Di China, orang harus bayar untuk 'dibakar' hidup-hidup
Merdeka.com - Rasa penasaran memang wajar dimiliki manusia. Penasaran pada bagaimana rasanya ketika akan mati adalah salah satunya. Namun tampaknya, sebuah perusahaan di China membawa rasa penasaran itu ke tingkat lanjut. Mereka menawarkan 'simulasi kematian' di mana orang akan diperlakukan seperti orang mati dan dikremasi.
Tentunya, mereka yang menggunakan jasa perusahaan ini tak akan benar-benar dikremasi dan dibakar. Perusahaan menggunakan alat pemanas dan lampu untuk memberikan efek 'kremasi'. Pelanggan akan dimasukkan ke dalam peti, kemudian dimasukkan ke conveyor belt. Selanjutnya, peti itu akan dipanaskan hingga 40 derajat celcius.
Pemilik usaha ini menjelaskannya sebagai pengalaman otentik untuk merasakan bagaimana rasanya saat dikremasi ketika mereka meninggal nanti. Untuk bisa merasakan simulasi 'kremasi' ini, pelanggan harus membayar 26 Poundsterling atau sekitar Rp 512.900, seperti dilansir oleh Metro.
-
Siapa yang dimakamkan di peti? Khaled mengatakan, peti mati yang ditemukan berisi jasad pria, wanita, dan anak-anak dan diduga itu adalah makam keluarga turun temurun selama Dinasti ke-12 dan awal Dinasti ke-13.
-
Siapa yang dikuburkan di dalam peti mati? Peti mati ini berisi sisa-sisa mumi Tadi Ist, putri dari imam besar El-Ashmunein, sebuah kota di tepi barat Sungai Nil, sekitar 43 km (27 mil) selatan tempat dia dimakamkan di Minya.
-
Apa itu rumah peti mati? Bukan fakta baru lagi jika harga rumah di Hong Kong paling mahal di dunia. Bahkan hampir mustahil penduduk Hong Kong memiliki rumah layak huni. Maka dari itu, banyak warga lokal hidup di rumah peti atau dikenal dengan coffin house.
-
Di mana peti mati ditemukan? Kedua patung tersebut pertama kali ditemukan di kota Mesir kuno, Naukratis.
-
Dimana peti mati ditemukan? Arkeolog menggali peti mati tersebut pada awal 2023 dan menemukan gambar yang mirip Marge Simpson di bagian dalam tutupnya, dikelilingi oleh selusin pendeta yang melambangkan 12 jam dalam sehari.
-
Apa yang ditemukan di dalam peti mati? Arkeolog menemukan gambar karakter 'Simpsons' di dalam sarkofagus mumi Mesir berusia 3.500 tahun.
Uniknya, setelah merasakan rasanya dikremasi, pelanggan akan 'terlahir kembali' di dalam sebuah uterus buatan. Ini merupakan ide yang menarik, mengambil dari kepercayaan China mengenai reinkarnasi setelah mati dan dikremasi.
Sementara itu, perusahaan lain tengah merencanakan sebuah simulator kematian dalam bentuk 4D yang menggabungkan animasi 3D dengan efek spesial seperti panas dan lampu, untuk kemudian kembali terlahir dalam rahim buatan.
Bagaimana, berminat mencoba jasa ini?
(mdk/kun)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Giok sangat lekat dengan kebudayaan China dan telah berlangsung sejak tahun 6.000 SM.
Baca SelengkapnyaSiapapun yang mengalami hukuman ini jasadnya tidak pernah diturunkan dari roda hingga menjadi tengkorak.
Baca SelengkapnyaGambaran eksekusi saat itu sangat menyeramkan. Terhukum mati ditaruh di atas roda yang menggantung pada sebuah tiang. Di atas sana mayatnya dibiarkan mengering
Baca SelengkapnyaDalam budaya China, diyakini bahwa kemalangan dapat dicegah melalui pelaksanaan tradisi atau ritual tertentu.
Baca SelengkapnyaPasangan kekasih asal Malaysia ini mengalami kecelakaan dan meninggal sebelum pernikahan mereka.
Baca SelengkapnyaHanya satu tersangka yang dipenjara di lapas anak dengan waktu separuh masa hukuman orang dewasa.
Baca SelengkapnyaPria berusia 30 tahun meninggal karena gagal organ setelah 104 hari kerja berturut-turut dengan hanya satu hari istirahat.
Baca SelengkapnyaSebuah tim peneliti baru-baru ini menyelesaikan penelitian tentang asal usul dua kerangka kuno dari China yang kehilangan kaki bagian bawahnya.
Baca SelengkapnyaJulukan "gerbang neraka" ini diberikan warga lokal karena tempatnya yang menyeramkan.
Baca SelengkapnyaPembuatan baju pemakaman ini membutuhkan waktu sampai 10 tahun.
Baca SelengkapnyaSetelah berhubungan badan, RM menagih uang tambahan sebesar Rp100.000 karena menilai pelayanan yang ia berikan memuaskan
Baca SelengkapnyaDi masa pendudukan Belanda, warga keturunan China yang berada di Indonesia dikenakan pajak kepala (hoofdgeld der Chineezen) dan pajak kuku panjang.
Baca Selengkapnya