Dinyatakan Punah 40 Tahun Lalu, Bunga Ini Tumbuh Lagi di Alam Liar
Temuan luar biasa ini menyoroti ketahanan alam dan potensi suatu spesies bisa hidup kembali.
Dinyatakan Punah 40 Tahun Lalu, Bunga Ini Tumbuh Lagi di Alam Liar
Para peneliti berhasil menemukan kembali spesies tumbuhan yang dianggap sudah punah sejak 40 tahun yang lalu. Bunga galaksi mini yang memukau (Moraea minima) kembali muncul di alam liar. Temuan luar biasa ini menyoroti ketahanan alam dan potensi suatu spesies bisa hidup kembali.
Dikutip dari laman New Scientist, segerombol bunga galaksi mini ditemukan tumbuh bertunas di jalan berkerikil setelah lebih dari 40 tahun dianggap punah.
Sejak kemunculan terakhirnya pada tahun 1981, bunga galaksi mini telah memudar menjadi kenangan dalam sejarah botani. Namun, pada Agustus 2022, seorang ahli botani, Eugéne Hahndiek, membuat terobosan menakjubkan.
Sumber: New Scientist
-
Fosil tanaman apa yang ditemukan? Fosil tumbuhan yang ditemukan di antaranya kerabat tumbuhan hidup seperti Araucaria, kerabat pinus Wollemi yang merupakan tumbuhan purba dan sangat langka di mana hanya terdapat kurang dari 100 pohon dewasa saat ini.
-
Di mana bunga bangkai tumbuh? Bunga bangkai tumbuh di dataran rendah dan biasanya ditemukan di daerah beriklim tropis serta subtropis, dengan sekitar 170 spesies yang tersebar di seluruh dunia, di mana 25 di antaranya dapat ditemukan di Indonesia, termasuk di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
-
Hewan apa yang ditemukan hidup lagi setelah diduga punah? Banyak orang berpikir bahwa hewan yang telah punah benar-benar telah lenyap dari bumi. Namun, ada beberapa spesies yang sebelumnya dianggap punah ternyata dapat ditemukan kembali.
-
Hewan apa saja yang diyakini punah, tapi muncul kembali? Berikut hewan yang dulunya dianggap punah, namun tak disangka menampakan eksistensinya di dunia.
-
Kenapa hewan yang dianggap punah bisa ditemukan hidup lagi? Kehadiran kembali hewan-hewan ini memberikan harapan baru dan menginspirasi kagum terhadap kemampuan alam dalam bertahan hidup dan beradaptasi.
-
Dimana bunga Angelita Daisy tumbuh alami? Bunga ini tumbuh alami di Arizona, New Mexico, Colorado, Nevada, dan California bagian selatan.
Saat menjelajah jauh ke dalam jantung Western Cape, Hahndiek tanpa sengaja menemukan sekelompok bunga galaksi mini yang tersembunyi, yang telah menghidupkan kembali spesies yang telah lama hilang.
Foto: New Scientist
Bunga galaksi mini, yang secara ilmiah dikenal sebagai Moraea minima, merupakan spesies tanaman yang unik yang berasal dari wilayah kecil di Afrika Selatan. Dengan ciri khas bunga halus seperti iris berwarna kuning pucat, tanaman ini akan menghiasi lanskap selama beberapa jam setelah hujan. Namun, kecantikan memukau bunga ini hanya mekar selama beberapa jam, khususnya setelah hujan turun.
Tanaman ini eksklusif ditemukan di Western Cape, yang terletak dekat dengan ujung selatan Afrika.
Penemuan kembali yang tidak disengaja ini telah menghidupkan kembali harapan di kalangan pelestari lingkungan dan peneliti yang bekerja keras untuk melindungi keanekaragaman hayati planet kita. Bunga galaksi mini, yang pernah dianggap punah, menunjukkan kemampuan alam yang luar biasa untuk membuktikan prediksi yang paling buruk sekalipun. Potensi untuk menghidupkan kembali spesies ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang keterkaitan ekosistem dan keseimbangan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup semua spesies.
Kemunculan kembali bunga galaksi mini ini membawa pelajaran berharga bagi umat manusia. Ini mengajarkan kepada kita pentingnya melestarikan lingkungan alam kita dan menekankan kebutuhan mendesak untuk upaya konservasi yang komprehensif. Dengan melindungi habitat spesies yang terancam punah, kita tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati tetapi juga memungkinkan terjadinya penemuan dan penemuan ulang yang dapat menginspirasi generasi mendatang.
Kisah tentang kembalinya bunga galaksi mini mengingatkan kita bahwa alam memiliki keajaiban yang tak terhingga dan mengajak kita untuk menjelajah, melindungi, serta menghargai kekayaan kehidupan yang ada di planet kita.
Sumber: New Scientist