Hikayat Pasukan Pangeran Papak
Merdeka.com - Pangeran Papak sejatinya adalah nama seorang kakek moyang yang hidup pada era abad ke-19 dan dikenal sebagai seorang pejuang yang tak pernah mau menyerah kepada penjajah Belanda.
Penulis: Hendi Jo
Sejak dua hari lalu, saya melakukan penelusuran sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia di Garut. Salah satu yang menjadi fokus penelusuran ini adalah keberadaan Pasukan Pangeran Papak, sebuah organ gerilyawan lokal yang aktif melakukan perlawanan terhadap Belanda selama 1945-1949.
-
Mengapa makam itu sulit ditemukan? Namun hingga saat ini, teori tersebut belum dapat diverifikasi.
-
Dimana kuburan massal ditemukan? Dalam Konferensi Alekseyev Readings di Institut Riset Anuchin dan Museum Antropologi Moskow, ilmuwan mengungkapkan ditemukan total 300 mayat pada sembilan liang lahat di Yaroslavl.
-
Kenapa keberadaan Piramida Pugung Raharjo masih misteri? Meskipun begitu, hingga tahun 2023, belum ada penjelasan resmi mengenai tujuan sebenarnya dari pembangunan piramida berundak di Lampung. Apakah piramida tersebut digunakan sebagai tempat penyembahan atau sebagai lokasi pelaksanaan ritual khusus masih belum terungkap secara resmi.
-
Mengapa area sekitar pemakaman kaya peninggalan? Arkelog Luciano Vilas Boas, yang mengkoordinir penggalian di Oural, mengatakan area sekeliling pemakaman kuno itu sangat kaya akan peninggalan masa lalu.
-
Dimana pemakaman purba ditemukan? Situs ini ditemukan baru-baru ini dan merupakan monumen pemakaman zaman purba yang berada di puncak bukit Monte do Oural, kota Vila Verde.
-
Dimana pemakaman kuno ditemukan? Pemakaman ini terletak di lapangan di halaman Kastil Fonmon, dekat ujung landasan pacu bandara Cardiff.
LANGKAH Dadang Koswara terhenti di sebuah tanah yang agak tinggi. Di hadapannya tampak 12 pusara yang sudah lekang oleh zaman. Nisan-nisannya yang berwarna putih sudah agak berlumut. Sementara sisi kanan dan kiri, depan-belakang, ratusan ilalang berdiri tegak lengkap dengan bulu-bulunya yang berwarna putih kecoklat-coklatan.
Bisa jadi tak banyak orang yang mengerti asal-usul pusara-pusara itu berada di Kompleks Pemakaman Umum Cinunukan (masuk dalam wilayah Kecamatan Wanaraja, Garut). Dadang sendiri mengetahui sejarahnya karena rajin mendatangi para sesepuh di Wanaraja.
"Mereka yang dikuburkan di sini adalah para pejuang dari Pasukan Pangeran Papak, nama kesatuan lasykar rakyat yang dibentuk oleh para pemuda Garut untuk menghadapi kembalinya tentara Belanda ke tanah air kita," ungkap lelaki yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu.
Menurut Dadang, sejatinya para sesepuhnya dulu banyak terlibat dalam kesatuan itu. Bahkan nama Pangeran Papak sendiri itu sejatinya adalah nama seorang kakek moyangnya yang hidup pada era abad ke-19 dan dikenal sebagai seorang pejuang yang tak pernah mau menyerah kepada penjajah Belanda.
"Karena keteladanan Eyang Pangeran Papak itulah, para pemuda pejuang di Wanaraja lantas memakainya untuk nama pasukan yang kelak juga berjuang melawan (tentara) Belanda," kata Dadang.
Garut, Oktober 1945. Seperti di belahan Indonesia lainnya zaman itu, para pemuda Garut di wilayah Wanaraja tengah terganjal oleh semangat proklamasi dan terbakar api revolusi. Barisan milisi menjamur bak di musim hujan. Bahkan bukan hanya di kota-kota, kampung-kampung pun memiliki milisi-milisi sendiri yang lebih dikenal dengan istilah 'laskar'.
"Para pemuda kampung ramai-ramai membentuk kelompok lasykar, walau persenjataan mereka kurang" ujar Ojo Soepardjo Wigena, mantan anggota Pasukan Pangeran Papak yang pernah saya wawancarai pada 2015.
