Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Media Asing Soroti Tragedi Kanjuruhan, Kritik Tajam Polisi Indonesia

Media Asing Soroti Tragedi Kanjuruhan, Kritik Tajam Polisi Indonesia Suasana kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. ©2022 REUTERS TV

Merdeka.com - Kericuhan yang terjadi selepas laga sepak bola antara klub Arema Malang dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Sabtu lalu menewaskan sedikitnya 127 orang. Peristiwa terburuk kedua dalam sejarah persepakbolaan dunia itu sontak menjadi sorotan berbagai media internasional.

Bentrokan terjadi antara aparat polisi dan suporter di stadion. Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah penonton sehingga memaksa orang-orang untuk keluar stadion berdesak-desakan. Mereka yang tak kuat jatuh terinjak-injak hingga tewas.

Ini bukan kali pertama bentrokan mematikan antara polisi dan warga sipil terjadi.

Dikutip dari laman the New York Times, Selasa (4/10), selama bertahun-tahun, ribuan warga harus menghadapi kekerasan polisi yang dinilai korup, brutal dalam menghadapi kerumunan dan aparat yang kebal hukum.

Bentrokan pada 2019 antara polisi dengan pengunjuk rasa yang tidak menerima kemenangan Presiden Joko Widodo dalam pemilu menewaskan 10 orang dalam unjuk rasa.

Ssetahun kemudian, polisi memukuli ratusan orang di 15 provinsi saat unjuk rasa pengesahan UU baru. Kemudian pada April 2020 di kota Ternate, polisi menembakkan gas air mata hingga melukai para pengunjuk rasa.

Melalui bentrokan-bentrokan ini, terlihat jika polisi sering menggunakan taktik memukul dengan tongkat dan perisai huru hara serta menyemprot atau menembak gas air mata. Taktik yang sama itu juga dipakai polisi saat bentrok dengan Aremania pada Sabtu lalu.

Menurut para ahli, tragedi di Stadion Kanjuruhan itu menunjukkan kelemahan polisi, yaitu aparat yang kurang terlatih mengendalikan massa dan perlakuan militeristik kepada warga sipil.

“Bagi saya, ini benar-benar fungsi dari kegagalan reformasi kepolisian di Indonesia,” jelas Jacqui Baker, ekonom politik di Universitas Murdoch Perth, Australia.

Menurut Baker meski dalam 2 dasawarsa terakhir pihak berwajib telah melakukan penyelidikan atas tindakan kasar polisi Indonesia, namun upaya-upaya itu tidak membawa perubahan.

Bagi Baker, tidak adanya perubahan terjadi “karena tidak ada kepentingan politik untuk benar-benar mewujudkan kepolisian yang profesional.”

Setelah bentrokan Sabtu lalu, banyak warga Indonesia meminta agar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dipecat. Bahkan sekitar 16.000 orang menandatangani petisi agar polisi berhenti menggunakan gas air mata.

Pemerintah segera bergerak cepat untuk meredam kemarahan publik. Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat pun dicopot dari jabatannya. Namun hal ini tidak dapat mengubah Polri dan ternyata masalah ini memiliki akar yang lebih dalam.

Anggaran PolriSeperti diketahui, Polri tidak memiliki kekuasaan yang besar seperti militer Indonesia selama tiga dasawarsa pemerintahan diktator Presiden Soeharto. Namun Polri tiba-tiba mendapat tugas besar setelah reformasi 1998.

Tugas-tugas besar pun mendorong banyak pejabat tinggi Polri untuk menerima suap dan melakukan korupsi. Setiap tuduhan kepada polisi pun diserahkan kepada pejabat tinggi untuk diselidiki. Namun banyak kasus-kasus itu tidak diselidiki.

Salah satu kasus yang tidak diselidiki adalah kasus kematian 2 mahasiswa saat unjuk rasa di Sulawesi pada 2019.

Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Polri pun terjun bebas. Sebelumnya pada April lalu, tingkat kepercayaan masyarakat kepada Polri sebesar 71,6 persen namun pada Agustus lalu, tingkat kepercayaan itu hanya sebesar 54,2 persen.

Kurangnya akuntabilitas polisi bertepatan dengan anggaran yang membengkak. Bahkan tahun ini, Polri memiliki anggaran sebesar Rp 109,7 triliun. Banyak dari uang itu dihabiskan untuk gas air mata, pentung (tongkat) dan masker gas.

Andri Prasetiyo, seorang peneliti keuangan dan kebijakan mengungkap jika Polri telah menghabiskan sekitar Rp 3,3 triliun untuk membeli helm, tameng, kendaraan taktis, dan peralatan lain untuk dikerahkan dalam unjuk rasa.

Andri menjelaskan pembelian gas air mata meningkat pada 2017 menjadi Rp 331,1 miliar. Kala itu di Jakarta terjadi serangkaian unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu orang yang menuntut penahanan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok karena tuduhan penistaan agama.

Menurut para ahli, tahun 2019 menjadi puncak penggunaan gas air mata oleh polisi. Bahkan anggaran pembelian gas air mata yang sebelumnya menurun setelah 2017, meningkat kembali pada 2020 menjadi Rp 225,8 miliar.

Gas air mata pun menjadi senjata utama yang digunakan polisi dalam unjuk rasa.

“Ini menjadi lebih dari sebuah pola sekarang,” kata direktur Lembaga Analisis Kebijakan Konflik, Sana Jaffrey.

