arkeologi.
Pada tahun 2018, proyek Heritage Quest diluncurkan untuk melibatkan warga dalam mengidentifikasi fitur arkeologi pada citra lidar di Belanda tengah.
-
Bagaimana cara arkeolog menemukan situs pemakaman itu? Seorang arkeolog dan pencipta kanal YouTube bernama 'History Seekers' (Poszukiwacze Historii), Olaf Popkiewicz, membuat penemuan pertamanya saat berjalan di tepian Sungai Wda. Saat itu Popkiewicz melihat artefak perak dan memanggil tim untuk menggali situs tersebut.
-
Di mana para arkeolog menemukan makam kuno? Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE, kelompok peneliti yang bekerjasama dengan para peneliti dari negara bagian Santa Catarina, Brasil Selatan, dan negara-negara lain (Amerika Serikat, Belgia, dan Prancis), menunjukkan bahwa para pembuat sambaqui di Galheta IV, sebuah situs arkeologi di Laguna (Santa Catarina), tidak digantikan oleh nenek moyang orang Jê Selatan, sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya.
-
Siapa yang menemukan kuburan tersebut? Arkeolog dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) berhasil menemukan kuburan bangsa Maya yang tersembunyi di dalam gua di kompleks arkeologi di Tulum, Quintana Roo.
-
Dimana arkeolog menemukan makam kuno? Arkeolog di Turki menemukan nekropolis atau makam kuno di lokasi yang tidak terduga yaitu Cappadocia, daerah destinasi wisata terkenal di negara tersebut.
-
Dimana kuburan kuno ditemukan? Kuburan ini ditemukan di persimpangan penting jalur perdagangan kuno di gurun Negev, Israel.
-
Di mana para ahli menemukan banyak korban terkubur? Para ahli dalam surat tersebut juga memperkirakan jumlah jasad yang masih terkubur di bawah reruntuhan bisa mencapai 10.000, karena 35 persen bangunan di Gaza telah dihancurkan, berdasarkan data PBB.
Melalui keterlibatan ribuan orang secara online, gundukan pemakaman prasejarah dapat diidentifikasi di seluruh wilayah dalam waktu singkat. Namun, keakuratan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dipertanyakan karena mayoritas sukarelawan bukanlah arkeolog profesional.
“Meskipun volume data melebihi ekspektasi kami, kami menghadapi tantangan utama yang umum terjadi pada proyek ilmu pengetahuan warga: seberapa andal deteksi yang dilakukan oleh para sukarelawan?” jelas penulis utama penelitian ini, Dr. Quentin Bourgeois dari Universitas Leiden, dikutip dari laman Phys.org, Jumat (18/10).
Untuk menilai keakuratan data, penulis melakukan survei darat terhadap 380 situs yang diidentifikasi selama penelitian, memeriksanya secara langsung untuk menentukan apakah situs tersebut sebenarnya adalah kuburan prasejarah. Hasilnya dipublikasikan di jurnal Antiquity.
Hitungan Bulan
Dr. Bourgeois mengatakan hasilnya jelas.
"Ilmu pengetahuan warga berhasil. Kami menemukan korelasi langsung antara jumlah sukarelawan yang mengidentifikasi objek arkeologi potensial dan kemungkinannya menjadi gundukan kuburan prasejarah," ujarnya.
Hal ini menunjukkan pentingnya keterlibatan sukarelawan dalam proyek arkeologi, sehingga memungkinkan identifikasi fitur arkeologi jauh lebih cepat dibandingkan yang dapat dilakukan oleh para profesional saja.
“Hal yang membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi para arkeolog profesional untuk mencapainya, dapat dicapai dalam hitungan bulan berkat kombinasi teknologi lidar dan partisipasi warga,” tambah Dr. Bourgeois.
Hal ini juga mempunyai implikasi terhadap pembuatan kebijakan warisan budaya, karena pemerintah daerah dapat menerapkan ilmu pengetahuan warga (citizen science) untuk mengidentifikasi situs warisan budaya untuk dilindungi dengan cepat dan hemat biaya. Di masa depan, penulis berencana untuk menggabungkan partisipasi sukarelawan dengan pembelajaran mesin, untuk mengidentifikasi situs arkeologi dalam skala yang lebih besar.