Kecanduan Gula pada Anak Disebabkan Karena Kebiasaan Konsumsi Minuman Manis sejak Kecil
Menurut Prof. Siska Mayasari Lubis, seorang dokter spesialis anak, kecanduan gula dapat disamakan dengan kecanduan terhadap zat tertentu.
Kecanduan gula pada anak menjadi salah satu faktor yang meningkatkan angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia. Menurut Prof. Siska Mayasari Lubis, seorang dokter spesialis anak, sugar addiction atau kecanduan gula memiliki kesamaan dengan kecanduan zat. "Kecanduan gula ini dapat menunjukkan perilaku yang mirip dengan kecanduan zat seperti kita jadi makan berlebihan, ada gejala putus zat dan ingin makan lagi atau ingin minum lagi. Serta ada keinginan yang kuat untuk mendapatkan minuman yang manis tersebut," ungkap Siska dalam acara media briefing bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Bagaimana kecanduan ini dapat terjadi? Siska menjelaskan bahwa ketika anak mengonsumsi gula, kadar gula dalam darah akan mencapai otak dan merangsang reseptor dopamin dan opioid. "Paparan yang berulang-ulang dengan konsentrasi berlebih ini akan menyebabkan perilaku ketergantungan dan mengurangi kemampuan regulasi pada anak. Jadi, akan ada terus keinginan untuk mengonsumsi gula yang berlebih pada anak," jelasnya. Ketika anak mengonsumsi gula, kadar gula darah akan meningkat dengan cepat dan diikuti dengan pelepasan hormon insulin serta dopamin, sehingga kadar gula darah akan turun dengan cepat.
-
Mengapa konsumsi gula berlebih berbahaya untuk anak? Kebiasaan ini dapat membuat anak terbiasa dengan rasa manis yang berlebihan, yang berdampak pada peningkatan kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang tinggi akibat konsumsi gula berlebih dapat mempermudah virus dan bakteri berkembang dalam tubuh anak.
-
Apa dampak buruk gula bagi kesehatan anak? '98 persen minuman di sana (mini market) mengandung gula atau sirup fruktosa, sirup jagung tinggi fruktosa, dan pemanis ini luar biasa dahsyatnya dalam merusak kesehatan anak-anak kita apabila diberikan terus-menerus,' ujar Piprim.
-
Apa dampak gula buat kesehatan anak? Penelitian ini menemukan bahwa 'mengurangi asupan gula selama periode kritis awal kehidupan dapat menurunkan risiko diabetes hingga 35% dan risiko hipertensi sebesar 20%'.
-
Bagaimana mengatasi anak yang kecanduan gula tambahan? 'Cara yang paling mudah mengatasi kecanduan gula tambahan ya buat kecanduan baru namun dengan cara yang lebih sehat,' katanya. Misalnya, menggantikan produk yang mengandung gula tambahan dengan sumber pangan yang memiliki gula alami.
-
Bagaimana gula bisa menyebabkan adiksi pada anak? Ketika anak mengonsumsi gula atau karbohidrat yang cepat diserap, kadar gula darah mereka akan meningkat drastis. 'Terjadi sugar spike, tak lama kemudian kadar gula akan menurun tajam yang dikenal sebagai sugar crush. Sugar crush inilah yang menyebabkan anak merasa lapar, rewel, dan ngamuk, yang hanya akan mereda jika mereka diberikan gula lagi. Siklus ini akan terus berulang, yang kemudian mengarah pada adiksi terhadap makanan yang berkalori tinggi, dan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes melitus, dislipidemia, serta hipertensi ginjal,' jelas Piprim.
-
Bagaimana gula memengaruhi tubuh anak? Saat anak mengonsumsi makanan atau minuman dengan gula tinggi atau karbohidrat yang cepat diserap, kadar gula darah akan melonjak drastis, kemudian turun secara cepat. 'Inilah yang memicu anak menjadi crancky, lapar, mengamuk, dan akan reda bila diberikan gula lagi,' katanya.