Ojo berkisah setelah proklamasi, ada dua kelompok lasykar ternama di Wanaraja. Pertama, Pasukan Djiwanagara pimpinan M.Wibatma dari Desa Cinunuk. Kedua adalah Pasukan Embah Angsana pimpinan M. Salim dari Desa Samangen.
"Kedua pasukan itu sangat berpengaruh di wilayah Garut. Sebetulnya banyak anggotanya saling mengenal secara baik, bahkan ada yang masih ada dalam ikatan keluarga," ungkap Ojo.
Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat dan masuknya provokasi mata-mata Belanda, kedua pemimpin pasukan itu lantas bersepakat untuk bersatu. Dari keterangan yang terdapat dalam tugu peringatan tentang berdirinya Pasukan Pangeran Papak di Taman Pahlawan Cinunuk peleburan itu terjadi pada 27 Oktober 1945.
"Sejak itu, hanya ada satu pasukan di Wanaraja yaitu Pasukan Pangeran Papak. Sebagai komandan diangkatlah Saoed Moestofa Kosasih, yang tak lain adalah anak didik cucu Pangeran Papak sendiri bernama Raden Djajadiwangsa, yang dalam struktur tak resmi Pasukan Pangeran Papak berlaku sebagai penasehat spiritual," ujar Dadang.
Beberapa saat setelah terbentuknya Pasukan Pangeran Papak, pasukan Inggris yang mewakili Sekutu datang ke Bandung. Kedatangan mereka ternyata membonceng para serdadu Belanda yang rencananya akan menerima pengalihan kekuasaan dari militer Inggris.
Niat Belanda itu tentu saja ditentang keras orang-orang Jawa Barat. Para ulama dan tokoh Sunda kemudian banyak menyerukan kepada para pemuda untuk melawan niat para penjajah itu. Maka para pemuda pejuang membanjiri Bandung untuk menentang kembalinya kekuasaan Belanda.
Para pejuang yang tergabung dalam Pasukan Pangeran Papak termasuk yang menyambut ajakan itu. Berduyun-duyunlah mereka ikut berjihad ke Bandung. Selain melawan tentara Inggris, Pasukan Pangeran Papak pun terbilang aktif bertempur melawan serdadu Belanda dan serdadu Jepang yang saat itu sudah menjadi alat kekuasaan Sekutu, menyusul menyerahnya Kekaisaran Jepang kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Menurut Kolonel Mohammad Rivai dalam biografinya Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, PPP di palagan Bandung ada di bawah koordinasi BPRI (Barisan Pemberontak Rakjat Indonesia), suatu lasykar skala nasional yang dipimpin oleh Soetomo alias Bung Tomo, bintang dalam Pertempuran Surabaya.
"BPRI Pangeran Papak pimpinan Achmad malah ikut andil dalam peledakan gudang amunisi Belanda di Dayehkolot oleh Mohammad Toha pada 10 Juli 1946," ungkap Rivai. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asal-usul Panai, kerajaan kecil dengan banyak peninggalannya.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokal yang baru tahu jika bangunan tersebut adalah makam.
Baca SelengkapnyaLengkap dengan penanda nisan seperti makam baru, namun gundukan tanah misterius itu berada bukan di kompleks pemakaman.
Baca SelengkapnyaDi balik keasriannya, ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar paksa oleh pemberontak. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan.
Baca SelengkapnyaLokasinya ada di tengah hutan dan cukup sulit untuk diakses
Baca SelengkapnyaSampai sekarang belum diketahui secara pasti kisah dari bebatuan yang penuh misteri ini.
Baca SelengkapnyaKonon, dulu di gua ini ditemukan banyak peralatan dapur
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaPesanggrahan ini dibangun pada tanggal 18 Mei 2010 oleh PT Gudang Garam TBK
Baca SelengkapnyaWarga menduga pelaku merupakan pendatang, sehingga bukan keturunan asli Desa Sukamanah.
Baca SelengkapnyaMakam Pangeran Diponegoro terlihat sederhana karena letaknya yang berada di tengah kota.
Baca SelengkapnyaKompleks pemakaman raja-raja Sumenep ini merupakan salah satu tempat yang disakralkan masyarakat. Konon, pagarnya punya kekuatan gaib.
Baca Selengkapnya