Viral Bayi Didandani Seperti Orang Dewasa, Makeup Artist Meminta Maaf dan Jelaskan Motifnya
Penggunaan produk kosmetik seperti makeup untuk orang dewasa, yang umumnya mengandung bahan kimia, tidak dianjurkan untuk kulit bayi yang masih sensitif.
Sebuah video yang tengah menjadi viral di media sosial menuai banyak kritik dari para warganet. Dalam video tersebut, tampak seorang bayi yang telah dirias lengkap, menunjukkan momen sebelum dan sesudah diberi makeup. Video yang diunggah oleh akun TikTok @fayrafahh_makeup ini memicu perdebatan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kulit sensitif bayi seharusnya dilindungi dari paparan produk kosmetik, terutama yang ditujukan untuk orang dewasa.
Akun @fayrafahh_makeup diketahui sebagai akun bisnis rias dari Sampang, Madura, yang sering membagikan video berbagai hasil riasan. Namun, unggahan mengenai bayi yang dirias ini dianggap sangat kontroversial. Tak lama setelah video tersebut dipublikasikan, komentar dari warganet mulai bermunculan, dengan sebagian besar menyampaikan kekhawatiran dan kritik terhadap tindakan merias balita yang dianggap berisiko.
Kulit bayi sangat rentan terhadap berbagai gangguan, sehingga kebersihan dan keamanan produk yang digunakan harus sangat diperhatikan. Warganet pun mengecam penggunaan makeup pada bayi, khawatir hal itu dapat menyebabkan iritasi atau masalah kesehatan kulit yang lebih serius.
Akun @fayrafahh_makeup akhirnya menanggapi kritik tersebut dan terlihat telah menghapus video itu. Dalam penjelasannya, akun makeup artist (MUA) tersebut mengakui kesalahannya dan minta maaf karena tidak mempertimbangkan dengan matang sebelum menerima permintaan untuk merias bayi. Ia juga memberikan klarifikasi tentang situasi yang terjadi sebelum proses rias dimulai.
Menurutnya, klien yang merupakan ibu dari bayi tersebut datang secara tiba-tiba ke rumahnya dan meminta agar bayinya dirias. MUA tersebut sempat merasa bingung dan mempertanyakan keputusan itu. "Saya sebenarnya sudah bertanya, 'Emang aman ya bayinya dimakeup? Gimana nanti cara menghapusnya? Apa tidak berbahaya dimakeup seperti ini?' " tulisnya dalam unggahan klarifikasinya pada Sabtu, 28 September 2024.
MUA Memohon Maaf
Namun, sang ibu tetap bersikukuh untuk merias bayinya karena sedang mengadakan acara keluarga. Permintaan tersebut akhirnya dipenuhi dengan saran untuk menghapus riasan menggunakan baby oil guna mencegah iritasi pada kulit bayi. Meskipun demikian, MUA tersebut tetap menyampaikan permohonan maaf yang tulus.
"Saya minta maaf atas kesalahan dan kelalaian saya yang tidak mempertimbangkan dengan matang sebelum menerima pekerjaan ini," tulisnya. Unggahan tersebut mendapatkan banyak tanggapan dari netizen. Mayoritas memberikan pujian atas permintaan maaf MUA dan berharap agar orangtua tidak lagi meminta riasan untuk anak-anak mereka, terutama balita.
"Mengakui kesalahan dan meminta maaf itu sudah cukup, ayo terus tingkatkan semangat," komentar seorang netizen.
"Jangan jadikan tren merias bayi, biarkan saja wajah bayi apa adanya, jangan diapa-apakan," sahut netizen lainnya.
"Yang parah itu, kenapa ibunya sampai terpikir untuk merias anaknya, padahal MUA juga sudah bertanya kembali," kata netizen yang lain.
"Di tempat saya, saat akikah, bayi juga dirias, tapi bukan full makeup. Hanya digambar alis, diberi sedikit lipstik, bedak tabur, dan celak," tulis pengguna lain.
"Saya juga seorang MUA dan seorang orang tua. Kasus ini membuat saya berpikir bahwa selain harus menjadi MUA yang bijak dan tegas, kita juga perlu menjadi orang tua yang cerdas," ujar netizen lainnya.
Trend Anak-anak Menggunakan Produk Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya
Menurut sebuah penelitian terbaru, anak-anak di Amerika Serikat (AS) mungkin terpapar produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Peneliti dari Mailman School of Public Health Universitas Columbia dan organisasi nirlaba Earthjustice menyatakan bahwa produk makeup dan cat tubuh yang ditujukan untuk anak-anak tidak selalu aman.
Seperti yang dilansir oleh New York Post pada Minggu, 29 Januari 2023, bahan kimia beracun, termasuk logam berat, telah terbukti berkaitan dengan dampak kesehatan yang serius. Tim penelitian ini menganalisis hasil lebih dari 200 survei dan menemukan bahwa 79 persen orangtua melaporkan anak-anak mereka yang berusia 12 tahun atau lebih muda menggunakan kosmetik mainan, seperti lip gloss, cat wajah, dan glitter.
Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health menunjukkan bahwa sekitar 54 persen anak-anak menggunakan produk tersebut setidaknya sekali dalam sebulan, dengan 12 persen di antaranya menggunakannya setiap hari. Selain itu, 20 persen anak-anak yang disurvei memakai produk tersebut selama delapan jam atau lebih, dan sepertiganya mengaku tidak sengaja menggunakannya.
"Bukti mengenai keberadaan bahan berbahaya dalam kosmetik dewasa semakin meningkat, dan CMBP juga ditemukan dalam kosmetik mainan, sementara anak-anak lebih rentan secara biologis terhadap efek racun," ungkap rekan penulis Eleanor Medley.
"Dalam konteks ini, sangat penting untuk memahami bagaimana anak-anak menggunakan produk riasan dan tubuh agar dapat mengidentifikasi risiko dan meningkatkan keamanan," tambah Kendall E. Kruchten, rekan penulis studi tersebut.
Risiko Menggunakan Produk Kecantikan yang Mengandung Merkuri
Penelitian ini dilakukan ketika Negara Bagian New York memperketat regulasi mengenai bahan kosmetik. Mulai 1 Juni 2023, negara bagian tersebut akan melarang penjualan produk kecantikan yang mengandung merkuri, yang dikenal sebagai neurotoxin dan sering terdapat dalam bahan pencerah kulit.
Merkuri telah dikaitkan dengan berbagai penyakit serius, termasuk beberapa jenis kanker, masalah pernapasan dan ginjal, kehilangan indra tertentu, bahkan kematian. "Anak-anak sangat rentan terhadap dampak kesehatan negatif yang disebabkan oleh bahan kimia yang sering ada dalam produk makeup dan perawatan tubuh," ungkap Dr. Julie Herbstman, penulis utama studi dan profesor di Columbia.
Herbstman, yang juga merupakan direktur di Columbia Center for Children's Environmental Health, menambahkan, "Selain paparan melalui kulit, perilaku seperti menyentuh mulut juga dapat meningkatkan risiko paparan produk melalui konsumsi yang tidak disengaja." Ia menjelaskan bahwa ukuran tubuh anak yang kecil, pertumbuhan yang cepat, perkembangan jaringan dan organ, serta sistem kekebalan yang belum sepenuhnya matang membuat mereka lebih rentan terhadap bahaya dari bahan kimia berbahaya.