Pada Januari lalu, Polri menghabiskan hampir Rp 50,3 miliar untuk membeli pentungan (tongkat) khusus bagi petugas di Provinsi Jawa Timur.

Dalam laga mematikan Sabtu lalu, polisi telah mengantisipasi bentrokan dengan menggunakan helm, rompi dan perisai, dan dipersenjatai dengan pentung. Bahkan Polres Malang meminta kepada pihak penyelenggara untuk memulai pertandingan pada pukul 15.30, namun saran itu tidak didengar.

Menurut para ahli, bentrokan mematikan Sabtu lalu dapat dihindari dengan tidak melepaskan gas air mata, tidak menggunakan tongkat pemukul, memahami cara mengendalikan massa, dan meredakan konflik.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Mengenang Peristiwa Kelam 1 Tahun Tragedi Maut di Stadion Kanjuruhan, 135 Suporter Tewas Sia-Sia
FOTO: Mengenang Peristiwa Kelam 1 Tahun Tragedi Maut di Stadion Kanjuruhan, 135 Suporter Tewas Sia-Sia

Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.

Baca Selengkapnya
Memutus Mata Rantai Kekerasan Sepak Bola
Memutus Mata Rantai Kekerasan Sepak Bola

Kekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.

Baca Selengkapnya
Komisi III DPR Minta Polisi Berhati-hati Halau Kericuhan Suporter: Tragedi Kanjuruhan Jangan Terulang
Komisi III DPR Minta Polisi Berhati-hati Halau Kericuhan Suporter: Tragedi Kanjuruhan Jangan Terulang

Bentrokan antara suporter dan aparat keamanan terjadi, memaksa polisi untuk menggunakan gas air mata guna menghindari eskalasi lebih lanjut.

Baca Selengkapnya
Koalisi Masyarakat Sipil Minta Kapolri Bertanggung Jawab Buntut Polisi Represif ke Demonstran Kawal Putusan MK
Koalisi Masyarakat Sipil Minta Kapolri Bertanggung Jawab Buntut Polisi Represif ke Demonstran Kawal Putusan MK

Usman menyoroti penggunaan water cannon, gas air mata, atau penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang kepada pengunjuk rasa.

Baca Selengkapnya
JIS Disorot, Ini Sederet Tragedi Buruk di Stadion Bola Akibat Akses Pintu Keluar
JIS Disorot, Ini Sederet Tragedi Buruk di Stadion Bola Akibat Akses Pintu Keluar

Stadion sepak bola Jakarta International Stadium (JIS) kembali menjadi sorotan publik karena ternyata tidak memenuhi standar FIFA .

Baca Selengkapnya
Amnesty International Soroti Kekerasan Polisi ke Massa Demo Penolakan RUU Pilkada
Amnesty International Soroti Kekerasan Polisi ke Massa Demo Penolakan RUU Pilkada

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, aparat kepolisian kembali bersikap brutal kepada para pengunjuk rasa

Baca Selengkapnya
Setahun Pasca Tragedi Kanjuruhan, Tangis Keluarga Korban Pecah Tuntut Para Pelaku Dihukum Berat
Setahun Pasca Tragedi Kanjuruhan, Tangis Keluarga Korban Pecah Tuntut Para Pelaku Dihukum Berat

Setahun lalu, 1 Oktober 2022 peristiwa berdarah yang menewaskan ratusan orang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, korban belum dapat keadilan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Keluarga Korban Kanjuruhan Tuntut Keadilan, Bos PSSI Erick Thohir Dorong Hukuman Maksimal
VIDEO: Keluarga Korban Kanjuruhan Tuntut Keadilan, Bos PSSI Erick Thohir Dorong Hukuman Maksimal

Erick menegaskan, bahwa PSSI berkomitmen untuk mendorong pemberian hukuman maksimal.

Baca Selengkapnya
VIDEO:  Keluarga Korban Kanjuruhan Tuntut Keadilan, Bos PSSI Erick Thohir Dorong Hukuman Maksimal
VIDEO: Keluarga Korban Kanjuruhan Tuntut Keadilan, Bos PSSI Erick Thohir Dorong Hukuman Maksimal

Ketum PSSI Erick Thohir menanggapi aspirasi keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang menuntut keadilan.

Baca Selengkapnya
Ribut di Hiburan Solo Organ, Personel TNI Melerainya Malah Kena Bogem Mentah dari Warga
Ribut di Hiburan Solo Organ, Personel TNI Melerainya Malah Kena Bogem Mentah dari Warga

Seorang anggota TNI yang sedang melerai keributan di acara hiburan solo organ tiba-tiba dikeroyok brutal oleh warga yang emosi.

Baca Selengkapnya
579 Orang Jadi Korban Kekerasan Polisi saat Demo Tolak Revisi UU Pilkada
579 Orang Jadi Korban Kekerasan Polisi saat Demo Tolak Revisi UU Pilkada

344 orang mengalami penangkapan dan penahanan semena-mena.

Baca Selengkapnya
12 Pengeroyok Anggota Polisi Saat Hendak Bubarkan Tawuran Ditangkap
12 Pengeroyok Anggota Polisi Saat Hendak Bubarkan Tawuran Ditangkap

Akibat peristiwa itu, anggota Polres Jakpus mengalami luka robek pada bagian kepala.

Baca Selengkapnya