Mantan Karyawan OpenAI Bunuh Diri, Sebelumnya Sempat Curhat Kondisi di Perusahaan
Tim medis di San Francisco mengkonfirmasi bahwa kematian mantan karyawan OpenAI dikategorikan sebagai kasus bunuh diri.
Seorang peneliti dari OpenAI, Suchir Balaji, ditemukan meninggal dunia di apartemen yang terletak di San Francisco, California, Amerika Serikat. Pihak berwenang menemukan jenazahnya pada 26 November 2024 setelah menerima laporan yang meminta petugas untuk memeriksa kondisinya.
Kantor pemeriksa medis San Francisco menyatakan bahwa kematian Balaji adalah akibat bunuh diri, dan polisi tidak menemukan adanya indikasi tindak pidana, sebagaimana dilaporkan oleh BBC pada Senin (16/12/2024). Dalam beberapa bulan terakhir, Balaji secara terbuka mengkritik praktik yang diterapkan oleh perusahaan kecerdasan buatan OpenAI, yang terlibat dalam berbagai tuntutan hukum terkait pengumpulan data.
Pada bulan Oktober 2024, New York Times menerbitkan wawancara dengan Balaji, di mana ia menyatakan bahwa OpenAI telah melanggar hukum hak cipta AS dalam proses pengembangan chatbot populer, ChatGPT. Dalam artikel tersebut, Balaji mengungkapkan bahwa setelah empat tahun bekerja di perusahaan itu, ia menyimpulkan bahwa "penggunaan data berhak atas cipta oleh OpenAI untuk membangun ChatGPT melalui hukum dan bahwa teknologi seperti ChatGPT merusak internet".
OpenAI menjelaskan bahwa model yang mereka kembangkan "dilatih berdasarkan data yang tersedia untuk umum". Balaji memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tersebut pada bulan Agustus dan mengungkapkan kepada New York Times bahwa ia telah fokus pada proyek pribadi setelahnya. Ia dibesarkan di Cupertino, California, sebelum melanjutkan studi ilmu komputer di University of California, Berkeley.
Seorang perwakilan dari OpenAI menyatakan dalam sebuah rilis yang dikutip oleh CNBC News bahwa mereka "sangat sedih mendengar berita yang sangat menyedihkan hari ini dan kami juga berduka cita kepada orang-orang terkasih Suchir selama masa sulit ini". Dalam perkembangan terbaru, penerbit berita di AS dan Kanada, termasuk New York Times, bersama sejumlah penulis buku terlaris seperti John Grisham, telah mengajukan gugatan hukum dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut secara ilegal memanfaatkan artikel berita untuk melatih perangkat lunaknya.
OpenAI, dalam tanggapannya kepada BBC pada November 2024, menjelaskan bahwa perangkat lunaknya "didasarkan pada penggunaan yang wajar dan prinsip-prinsip hak cipta internasional terkait yang adil bagi para pencipta dan mendukung inovasi". Hal ini menunjukkan bahwa OpenAI berusaha untuk menjaga kepatuhan terhadap regulasi yang ada, meskipun ada kritik dan gugatan yang diajukan terhadap mereka. Dengan demikian, situasi ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh perusahaan teknologi dalam mengelola penggunaan konten yang dilindungi hak cipta.