Lagu Tertua di Dunia yang Masih Bertahan Berusia 2000 Tahun, Liriknya Penuh Haru
Lagu ini ditemukan pada 1883 yang diukir di sebuah pilar atau prasasti dari kota Helenistik Tralles dekat Aydın, Turki.
Lagu ini ditemukan pada 1883 yang diukir di sebuah pilar atau prasasti dari kota Helenistik Tralles dekat Aydın, Turki
-
Mengapa lagu-lagu klasik masih populer? Selain itu, lagu-lagu lama seperti 'Unwritten' dari Natasha Bedingfield dan 'Murder On The Dancefloor' dari Sophie Eliis-Bextor kembali mendapatkan popularitas setelah muncul dalam film. Hal ini menunjukkan bahwa lagu-lagu klasik masih memiliki daya tarik yang kuat di kalangan pendengar masa kini.
-
Kenapa lagu Mahalini menarik? Karena kemampuannya ini, Mahalini menjadi salah satu penyanyi sekaligus penulis lagu muda yang paling menonjol di Indonesia.
-
Kenapa lagu 'Obati Rinduku' mengharukan? Lagu 'Obati Rinduku' (Faisal Asahan) sangat mengharukan dan menceritakan tentang rasa rindu yang dalam.
-
Gimana musik bisa bikin orang ingat masa lalu? Ketika kita mendengarkan lagu yang pernah sering kita dengar atau yang memiliki hubungan erat dengan momen tertentu dalam hidup kita, itu bisa menjadi pintu menuju nostalgia.
-
Mengapa pantun penting dilestarikan? Tidak heran apabila pantun menjadi salah satu tradisi dan budaya Nusantara yang penting untuk dilestarikan.
-
Kenapa pantun Sunda dianggap memiliki nilai luhur? Warga setempat meyakini bahwa pantun memiliki nilai petuah yang baik saat ditampilkan di acara-acara tertentu.
Lagu Tertua di Dunia yang Masih Bertahan Berusia 2000 Tahun, Liriknya Penuh Haru
Lagu yang berasal dari abad pertama terbukti menjadi lagu tertua yang masih bertahan secara keseluruhan hingga kini. Lagu berbahasa Yunani kuno ini dikenal sebagai “Seikilos Epitaph.”
Dilansir laman Greek Reporter, lagu ini ditemukan pada 1883 yang diukir di sebuah pilar atau prasasti dari kota Helenistik Tralles dekat Aydın, Turki. Lagu ini dikemas dengan melodi beserta lirik dalam notasi musik Yunani kuno.
Meski sering disebut sebagai batu nisan, para ahli menduga itu mungkin bukan untuk menandai makam, tetapi lebih merupakan monumen yang didirikan oleh Seikilos untuk mengenang atau mengabadikan keahliannya.
"Aku adalah batu nisan, sebuah gambar,” demikian bunyi sebuah prasasti. “Seikilos menempatkanku di sini sebagai tanda kenangan abadi.”
Kolom tersebut juga memuat notasi musik serta kumpulan lirik pendek yang berbunyi: “Selagi kau hidup, bersinarlah / Tidak ada kesedihan sama sekali / Hidup hanya untuk sementara / Dan waktu menuntut korbannya.” Liriknya yang singkat ini terekam dalam notasi musik Yunani kuno.
Dua kata terakhir yang masih bertahan pada batu nisan itu sendiri adalah: Σεικίλος Εὐτέρ[πῃ], yang berarti "Seikilos untuk Euterpe".
Oleh karena itu, menurut rekonstruksi ini, batu nisan dan epigram di sana mungkin dipersembahkan oleh Seikilos untuk Euterpe, yang kemungkinan adalah istrinya.
Batu nisan ini memiliki tulisan di atasnya, yang berbunyi dalam bahasa Yunani: Εἰκὼν ἤ λίθος εἰμί. τίθησί με Σεικίλος ἔνθα μνήμης ἀθανάτου σῆμα πολυχρόνιον. Terjemahan bebasnya adalah: "Aku adalah batu nisan, sebuah gambar. Seikilos menempatkanku di sini sebagai tanda kenangan yang abadi."
Tulisan di atas setiap baris liriknya terdiri dari huruf dan tanda yang menunjukkan melodi lagu.
Batuan nisan atau prasasti ini ditemukan pada 1883 tetapi kemudian menghilang dan ditemukan kembali digunakan sebagai alas pot bunga. Sekarang benda kuno kuno ini disimpan di Museum Nasional Denmark.
Lagu ini dianggap sebagai komposisi musik lengkap tertua yang masih bertahan di dunia.
Dengan tulisan yang terpelihara baik, Epitaph Seikilos memungkinkan musisi dan cendekiawan modern untuk menciptakan kembali melodi Yunani kuno ini, merajut kembali keindahan yang terpendam selama berabad-abad.
Meskipun ada contoh notasi musik yang lebih tua, seperti Lagu Hurrian, namun notasi ini pecah dan tidak seperti ukiran lengkap yang ditemukan pada Epitaph Seikilos.
Sejarah musik juga sama tuanya dengan usia umat manusia itu sendiri. Arkeolog menemukan seruling primitif yang terbuat dari tulang dan gading yang berasal dari 43.000 tahun yang lalu, dan sangat mungkin banyak gaya musik kuno masih terjaga dalam tradisi lisan.
Namun, ketika berbicara tentang lagu-lagu tertentu, contoh-contoh tertua yang diketahui relatif lebih baru. Fragmen paling awal notasi musik ditemukan pada prasasti tembikar Sumeria 4.000 tahun yang lalu, yang berisi petunjuk dan penyetelan untuk sebuah himne yang menghormati penguasa Lipit-Ishtar.
Tetapi untuk judul lagu tertua yang masih ada, sebagian besar sejarawan menunjuk pada "Himne Hurrian No. 6," suatu syair untuk dewi Nikkal yang diciptakan dalam bentuk huruf paku oleh bangsa Hurrian kuno sekitar abad ke-14 SM.
Prasasti tanah liat yang berisi lagu tersebut digali pada tahun 1950-an dari reruntuhan kota Ugarit di Suriah.
Bersama dengan kumpulan notasi musik yang hampir lengkap, mereka juga menyertakan instruksi khusus tentang cara memainkan lagu tersebut pada jenis lira sembilan senar.
Dengan penemuan ini, Epitaph Seikilos menjadi saksi bisu, tetapi indah, dari warisan musik kuno kita. Sejarah musik terus berkembang, dan melalui penemuan-penemuan seperti ini, kita dapat mengapresiasi keindahan melodi masa lalu yang masih hidup dalam nada-nada zaman sekarang.