Survei: Mayoritas Warga Gaza Ingin Tetap Dipimpin Hamas Setelah Perang, Bukan Mahmud Abbas
Survei melibatkan warga yang ada di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Survei melibatkan warga yang ada di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Survei: Mayoritas Warga Gaza Ingin Tetap Dipimpin Hamas Setelah Perang, Bukan Mahmud Abbas
Dukungan untuk Hamas di kalangan warga Palestina masih tinggi, di tengah semakin brutalnya agresi Israel di Jalur Gaza. Menurut hasil survei terbaru, lebih dari 50 persen warga Palestina mendukung Hamas harus tetap memerintah Jalur Gaza ketika perang berakhir.
Hanya 11 persen warga yang mendukung Jalur Gaza diperintah Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas.
Sumber: Middle East Eye
Hasil survei ini dibuat oleh lembaga jajak pendapat terkemuka di Palestina dan dipublikasikan pada Rabu (20/3) di Pusat Survei dan Penelitian Kebijakan Palestina (PCPSR) di Ramallah, bekerja sama dengan Konrad-Adenauer-Stiftung (KAS).
Sebanyak 59 persen responden di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki mengatakan, mereka ingin Hamas memimpin Gaza pascaperang, turun 5 persen dari jajak pendapat terakhir PCPSR dan KAS pada Desember.
Sebanyak 13 persen lainnya mengatakan mereka berharap PA akan kembali menguasai Jalur Gaza, namun hanya di bawah kepemimpinan selain Abbas.
Popularitas Abbas merosot dalam beberapa tahun terakhir salah satunya karena keengganannya untuk memperbaiki hubungan dengan Hamas. PA juga secara luas dipandang semakin korup dan otokratis.
Abbas (88), yang terpilih untuk masa jabatan empat tahun pada tahun 2005, belum menunjuk penggantinya.
Survei tersebut, yang dilakukan antara 5 sampai 10 Maret dan melibatkan sekitar 1.580 orang dewasa Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, menemukan bahwa 70 persen orang yang menjawab mengatakan bahwa mereka puas dengan peran Hamas selama perang, dan 61 persen juga mengatakan Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, melakukan hal yang sama.
Sebagai mantan anggota sayap bersenjata Hamas, Sinwar menghabiskan lebih dari 20 tahun di penjara Israel setelah divonis bersalah karena menculik dan membunuh dua tentara Israel. Ia dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada 2011.
Selain itu, survei menunjukkan sebanyak 71 persen warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat percaya bahwa serangan terhadap Israel selatan pada tanggal 7 Oktober lalu adalah "benar". Terjadi penurunan 1 persen dari jajak pendapat sebelumnya yang dilakukan pada Desember.
Pasukan penjajah Israel telah membunuh hampir 32.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023, termasuk sedikitnya 14.000 anak-anak, menurut kementerian kesehatan Palestina.