"Ketika gula darah menurun dengan cepat ini akan memunculkan rasa ingin minum lagi, nafsu makan menjadi tidak terkontrol dan keinginan untuk mendapatkan atau minum gula berlebih," tambah Siska. Hal ini menunjukkan bahwa siklus konsumsi gula yang berlebihan dapat berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius bagi anak-anak, sehingga penting bagi orang tua untuk mengawasi asupan gula pada anak.
Kesukaan Anak Terhadap Makanan dan Minuman Manis
Setiap anak memiliki kecenderungan tertentu terhadap makanan dan minuman yang manis, ungkap Siska. Terdapat tiga tahap perkembangan dalam preferensi anak terhadap rasa manis, yaitu:
Preferensi Bawaan
Preferensi bawaan berarti bahwa bayi sudah memiliki kecenderungan alami terhadap rasa manis, asin, dan gurih. "Ini memang dibawa oleh bayi sejak lahir, jadi mereka punya preferensi terhadap rasa manis, asin, dan gurih. Bayi ini lebih menyukai larutan yang manis dibanding dengan larutan yang kurang manis dan ini memang bawaan pada saat mereka lahir," jelasnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika anak-anak cenderung lebih menyukai makanan dan minuman yang memiliki rasa manis.
Pembelajaran Rasa
Seiring bertambahnya usia, anak-anak mulai belajar tentang rasa. Dengan kata lain, preferensi terhadap rasa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan, tetapi juga oleh jenis makanan yang tersedia. "Artinya yang disediakan oleh orangtua, adanya pengaruh budaya di rumah dan kebiasaan orangtua. Karena, kebiasaan makan minum dan pemilihan makanan orangtua pasti akan berdampak pada anak. Dan anak biasanya akan meniru bagaimana kebiasaan orangtuanya," tambahnya. Selain itu, rasa dasar yang diperoleh anak saat masa penyapihan juga berpengaruh. Anak yang mendapatkan air susu ibu (ASI) akan mengalami pengalaman rasa yang berbeda dibandingkan dengan anak yang diberi susu formula. "Bayi yang diberi susu formula dihadapkan pada rasa yang konstan, terutama rasa manis secara terus-terusan. ASI juga mempunyai rasa yang manis tapi ASI juga memberikan bayi rasa dan aroma yang berbeda-beda tergantung pada nutrisi ibunya, apa yang dimakan ibu akan memberi rasa dan aroma pada ASI," tutupnya.
Anak Inginkan Rasa yang Sama
Preferensi anak terhadap rasa sangat dipengaruhi oleh pemilihan rasa yang konsisten. "Pemilihan rasa yang persisten inginnya rasa itu lagi, itu lagi. Jadi, pada bayi yang secara rutin diberi air manis oleh orangtuanya, ini akan menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap air yang manis."
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis pada masa bayi dan anak-anak dapat berdampak pada kebiasaan minum manis di masa kanak-kanak hingga remaja. Dengan demikian, kebiasaan mengonsumsi minuman manis ini cenderung akan terus berlanjut," ungkap Siska.
Berbagai Jenis Gula
Jenis-jenis Gula
Dalam sesi pembelajaran, Siska memperkenalkan berbagai jenis gula yang ada. Terdapat tiga kategori gula yang dijelaskan, yaitu gula alami, gula tambahan, dan gula bebas.
Gula Alami
Gula alami adalah jenis gula yang secara alami terdapat dalam makanan. Biasanya, gula ini hadir bersama dengan nutrisi penting lainnya seperti vitamin, mineral, dan serat. "Dan ini biasanya terdapat dalam buah-buahan, susu, dan sayuran," terang Siska. Dengan demikian, konsumsi gula alami dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik dibandingkan jenis gula lainnya.
Gula Tambahan
Sementara itu, gula tambahan merupakan gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman selama proses produksinya. "Gula ini sering sekali digunakan untuk memberikan rasa manis pada makanan dan minuman olahan. Contohnya adalah sukrosa atau gula pasir, sukrosa, dan glukosa." Penggunaan gula tambahan ini perlu diperhatikan karena dapat memengaruhi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Gula Bebas
Gula bebas merujuk pada total jumlah gula tambahan yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, seperti pada minuman bersoda, yoghurt rasa buah, dan sereal. Pemahaman mengenai gula bebas penting agar kita dapat mengontrol asupan gula dalam diet sehari-hari.