10 Alasan Mengapa Bayi Harus Menghindari Konsumsi Gula dan Makanan Manis Lainnya
Konsumsi gula dan makanan manis lainnya pada bayi perlu dilakukan karena sejumlah alasan berikut:
Gula, atau lebih tepatnya gula rafinasi, adalah sumber kalori ‘kosong’ yang tidak memberikan manfaat nutrisi apa pun. Tidak mengandung lemak, vitamin, mineral, maupun protein—hanya kalori yang menyumbang rasa manis. Meski begitu, gula tetap menjadi salah satu bahan yang paling sering digunakan di dapur kita karena rasa nikmat yang diberikannya. Lebih dari itu, kini kita juga dikelilingi oleh makanan dan minuman olahan yang sarat gula, yang sering kali menarik perhatian kita, terutama anak-anak.
Namun, tahukah Anda bahwa mengenalkan gula kepada bayi bisa membawa dampak buruk jangka panjang? Bayi dilahirkan tanpa mengenal rasa manis dari gula, tetapi orang tua sering kali mengenalkan rasa ini dengan harapan anak akan makan lebih banyak. Sayangnya, gula tidak hanya memperkaya rasa, tetapi juga dapat menyebabkan ketergantungan pada makanan manis. Dilansir dari Early Foods, berikut adalah sepuluh alasan penting mengapa Anda harus menghindari gula untuk bayi Anda.
-
Apa dampak gula berlebihan pada bayi? Dampak dari konsumsi gula berlebihan pada bayi tidak hanya terbatas pada preferensi makanan, namun juga dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Salah satu permasalahan utama yang sering terjadi adalah bayi menolak untuk diberikan ASI, yang sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
-
Kenapa gula berbahaya untuk anak? 'Kenapa gula ini berbahaya? Karena dianggap tidak berbahaya. Jadi bahayanya gula adalah karena dia tidak dianggap berbahaya. Berbeda dengan rokok, rokok itu dianggap berbahaya, ada tulisannya 'Rokok bisa membunuhmu', tapi gula sampai saat ini kita belum melihat ada peringatan terhadap minuman atau makanan yang mengandung tinggi gula,' ungkap Piprim dalam media briefing IDAI secara daring pada Selasa (26/11/2024).
-
Kenapa anak-anak harus menghindari banyak gula? Karena jika anak terlalu banyak mengonsumsi gula juga akan mempengaruhi kesehatannya.
-
Gula apa yang ga boleh dikonsumsi bayi? Gula tambahan yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, seperti gula pasir, gula merah, madu, sirup, selai, atau permen.
-
Apa dampak buruk gula bagi kesehatan anak? '98 persen minuman di sana (mini market) mengandung gula atau sirup fruktosa, sirup jagung tinggi fruktosa, dan pemanis ini luar biasa dahsyatnya dalam merusak kesehatan anak-anak kita apabila diberikan terus-menerus,' ujar Piprim.
-
Mengapa konsumsi gula berlebih berbahaya untuk anak? Kebiasaan ini dapat membuat anak terbiasa dengan rasa manis yang berlebihan, yang berdampak pada peningkatan kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang tinggi akibat konsumsi gula berlebih dapat mempermudah virus dan bakteri berkembang dalam tubuh anak.
1. Melemahkan Sistem Imun
Tubuh memiliki mikrobioma yang terdiri dari triliunan bakteri baik yang membantu mencerna makanan, menghasilkan vitamin, dan melindungi tubuh dari kuman. Ketika anak mengonsumsi terlalu banyak gula, keseimbangan antara bakteri baik dan jahat terganggu. Gula dapat membunuh bakteri baik dan melemahkan sistem imun, sehingga anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
2. Memicu Alergi
Meningkatnya konsumsi gula dalam bentuk minuman manis, permen, dan cokelat telah dikaitkan dengan lonjakan kasus alergi, pilek, dan batuk pada anak-anak. Gejala ini sering kali tampak seperti infeksi, tetapi sebenarnya disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan.
