Permainan Congklak Jadi Inspirasi Ilmuwan Membuat Penemuan Fisika Paling Mutakhir
Permainan Mancala atau yang dikenal sebagai “congklak” atau “dakon” di Indonesia, mungkin berasal dari tahun 6000 SM di Yordania.
Siapa sangka, permainan kuno ini bisa membuka pintu menuju penemuan-penemuan mutakhir di bidang fisika.
Permainan Congklak Jadi Inspirasi Ilmuwan Membuat Penemuan Fisika Paling Mutakhir
Permainan Mancala atau yang dikenal sebagai “congklak” atau “dakon” di Indonesia, mungkin berasal dari tahun 6000 SM di Yordania. Permainan ini masih dimainkan di seluruh dunia hingga saat ini.
Permainan Mancala melibatkan pemain yang memindahkan batu-batu kecil antara serangkaian lubang kecil pada papan permainan kayu. Tujuan utama dari permainan ini adalah memindahkan semua batu ke lubang terakhir di ujung papan.
-
Dari mana asal permainan congklak? Congklak merupakan permainan yang berasal dari kebudayaan kuno timur tengah. Diperkirakan, permainan ini telah ada sejak 7000 hingga 5000 SM. Kemudian, permainan tradisional ini di bawa ke daratan Afrika baru kemudian menyebar di negara-negara Asia melalui para pedangan.
-
Bagaimana cara bermain congklak? Seperti disebutkan sebelumnya, permainan congklak dimainkan oleh dua orang yang berhadapan di sisi belakang papan congklak. Saat permainan dimulai, setiap lubang-lubang kecil pada papan congklak diisi 5 hingga 7 biji yang terbuat dari biji sawo atau kerang atau bisa juga menggunakan batu kecil. Sementara itu dua lubang besar yang terdapat di ujung papan dibiarkan kosong. Saat permainan berlangsung, kedua pemain akan memindahkan biji-biji tersebut dari satu lubang satu ke lubang lainnya secara berurutan dan bergantian. Cara memindahkan biji-biji congklak ini dilakukan searah dengan jarum jam. Di mana satu lubang diisi oleh satu biji begitu seterusnya hingga biji yang digenggam pada tangan habis.
-
Apa yang dimaksud dengan congklak? Congklak adalah permainan tradisional Indonesia yang dimainkan oleh dua orang.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam AVS Quantum Science, para peneliti di Universitas Tulane menerapkan versi modifikasi permainan Mancala yang mereka sebut “ManQala” ke dalam bidang rekayasa keadaan kuantum, yang merupakan cabang fisika kuantum yang berkaitan dengan cara mengatur sistem kuantum ke dalam keadaan tertentu.
Menurut Ryan Glasser, seorang profesor fisika di Sekolah Ilmu dan Teknik Universitas Tulane, masalah utama yang ingin dipecahkan oleh rekayasa keadaan kuantum adalah "bagaimana cara membuat sistem kuantum saya berada dalam keadaan yang saya inginkan?"
Pada dasarnya, para peneliti perlu mengetahui bagaimana cara menempatkan partikel-partikel ke dalam posisi tertentu atau memberikan energi tertentu untuk mempelajarinya dan menggunakannya dalam komputer kuantum.
Tantangan ini jauh lebih rumit ketika melibatkan partikel kuantum dibandingkan dengan batu-batu di papan Mancala. Glasser menyatakan bahwa "Hal-hal yang bersifat kuantum, secara umum, sangat rapuh dan sulit dikendalikan."
"Sistem kuantum bisa dengan cepat menjadi tidak stabil dan membuat Anda kehilangan keuntungan kuantum yang Anda miliki atau yang Anda inginkan."
Para fisikawan kuantum sudah memiliki beberapa metode untuk mengatasi masalah ini, tetapi hasil simulasi dalam penelitian ini menunjukkan ManQala lebih efektif, bahkan dalam sistem yang lebih sederhana.
"Kami melihat adanya keunggulan, bahkan dalam sistem yang disederhanakan ini dengan hanya tiga batu dan tiga lubang," ungkap Glasser.
Penelitian ini merupakan salah satu dari banyak penelitian dalam bidang permainan kuantum yang bertujuan "mengambil permainan biasa seperti sudoku, dam, atau tic tac toe, lalu menerapkan aturan fisika kuantum ke dalamnya untuk melihat apa yang mungkin terjadi," jelas Glasser.
Ketika berhadapan dengan partikel kuantum daripada batu fisik, terdapat peluang bagi partikel-partikel tersebut untuk saling berinteraksi ketika berada di "lubang" yang berdekatan.
Meskipun penelitian ini berfokus pada simulasi, Glasser optimis tentang potensi penggunaan ManQala di masa depan.
"Saat ini, ini masih dalam ranah teori, tetapi saya yakin ini bisa diuji secara eksperimental," kata Glasser. Ia berharap bisa mengaplikasikan ManQala pada komputer cloud milik IBM Quantum, yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya.