Menteri Israel Minta Bulan Ramadan Dihapus, Ini Alasannya
Pernyataan kontroversial ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum umat Muslim memasuki bulan suci Ramadan.
Pernyataan kontroversial ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum umat Muslim memasuki bulan suci Ramadan.
Menteri Israel Minta Bulan Ramadan Dihapus, Ini Alasannya
Menteri Israel dari kelompok sayap kanan baru-baru ini meminta bulan Ramadan dihapus. Pernyataan kontroversial ini disampaikan Menteri Warisan Negara, Amichai Eliyahu, delapan hari menjelang masuknya bulan suci Ramadan.
Sumber: Middle East Monitor, The New Arab, dan Tasnim.
Eliyahu beralasan, potensi ketegangan selama bulan suci di wilayah yang hancur dan Tepi Barat yang diduduki harus diabaikan. Ini disampaikan dalam wawancara dengan Radio Angkatan Darat Israel pada Jumat.
"Apa yang disebut bulan Ramadhan harus dihapuskan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihapuskan," lontarnya.
Pernyataan Eliyahu muncul ketika Israel menyatakan "kekhawatiran" akan meningkatnya ketegangan di Tepi Barat dan Gaza selama Ramadan sebagai akibat dari perang yang sedang berlangsung, serta pembatasan Israel terhadap akses ke Masjid Al-Aqsa yang akan diberlakukan selama Ramadan.
Al-Aqsa adalah situs suci ketiga umat Islam, didatangi ribuan jemaah setiap bulan suci Ramadan.
Eliyahu adalah anggota partai ekstrem kanan Ozma Yehudit (Kekuatan Yahudi), yang digambarkan sebagai fasis dan anti-Arab. Partai ini dipimpin Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional ekstremis yang menyerukan pengusiran warga Palestina dari Gaza dan pembangunan pemukiman ilegal Israel di wilayah tersebut serta penembakan terhadap wanita dan anak-anak Palestina.
Eliyahu, yang telah menjabat sebagai Menteri Warisan sejak tahun 2022, juga kerap melontarkan pernyataan keras di agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Pada November 2023, Eliyahu mengatakan "menggunakan senjata nuklir adalah sebuah pilihan" bagi tentara Israel, dan menyatakan warga Gaza "tidak memiliki hak untuk hidup".
Komentar menteri tersebut dikecam oleh Dewan Hubungan Muslim-Amerika (CAIR), yang mendesak Presiden AS Joe Biden untuk mengutuk perkataannya.
"Sekali lagi, seorang pejabat pemerintah Israel secara terbuka membuat pernyataan genosida yang gagal dikecam oleh pemerintahan Biden. Cukup sudah," kata
Wakil Direktur Eksekutif CAIR, Edward Ahmed Mitchel
"Pemerintah Israel terus berteriak kepada semua orang yang mau mendengarkan bahwa mereka mengobarkan perang terhadap seluruh penduduk Palestina, serta simbol-simbol budaya mereka, mulai dari gereja-gereja, masjid-masjid, hingga Ramadan itu sendiri," imbuhnya, merujuk kepada pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh para politikus Israel di masa lalu, yang mendukung dan mendorong serangan-serangan terhadap warga sipil di Gaza.
Baik Biden maupun Otoritas Palestina telah menyatakan harapan kesepakatan gencatan senjata akan tercapai sebelum Ramadhan.
Negosiasi antara Israel dan Hamas telah berlangsung melalui para mediator mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza, dengan tujuan untuk menghentikan kekerasan pada bulan Ramadhan.
Israel telah membunuh sedikitnya 30.320 warga Palestina sejak agresi brutalnya di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan. Israel terus melakukan kekejaman yang dianggap sebagai kejahatan perang di wilayah.