Sedang Bajak Ladang, Petani Temukan Peti Mati dari Zaman Yunani Kuno
Lokasi tempat ditemukannya peti mati itu diamankan petugas berwenang.

Seorang petani yang sedang membajak ladangnya di Hocakoy, sebuah desa di Iznik, Bursa, Turki, menemukan sebuah sarkofagus kuno.
Iznik, yang dulunya adalah kota Yunani kuno Nicaea (Νίκαια) yang didirikan oleh Antigonus pada tahun 316 SM, terkenal akan warisan budayanya yang kaya.
Petani itu menemukan sebuah penutup batu yang dirancang dengan rumit dan sebagian dari sebuah pilar yang diyakini berusia berabad-abad.
Penutup batu itu dihiasi dengan pola-pola detail dan motif salib, ditemukan bersama dengan tulang manusia, yang menimbulkan spekulasi tentang asal-usulnya. Para ahli menduga lokasi itu mungkin pernah menjadi tempat pemakaman atau memiliki nilai keagamaan.

Pihak berwenang dengan cepat mengamankan area tersebut. Gendarmerie Distrik Iznik memagari lokasi itu, dan para arkeolog dari Museum Iznik mulai melakukan penyelidikan.
Para peneliti antusias untuk memeriksa apa yang terdapat di bawah penutup batu itu, dengan harapan dapat memberikan wawasan baru tentang masa lalu kota itu.
Sebuah Kota dengan Signifikansi Sejarah
Iznik, yang dahulu dikenal sebagai Nicaea, memiliki peran penting dalam sejarah. Terletak di barat laut Anatolia, kota ini awalnya didirikan oleh Raja Makedonia, Antigonus I Monophthalmus, pada abad ke-4 SM setelah kematian Alexander Agung.
Awalnya bernama Antigoneia, kota ini kemudian berganti nama menjadi Nicaea oleh Lysimachus, salah satu penerus Alexander, sebagai penghormatan kepada istrinya.
Sebagai kota Yunani, Nicaea berkembang pesat selama periode Hellenistik, memperlihatkan budaya, arsitektur, dan tradisi klasik Yunani.
Lokasinya yang strategis dan kontribusi budayanya menjadikannya pusat penting di wilayah tersebut. Sisa-sisa warisan Yunani ini masih berdiri sebagai bukti masa lalunya yang kaya.
Nicaea kemudian menjadi kota yang menonjol pada periode Romawi dan Bizantium, terutama sebagai lokasi Konsili Nicaea Pertama dan Kedua, di mana para pemimpin Kristen menetapkan Syahadat Nicea. Setelah Perang Salib Keempat, kota ini berfungsi sebagai ibu kota Kekaisaran Nicaea dan kemudian menjadi ibu kota Kesultanan Ottoman yang berkembang dari tahun 1331 hingga 1335.
Meskipun keutamaannya menurun setelah Ottoman memindahkan ibu kota mereka ke Bursa, warisan Nicaea tetap terlihat. Tembok kota yang menjulang tinggi, gereja-gereja kuno, masjid, dan harta arsitektur lainnya berdiri sebagai pengingat akan signifikansi sejarahnya.