Mencari kabar Hever
Merdeka.com - Ahad pagi nan terik pada Agustus 16 tahun lalu. Seorang serdadu Israel menuruni anak tangga menara pengawas dalam markas artileri berada di samping jalan pedesaan dua lajur di daerah terpencil Dataran Tinggi Golan. Berseragam militer dan hanya menyandang sebuah senapan serbu, dia meninggalkan Kamp Guntur.
Sejak itu, nasibnya tidak diketahui. Menghilangnya Sersan Guy Hever pada 17 Agustus 1997 tetap menjadi misteri paling membingungkan bagi Israel. "Ini lebih sulit ketimbang duka cita," kata ibunya, Rina Hever saat ditemui wartawan the Times of Israel Matti Friedman tahun lalu di rumahnya di kawasan Kochav Yair. Rumah beratap genteng merah ini berisi sejumlah gambar Hever ketika hilang berusia 20 tahun.
Awalnya, militer Israel meyakini Hever kabur dari markas dan bersembunyi. Dia kemudian bunuh diri atau meninggal akibat sebab lain. Bertahun-tahun negara Zionis itu mencari di daerah ranjau dengan mengerahkan relawan, tentara, polisi, anjing terlatih, pesawat, dan robot. Hasilnya nihil. Bahkan, senapannya juga tidak ditemukan.
-
Siapa yang menghilang selama 15 tahun? ‘Saya pernah hilang sekitar 15 tahun. Terutama ketika saya pulang dari Mesir. Ini benar-benar seperti hilang total ya,’ ungkapnya.
-
Siapa yang dibunuh oleh tentara Israel? Ya, mereka kembali menyerang anak-anak Gaza Palestina yang tidak bersalah dan tidak berdosa.
-
Di mana pembunuhan sipir Israel terjadi? Avni ditemukan tewas di rumahnya di permukiman Givon HaHadasha di Tepi Barat yang diduduki.
-
Siapa yang dibebaskan oleh militer Israel? Dia baru saja dibebaskan oleh militer Israel
-
Dimana serangan Israel terjadi? Israel hari ini melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah selatan Jalur Gaza di Rafah hingga menewaskan ratusan warga sipil Palestina.
Meski belum ada informasi pasti, keluarga percaya Hever diculik dan ditawan di Suriah. Mereka berharap perang di Suriah membuat banyak pejabat berkhianat bisa memberikan
kabar soal keberadaan Hever. "Saya tidak ragu dia masih hidup," ujar Rina Hever, insinyur tekstil.
Beberapa jam setelah Hever pergi, telepon rumah orang tua Hever berdering. Salah satu komandannya mengira dia pulang. Beberapa hari kemudian komandan itu datang. Dia menceritakan Hever pernah menolak kegiatan sosial digelar markasnya. Di hari dia menghilang, Hever habis diadili atas pelanggarannya itu. Hever marah atas sanksi dia terima. Dia kabur dari markas.
Adalah hal lazim bagi seorang prajurit tidak puas terhadap komandannya pulang. Sebab itu, pihak markas menduga Hever segera menghubungi keluarganya. Ternyata tidak.
Rina bersama suaminya, Eitan, dokter penyakit jiwa, lalu mendatangi markas buat membahas hilangnya Hever dengan para komandan dan rekan putra mereka itu. Otoritas militer yakin Hever pergi atas kemauan sendiri dan tengah bersembunyi. Pihak keluarga merasa militer menuding mereka tahu di mana Hever berada.
Selang beberapa bulan, seorang ahli jiwa tinggal dekat markas menelepon keluarga Hever dan polisi. Dia mengaku melihat seorang tentara di simpang Katzabia dekat Kota
Katzrin, Golan Tengah, beberapa jam setelah Hever meninggalkan markas. Perempatan ini berjarak sekitar enam kilometer dari Kamp Guntur. Dia sedang menuju perbatasan Suriah.
"Pada Minggu 17 Agustus 1997 pukul 13.45 saya melihat Guy di Katzabia menuju ke utara," tulis saksi dalam faksimili diterima keluarga. "Serdadu saya lihat itu berseragam
militer, membawa senapan, dan berkaca mata."
Rina mengatakan gambaran itu persis anaknya. Laporan lain muncul dari seorang pengamat burung. Dia mengatakan di hari hilangnya Hever dia melihat seorang lelaki berseragam militer Israel di daerah perbatasan Israel-Suriah.
Isyarat Hever masih hidup juga disampaikan Marion Keunecke, warga Ibu Kota Berlin, Jerman, pernah belajar Yudaisme dan tinggal di Israel lebih dari dua dasawarsa. Ceritanya berawal dari perjalanannya ke Kota Aleppo di utara Suriah delapan tahun lalu. Terinspirasi Alkitab, dia ingin menelisik komunitas Yahudi di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Kegiatannya ini mengundang kecurigaan pasukan keamanan dan intelijen Suriah.
