Hasil Survei: Dukungan Rakyat Palestina untuk Hamas Naik Tiga Kali Lipat dan Tidak Mampu Dikalahkan Israel
Survei diselenggarakan Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) di Tepi Barat.
Survei diselenggarakan Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) di Tepi Barat.
Hasil Survei: Dukungan Rakyat Palestina untuk Hamas Naik Tiga Kali Lipat dan Tidak Mampu Dikalahkan Israel
Survei terbaru yang dilaksanakan Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) yang diterbitkan pada 13 Desember mengungkap lonjakan dukungan untuk Hamas.
Sumber: The Cradle
"Dukungan untuk Hamas di Tepi Barat meningkat tiga kali lipat dibanding tiga bulan yang lalu,” ungkap survei PCPSR, dikutip dari The Cradle, Jumat (15/12).
"Survei juga menunjukkan sebagian besar percaya bahwa Israel tidak akan berhasil memberantas Hamas, atau menyebabkan Nakba kedua di Palestina, atau mengusir penduduk Jalur Gaza. Sebenarnya, sebagian besar percaya bahwa Hamas akan keluar sebagai pemenang dari perang ini."
Survei tersebut juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan atas dukungan untuk Presiden Mahmoud Abbas, Fatah, dan Otoritas Palestina (PA) secara keseluruhan. Tuntutan untuk pembubaran PA meningkat menjadi hampir 60 persen, sementara tuntutan untuk pengunduran diri Abbas meningkat menjadi sekitar 90 persen.
“Meski dukungan untuk Fatah dan Abbas menurun, tokoh Palestina paling populer tetap Marwan Barghouti, seorang pemimpin Fatah,” kata PCPSR.
"Barghouti masih mampu mengalahkan kandidat Hamas Ismail Haniyeh, atau siapa pun."
Barghouti ditangkap pasukan Israel pada tahun 2002. Ia dihadapkan pada lima hukuman kumulatif seumur hidup. Barghouti disebut-sebut dalam negosiasi pertukaran tawanan baru-baru ini yang sedang berlangsung di Eropa.
Peneliti survei Khalil Shikaki mengatakan kepada Associated Press (AP) bahwa dengan indikasi melemahnya legitimasi Otoritas Palestina, kemungkinan setelah perang di Gaza adalah "pendudukan Israel yang tak berujung."
"Israel terjebak di Gaza," kata Shikaki kepada AP sebelum publikasi hasil survei.
"Mungkin pemerintah Israel berikutnya akan memutuskan bahwa PM Israel Benjamin Netanyahu tidak benar dalam menetapkan semua kondisi ini, dan mereka mungkin memutuskan untuk menarik diri secara sepihak dari Gaza. Tetapi dampak buruknya di masa depan, bagi Israel dan Gaza, adalah bahwa Israel sepenuhnya menguasai kembali Gaza."
Shikaki juga menyampaikan sentimen anti-AS dan anti-Barat menguat di kalangan Palestina karena sikap Barat dan AS terhadap hukum kemanusian internasional dan peristiwa di Gaza.
Hasil survei di Israel menunjukkan bahwa warga meyakini percaya tentara Israel tidak mengurangi serangan mereka terhadap Hamas, meskipun Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan "gencatan senjata kemanusiaan segera."
"Masyarakat merasa ini merupakan ancaman terhadap keberadaan Israel itu sendiri," kata Tamar Hermann, anggota Institut Demokrasi Israel.
Hermann menambahkan, masyarakat juga bersiap untuk lebih banyak kematian tentara, meski mengalami salah satu hari paling mematikan dalam perang Gaza pada Selasa lalu.