Bocah 12 Tahun Jadi Buta Karena Kebanyakan Makan Junk Food
Remaja di Massachusetts cenderung menolak tawaran makanan sehat dari orang tua mereka dan lebih memilih untuk mengonsumsi junk food.
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dari Massachusetts, Amerika Serikat, mengalami kehilangan penglihatan yang tragis akibat pola makannya. Ia dilaporkan sering mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) yang tidak bergizi, yang menyebabkan saraf optiknya menyusut tanpa harapan untuk sembuh, seperti yang dikutip dari Oddity Central pada Rabu (13/11/2024).
Kasus seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang menderita autisme baru-baru ini dilaporkan dalam New England Journal of Medicine. Anak tersebut mengalami kebutaan akibat pola makan yang didominasi oleh junk food, termasuk burger, kentang goreng, saus ranch, donat, dan jus manis. Diketahui bahwa anak ini memiliki fobia yang ekstrem terhadap tekstur makanan tertentu, sehingga orang tuanya kesulitan untuk memberikan nutrisi yang diperlukan dalam dietnya.
-
Mengapa junk food berbahaya untuk anak? Anak-anak adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan asupan nutrisi yang seimbang dan berkualitas. Namun, banyak anak-anak yang lebih menyukai junk food, yaitu makanan yang rendah nutrisi, tetapi tinggi lemak, gula, dan garam.
-
Apa saja dampak buruk junk food? Mengonsumsi makanan junk food atau makanan cepat saji secara berlebihan bisa menimbulkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan tubuh. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang perlu Anda waspadai: Obesitas, Diabetes melitus tipe 2, Penyakit jantung koroner, Stroke, Kanker.
-
Apa saja bahaya makan junk food? Konsumsi junk food secara berlebihan telah dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis yang tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup, tetapi juga dapat mempersingkat usia.
-
Apa itu junk food? Junk food merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menyebut makanan dan minuman olahan, seperti makanan cepat saji, makanan ringan, soda, permen, atau kue kering.
-
Kenapa junk food buruk untuk pertumbuhan anak? Anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung perkembangannya. Bila ia sering makan junk food, kebutuhan gizinya tak terpenuhi sehingga otaknya tidak berkembang.
-
Apa dampak buruk anak mengemut makanan? Mengemut makanan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan gigi anak mudah berlubang. Sisa makanan yang tertahan di dalam mulut meningkatkan risiko terbentuknya plak dan bakteri yang dapat merusak gigi serta menyebabkan masalah seperti radang gusi.
Awal tahun ini, anak laki-laki yang namanya tidak diungkapkan itu mulai mengalami gangguan penglihatan, yang terasa lebih mencolok pada pagi dan sore hari, sedangkan siang harinya penglihatannya tampak normal. Namun, kondisi penglihatannya memburuk dengan cepat, dan dalam enam minggu, ia hanya bisa bergerak dengan bantuan orang tuanya untuk menghindari rintangan. Suatu malam, ia terbangun dengan teriakan bahwa ia tidak bisa melihat, yang membuat orang tuanya segera membawanya ke rumah sakit.
Setelah menjalani serangkaian tes, diketahui bahwa anak tersebut kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk kesehatan saraf optiknya. Saraf optiknya telah menyusut selama beberapa waktu dan hilang sepenuhnya saat ia tiba di rumah sakit. Meskipun telah diberikan suplemen, dokter merasa khawatir karena kondisinya sudah terlalu parah, sehingga tidak ada yang dapat dilakukan untuk memulihkan penglihatannya. Peneliti menyatakan, "Sayangnya, lemahnya optik pasien parah sekali."
Penyakit ini sulit untuk disembuhkan
Tingkat kehilangan penglihatan yang parah tidak bisa dipulihkan jika sudah berada pada stadium lanjut. Namun, jika penyakit ini terdeteksi pada tahap awal, pemulihan dari defisit nutrisi dapat memberikan beberapa perbaikan pada kondisi penglihatan. Selama dirawat di rumah sakit, anak laki-laki tersebut mendapatkan suplemen vitamin A, C, D, K, serta kalsium, tiamin, tembaga, dan zinc. Selain itu, ia mulai menambahkan selada dan keju ke dalam hamburgernya.
Meskipun orang tuanya berusaha menambah suplemen ke dalam kotak jusnya, anak tersebut mulai menolak setelah beberapa waktu. Sayangnya, semua upaya ini tidak berhasil memulihkan penglihatan anak laki-laki itu. Dokter di Rumah Sakit Anak Boston menyatakan bahwa anak ini mengalami gangguan makan yang bersifat menghindar atau membatasi (ARFID), yang mempengaruhi sekitar setengah dari anak-anak autis dengan berbagai tingkat keparahan. Kasus ini memang sangat ekstrem, tetapi bukan satu-satunya. Kasus-kasus serupa juga telah dilaporkan sebelumnya, baik di Inggris maupun di Amerika Serikat.