Ilmuwan Ungkap Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Korban Letusan Pompeii Lewat DNA
Merdeka.com - Para peneliti yang mempelajari tulang belulang manusia korban letusan gunung api Pompeii menemukan rahasia genetik dari tulang seorang pria dan seorang perempuan yang terkubur ketika kota Romawi itu ditelan abu vulkanik.
"Genom manusia Pompeian" pertama ini adalah satu set "instruksi genetik" yang hampir lengkap dari para korban, yang dikodekan dalam DNA yang diekstraksi dari tulang mereka.
DNA purba yang ditemukan dalam tubuh yang terbungkus abu itu mengeras karena waktu. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.
-
Kapan letusan gunung api di Santorini terjadi? Letusan itu merusak pulau tersebut, yang pada saat itu disebut Thira oleh penduduk Minoa, dan menyisakan tepi tanah mengelilingi kaldera, sekarang dikenal sebagai Santorini, pulau berbentuk bulan sabit itu mencatat salah satu letusan paling dahsyat dalam sejarah tercatat.
-
Siapa yang menemukan gunung api? Ilmuwan yang sedang meneliti gunung api kuno di bawah Laut Pasifik itu menemukan gunung itu masih aktif dan dipenuhi ribuan telur raksasa.
-
Kapan gunung berapi meletus sebelum dinosaurus punah? Melalui analisis tersebut, tim dapat memperkirakan jumlah belerang dan fluorin yang dilepaskan oleh letusan gunung berapi ke atmosfer 200.000 tahun sebelum kepunahan dinosaurus.
-
Bagaimana memprediksi erupsi gunung berapi? Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
Dua orang itu pertama kali ditemukan pada 1933 di Casa del Fabbro atau Rumah Perajin. Mereka tertumpuk di pojok ruang makan dan diperkirakan mereka sedang makan siang ketika erupsi terjadi pada 24 Agustus tahun 79.
Salah satu penelitian terbaru menyatakan awan abu besar dari erupsi Gunung Vesuvius menewaskan para penduduk kota kurang dari 20 menit setelah erupsi terjadi.
Menurut ahli antropologi Dr Serena Viva dari Universitas Salenton, dua korban itu tidak berusaha melarikan diri dari terjangan abu vulkanik.
"Dari posisi (jasad mereka) tampaknya mereka tidak lari," ujar Viva kepada Inside Science BBC Radio 4.
"Jawaban mengapa mereka tidak lari bisa dikaitkan dengan kondisi kesehatan mereka," lanjutnya, dikutip dari laman BBC, Senin (30/5).
Petunjuk terkait kondisi dua orang tersebut terungkap dalam penelitian baru tulang belulang mereka.
"Pertama kali kami memeriksanya, dan kelihatannya menjanjikan, jadi kami memutuskan untuk mencoba (ekstraksi DNA)," jelas pemimpin penelitian, Profesor Gabriele Scorrano dari Lundbeck GeoGenetics Kopenhagen.
Penelitian genetik mengungkapkan, kerangka pria tersebut berisi DNA dari bakteri penyebab tuberkolosis. Sehingga para peneliti memperkirakan pria ini terkena penyakit tuberkolosis sebelum kematiannya. Dan sebuah fragmen tulang di dasar tengkoraknya mengandung cukup DNA utuh untuk menyusun seluruh kode genetiknya.
Ini menunjukkan pria itu memiliki "penanda genetik" yang sama - atau titik referensi yang dapat dikenali dalam kode genetiknya - dengan individu lain yang tinggal di Italia selama zaman Kekaisaran Romawi. Tetapi dia juga memiliki sekelompok gen yang biasa ditemukan di pulau Sardinia, yang menunjukkan bahwa mungkin ada keragaman genetik tingkat tinggi di seluruh Semenanjung Italia pada saat itu.
Harta karun
Profesor Scorrano mengatakan masih banyak hal yang perlu dipelajari terkait biologi Pompeii - termasuk dari DNA lingkungan purba, yang dapat mengungkapkan lebih banyak tentang keanekaragaman hayati pada masa itu.
"Pompeii seperti sebuah pulau Romawi," ujarnya.
"Kita punya gambaran soal satu hari yang berlangsung pada tahun 79 Masehi."
Viva menambahkan, setiap jasad manusia di Pompeei merupakan "harta karun".
"Orang-orang ini saksi bisu salah satu peristiwa bersejarah paling terkenal di dunia," ujarnya.
"Bekerja dengan mereka sangat emosional dan sebuah privilese besar bagi saya."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penelitian terbaru mengungkap saat-saat terakhir dua kerangka manusia di Pompeii, Italia ketika Gunung Vesuvius meletus pada 79 M,
Baca SelengkapnyaIni adalah korban letusan Gunung Vesuvius terbaru yang ditemukan di situs arkeologi Pompeii.
Baca SelengkapnyaEndapan bawah air tersebut memberi isyarat terdapat pola berulang terjadinya bencana setiap 10.000 sampai 15.000 tahun di wilayah tersebut.
Baca Selengkapnyaletusan gunung berapi menghancurkan kota Pompei dan Herculaneum pada tahun 79 M. Tetapi daerah tersebut masih terus dihuni selama berabad-abad hingga hari ini
Baca SelengkapnyaGunung Vesuvius meletus pada Agustus tahun 79 Masehi.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini dipimpin oleh ilmuwan dari Universitas Tokyo, Jepang.
Baca SelengkapnyaTsunami dahsyat menghantam wilayah ini sekitar 6.000 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaGambar ini dibuat sebelum Gunung Vesuvius di Pompeii, Italia, meletus pada tahun 79 Masehi,
Baca SelengkapnyaArkeolog mengungkap teknik konstruksi orang Romawi kuno.
Baca SelengkapnyaPohon ini terletak dalam lapisan berurutan yang satu di atas yang lain, mencerminkan intensitas letusan gunung berapi yang dahsyat.
Baca SelengkapnyaSisa otak dan kulit dari dua individu ini ditemukan di situs Zaman Perunggu terkenal di Turki.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan juga mengungkap penyebab peristiwa kepunahan massal di Zaman Trias-Jurassic.
Baca Selengkapnya