3. Menyebabkan Obesitas pada Anak
Penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara konsumsi gula yang tinggi dan obesitas pada anak. Gula memengaruhi hormon dan otak, menyebabkan ketergantungan yang membuat anak kehilangan kendali terhadap pola makannya. Seiring waktu, hal ini dapat memicu penambahan berat badan yang tidak sehat.
4. Risiko Kerusakan Gigi
Gula menjadi makanan utama bagi bakteri mulut seperti mutans streptococcus, yang menghasilkan asam yang merusak enamel dan dentin gigi. Kerusakan ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah gula yang dikonsumsi, tetapi juga frekuensinya. Camilan manis yang dikonsumsi setiap dua hingga tiga jam memperbesar risiko gigi berlubang.
5. Bersifat Sangat Adiktif
Seperti halnya zat adiktif lainnya, gula memicu pelepasan dopamin di otak, menciptakan rasa ‘puas’ yang ingin diulang terus-menerus. Profesor Epidemiologi Klinis di University of Liverpool bahkan menyebut gula sebagai “tembakau baru” dan mengimbau perusahaan untuk berhenti mengiklankan produk manis kepada anak-anak. Ketergantungan ini dapat membuat anak terus-menerus menginginkan lebih banyak gula.
6. Mengganggu Kemampuan Belajar
Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi fungsi otak. Penelitian dari UCLA menunjukkan bahwa diet tinggi fruktosa dapat mengurangi kemampuan belajar dan mengingat. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama jika anak sering mengonsumsi makanan manis seperti sereal bergula dan minuman soda.
7. Menekan Nafsu Makan Terhadap Makanan Bergizi
Ketergantungan pada gula membuat anak lebih menyukai makanan manis dibandingkan makanan alami seperti buah dan sayur. Akibatnya, anak cenderung menghindari makanan bergizi yang penting untuk tumbuh kembang mereka.
8. Risiko Diabetes Tipe 2
Gula meningkatkan kadar insulin dalam tubuh dan memaksa tubuh untuk membakar glukosa daripada lemak. Jika kadar glukosa dalam darah terus-menerus tinggi, pankreas akan bekerja terlalu keras, dan tubuh bisa menjadi resisten terhadap insulin. Ini meningkatkan risiko diabetes tipe 2 bahkan pada usia muda.
9. Meningkatkan Risiko Depresi
Gula dapat menekan aktivitas hormon BDNF, yang rendah pada individu dengan depresi. Selain itu, gula juga diketahui sebagai penyebab inflamasi kronis yang memengaruhi sistem imun dan otak. Negara dengan konsumsi gula tinggi juga cenderung memiliki angka depresi yang lebih tinggi.
10. Risiko Kolesterol Tinggi dan Penyakit Jantung
Konsumsi gula yang berlebihan menyebabkan disfungsi metabolik, meningkatkan kadar LDL (kolesterol jahat), menurunkan kadar HDL (kolesterol baik), dan meningkatkan tekanan darah. Semua faktor ini meningkatkan risiko penyakit jantung bahkan sejak usia dini.
Cara Praktis Mengurangi Konsumsi Gula
Meski sulit untuk sepenuhnya menghindari gula di era modern ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
Gunakan Alternatif Alami: Tambahkan rasa manis pada makanan dengan bahan alami seperti puree buah atau bubuk kurma.
Tunda Pengenalan Gula: Hindari gula rafinasi, makanan olahan, dan minuman manis setidaknya hingga anak berusia dua tahun.
Berikan Contoh yang Baik: Anak belajar dari apa yang dilakukan orang tua. Mengurangi konsumsi gula di rumah dapat membantu membangun kebiasaan sehat.
Kontrol Frekuensi Konsumsi Gula: Biarkan anak menikmati makanan manis sesekali, tetapi hindari camilan manis yang sering dikonsumsi setiap hari.
Dorong Konsumsi Makanan Alami: Libatkan anak dalam memilih dan menyiapkan makanan sehat di rumah.
Moderasi Adalah Kunci: Sesekali memperkenalkan makanan manis tidak masalah, tetapi pastikan konsumsinya tetap terkendali.
Kesadaran akan bahaya gula adalah langkah pertama untuk menciptakan pola makan sehat bagi anak-anak kita. Dengan memberikan fondasi yang baik sejak dini, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang sehat dan kuat.