Sejumlah agen rahasia Suriah berpakaian bebas menangkap Keunecke di dekat stasiun kereta Aleppo pada 3 Mei 2005. Setelah menggeledah koper, mereka menemukan bekas paspor Jermannya berisi stempel imigrasi Israel. Telik sandi Suriah mencurigai dia mata-mata. Mereka kemudian membawa Keunecke menggunakan mobil dengan kawalan pasukan bersenjata menuju sebuah markas militer di Ibu Kota Damaskus.
Interogasi berlangsung malamnya mulai pukul sepuluh selama empat jam. pemeriksaan berlangsung dua kali. Pertama cuma ada seorang penerjemah, penyidik, dan ahli stenografi. Kemudian dia dipindah ke dalam ruangan mewah. Di sana sudah ada dua lusin lelaki berpakaian sipil dan hanya satu orang berseragam militer. Keunecke ditanyai menggunakan bahasa Inggris dan Jerman.
Hingga akhirnya hadir seorang pria berambut hitam dan berwajah tirus. Bahasa Ibraninya amat fasih. "Mereka berharap ada reaksi mengejutkan saat saya bertemu dia," tutur Keunecke. Namun dia tidak memahami ucapan lelaki berlisan Ibrani itu. Interogasi hanya berlangsung lima menit dan pria itu meninggalkan ruangan. "Harapan mereka terbang seperti udara keluar dari dalam balon."
Dia tidak tahu soal hilangnya Hever saat itu. Dua tahun kemudian dia melihat fotonya. "Saya segera sadar itu dia." Dia lantas meneruskan infonya ke pihak berwenang Israel dan menyurati Rina Hever.
"Saya telah bertemu putra Anda, serdadu Guy Hever yang hilang, saat diinterogasi pada 3 Mei 2005 sekitar jam sepuluh malam di Damaskus, Suriah, dengan kepastian 90 persen," tulis Keunecke. "Saya tidak bisa seratus persen yakin lantaran namanya tidak disebut."
Dan Hadany, pensiunan kolonel angkatan udara kini memimpin upaya keluarga mencari Hever, lantas menanyai Keunecke. "Saya tidak ragu dia mengatakan sebenarnya," kata Hadany. "Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya percaya Guy Hever disekap di Suriah."
Militer Israel tahun ini memulai lagi proses pencarian Hever. Namun pihak keluarga sudah terlanjur patah arang. Menurut Rina, usaha mencari tahu putranya tidak sebanding dengan upaya membebaskan Gilad Shalit ditawan Hamas dan pilot Ron Arad masih hilang di Libanon.
"Jika bisa, mereka bakal mengklaim Guy Hever tidak pernah ada," Rina menegaskan dengan nada sungguh kecewa. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Viral tentara Israel sengaja hancurkan foto Masjid Al-Aqsa berujung tewas terbunuh. Simak informasi selengkapnya.
Baca SelengkapnyaDi hari kematiannya Yahya Sinwar bertempur melawan pasukan Israel selama sekitar dua jam.
Baca SelengkapnyaIsrael menuding kelompok Hizbullah di Lebanon bertanggung jawab dalam serangan tersebut, tetapi kelompok itu membantahnya.
Baca SelengkapnyaPihak militer mangatakan Steinberg, 42 tahun, berasal dari selatan Shomria, sedang dalam perjalanan menuju lokasi baku tembak.
Baca SelengkapnyaPemerintah pendudukan Israel menyembunyikan informasi ini dari warganya.
Baca SelengkapnyaBayi perempuan tersebut dibawa ke Israel setelah diculik dari rumahnya yang hancur akibat serangan bom.
Baca SelengkapnyaDi tengah situasi yang terdesak, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar tetap memberikan perlawanan terhadap Israel sampai napas terakhirnya.
Baca SelengkapnyaSayap militer kelompok perlawanan Palestina Hamas, Brigade Al-Qassam, mengklaim telah memukul mundur pasukan Israel keluar dari Gaza.
Baca SelengkapnyaTentara Israel khawatir data-data pribadi mereka bisa tersebar di Internet.
Baca SelengkapnyaMedia Israel melaporkan hasil autopsi jenazah mantan pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Baca SelengkapnyaMantan tawanan Israel di Gaza yang sudah dibebaskan November lalu menceritakan dia diinterogasi oleh Shin Bet soal terowongan Hamas.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok Ismael Haniyeh pemimpin Hamas Palestina yang dibunuh oleh Israel di Iran.
Baca Selengkapnya