Nestapa Hiba pengungsi Gaza
Merdeka.com - Kawasan Abu Albas, Kota Gaza, Selasa malam lalu begitu mengerikan. Suara ledakan peluru kendali dimuntahkan jet-jet tempur F-16 seolah tidak berhenti. Situasi malam itu gulita lantaran listrik padam.
Di dalam sebuah rumah di daerah itu, Fadil, bayi belum genap berusia sepekan, ketakutan. Dia menangis sejadi-jadinya seolah ingin mengalahkan gelegar bunyi ledakan dan raungan mesin-mesin perang Israel. Sang ibu, Hiba Ziad, tidak kuasa menghibur.
Cemas dengan keselamatan putra semata wayangnya, Hiba ikut mengungsi ke bersama keluarga mertua dan para tetangganya ke sebuah sekolah di Jalan Nasir. "Situasi saat itu benar-benar mencekam. Saya takut rumah kami dibom," kata Hiba saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya semalam.
-
Apa yang terjadi pada bayi baru lahir di Gaza? Kesempatan bayi baru lahir di Jalur Gaza, Palestina, untuk bisa bertahan hidup sangat tipis. Di bangsal gizi buruk rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara, bayi-bayi yang baru beberapa hari lahir ke dunia dan kebanyakan prematur, bertarung untuk tetap hidup.
-
Apa yang terjadi dengan anak di Gaza? Potret sedih seorang bocah Palestina saat kehabisan makanan di tempat distribusi bantuan, ramai jadi sorotan di media sosial. Ekspresi sedihnya ketika mengetahui jika dia tidak mendapat jatah makanan ramai disebut warganet sangat menyayat hati.
-
Apa yang terjadi pada sekolah di Gaza? Tentara pendudukan Israel mengebom pintu masuk sekolah di Gaza hingga timbul korban jiwa.
-
Di mana pengungsi Gaza tinggal? Enam belas anggota keluarga Masri berbagi tenda di sebuah kamp dekat Universitas al-Aqsa dengan sekumpulan lalat dan terkadang ular.
-
Apa yang bocah Gaza itu lakukan? Dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @sahabatsurga dan dikutip dari @wwre, Kamis (27/6) Hossam sampai mengubur diri di sebuah pasir dengan hanya tampak wajahnya.
-
Kenapa bayi di Gaza mengalami gizi buruk? Ibu-ibu mengalami gizi buruk sehingga mereka tidak bisa menyusui bayi mereka. Bayi-bayi pun sekarat karena kelaparan karena mereka tidak bisa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan bayi yang baru lahir.
Di lokasi pengungsian, Hiba terpaksa berdesakan dengan ratusan warga Gaza, terutama kaum ibu dan anak-anak. Dia bersama bayi mungilnya hanya tidur di atas sebuah kasur tipis di dalam sebuah ruang kelas. Ibu dan anak nahas ini masing-masing mendapat bantuan satu selimut.
Tentu saja tidak mudah buat Hiba melewati hari-hari menyiksa sejak Israel melancarkan operasi militer bersandi Jaga Perbatasan. Apalagi Fadil. Baru hitungan hari setelah dilahirkan, dia sudah menjadi saksi kebiadaban musuh bebuyutan bangsanya.
Fadil sekarang sulit tersenyum. Yang terjadi dia kerap bangun tiba-tiba lalu menangis keras saban kali suara ledakan keras terdengar. "Kami berdua tidak bisa tidur pulas. Sebentar-sebentar harus bangun, takut tempat kami mengungsi jadi sasaran," ujar Hiba.
Hiba pantas khawatir. Serbuan Israel serampangan. mereka bisa menyasar masjid, sekolah, dan rumah warga sipil. Kemarin saja, sekolah milik UNRWA (badan PBB urusan pengungsi Palestina) di Bait Hanun, utara Jalur Gaza, menjadi target. Sebanyak 15 orang terbunuh dan puluhan lainnya cedera. Total korban sampai sekarang sudah lebih dari 800 orang tewas, sepertiganya anak-anak, dan lebih dari 4.600 lainnya luka.
Fadil juga tidak dapat menikmati air susu ibunya. Kondisi kejiwaan Hiba tertekan sejak Israel mengamuk membuat makanan utama bagi bayinya itu tidak keluar. Dia kini cuma mengharapkan susu kaleng dari belas kasihan orang.
Yang membuat dia kian lara adalah dalam situasi sungguh menakutkan saat ini, sang suami tidak berada di tengah mereka. Sebab, dia mesti ikut bertempur menghadapi pasukan Israel.
Hiba pun baru tahu suaminya anggota Hamas ketika Israel mulai menginvasi Gaza Kamis pekan lalu. Hari itu suaminya, anggota skuad peluncur roket Hamas, mendapat panggilan berjihad. Dia mesti segera masuk ke terowongan-terowongan dan lokasi rahasia buat menembakkan roket ke wilayah Israel.
Jadi selama setahun menikah, Hiba cuma tahu suaminya berprofesi pengacara. Ibu mertuanya memberitahu kedok suaminya itu. "Ketika pergi dia cuma bilang, 'saya akan pergi dan tidak tahu kapan akan kembali. Kamu tidak bisa menelepon saya dan saya pun tidak bisa menelepon kamu'," tutur Hiba.
Malam mulai datang. Itulah saat-saat mencekam bagi Hiba dan pengungsi lainnya. Israel biasa menggempur di tengah gelap membekap Gaza. "Faisal, saya tidak mau sendiri dalam situasi seperti ini." Sejurus kemudian tangis Hiba pun pecah. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bayi ini diselamatkan tim dokter di RS Al-Shifa, Gaza, setelah ibunya sekarat dihantam bom Israel.
Baca SelengkapnyaMusim dingin segera tiba. Perjuangan dan penderitaan dari jutaan warga Palestina belum juga berakhir.
Baca SelengkapnyaIsrael melarang masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca SelengkapnyaIsrael disebut sengaja menciptakan kelaparan di Jalur Gaza sebagai senjata perang.
Baca SelengkapnyaPotret pilu bayi berusia 7 bulan meninggal dunia karena kekurangan gizi.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita pilu Ibu di Gaza terpaksa beri tepung ke anaknya agar kenyang.
Baca SelengkapnyaBocah perempuan ini direkam dan ditolong oleh seorang jurnalis Palestina.
Baca SelengkapnyaBayi perempuan tersebut dibawa ke Israel setelah diculik dari rumahnya yang hancur akibat serangan bom.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi ini dilakukan setelah Israel menyerang dan mengambil alih kendali RS Al-Shifa, fasilitas medis terbesar di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaIsrael melarang masuk truk-truk bantuan makanan PBB ke wilayah Gaza utara.
Baca SelengkapnyaWarga Palestina di Gaza masih bertahan hidup tanpa listrik yang memadai.
Baca SelengkapnyaIsrael membunuh lebih dari 13.000 anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Baca Selengkapnya