Mengenal Bongkrek, Tempe Khas Banyumas yang Picu Keracunan Massal di Zaman Belanda
Merdeka.com - Saat depresi ekonomi melanda pada tahun 1931 hingga 1937, banyak kalangan masyarakat di Hindia Belanda yang tak bisa makan. Hal ini membuat mereka memutar otak untuk membuat makanan alternatif, salah satunya tempe bongkrek.
Dikatakan dalam novelAhmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk, tahun 1982. Tempe bongkrek menjadi nama yang tak asing sebagai makanan khas di wilayah karesidenan Banyumas, Jawa Tengah.
Saat itu banyak warga di sana yang mengatasi krisis dengan memproduksi makanan tersebut. Namun saat itu perajin tempe bongkrek hanya membuat dengan cara seadanya, hingga menimbulkan keracunan dan kematian massal.
-
Bagaimana perajin tempe menghadapi kenaikan harga kedelai? Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
-
Mengapa petani di Banyumas terancam gagal panen? BMKG memprediksi musim kemarau 2023 akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan fenomena El Nino. Adanya El Nino membuat para petani terancam gagal panen.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Kenapa petani bawang merah Brebes rugi? Kerugian tersebut terjadi pada musim panen di awal tahun ini akibat cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kualitas bawang merah menurun.
-
Bagaimana kerusuhan terjadi di Banyumas? Para suporter menyalakan flare dan kemudian merangsek masuk ke dalam stadion.
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
"Per tahun, tempe bongkrek beracun menyebabkan 10–12 orang meninggal. Hanya sedikit yang selamat,” tulis William Shurtleff dan Akiki Aoyagi dalam History of Tempeh, a Fermented Soyfood From Indonesiamengutip Youtube Amemoar, Sabtu (17/7)
Berikut kisah selengkapnya soal tempe bongkrek yang melegenda sekaligus berbahaya.
Kematian Diduga Oleh Bakteri Hasil Fermentasi Tempe Bongkrek
©2021 Youtube Amemoar/Merdeka.com
Sejak ramainya kasus kematian akibat tempe bongkrek, banyak kalangan peneliti di Hindia Belanda yang tertarik mendalami kandungan tempe berwarna putih kehitaman tersebut, seperti W.K. Mertens dan A.G. van Veen dari Eijkman Institute di Batavia.
Di tahun 1930, keduanya berupaya mengungkap penyebab kematian usai dua puluh jam mengkonsumsi tempe yang terbuat dari bungkil kelapa itu. Akhirnya, mereka menemukan dua unsur yang diduga menjadi pemicu keracunan sampai meninggal yakni Pseudomonas cocovenenans (bakteri penghasil asam bongkrek) dan toksoflavin.
“Permulaan penyakit terjadi dalam beberapa jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi dan kematian dapat terjadi hanya dalam waktu 20 jam,” ungkap J. David Owens dalam Indigenous Fermented Foods of Southeast Asia.
Sebabkan 7000 Orang Keracunan Massal
Berdasarkan catatan sejarah, keracunan massal warga tercatat mengalami peningkatan sejak pertama kali tempe bongkrek diproduksi pada 1895. Di tahun berikutnya, tempe tersebut pun dijadikan makanan favorit mengingat cita rasanya yang enak dan murah hingga era 1930 an.
Sejak tingginya permintaan itu, kemudian warga Banyumas mulai banyak memproduksi tempe tersebut dengan minim pengetahuan. Tempe bongkrek pun langsung menjadi makanan pokok, hingga kasus keracunan meningkat setidaknya sampai tahun 1951 hingga 1975 sebanyak 7.200 orang.
Dalam “Bongkrek food poisoning in Java” karya Arbianto Purwo, disebutkan rekor kematian tertinggi terjadi di tahun tersebut di mana kasus kematian mencapai 850 orang.
Usai terjadi peningkatan korban, pada tahun 1977 keracunan tempe bongkrek dilaporkan menurun menjadi 400 kasus, dengan 70 warga dilaporkan meninggal dunia.
Berdasarkan catatan sejarah, keracunan massal warga tercatat mengalami peningkatan sejak pertama kali tempe bongkrek diproduksi tahun 1895 hingga dijadikan makanan favorit bercita rasa enak sampai era 1930 an.
Sejak itu mulai banyak warga di wilayah Banyumas yang memproduksi bongkrek dengan minim pengetahuan, hingga kasus keracunan kian meningkat setidaknya sampai tahun 1951 hingga 1975 tercatat sebanyak 7.200 orang.
Dalam “Bongkrek food poisoning in Java” karya Arbianto Purwo, disebutkan rekor kematian tertinggi terjadi di tahun tersebut di mana kasus kematian mencapai 850 orang.
Usai terjadi peningkatan korban, di 1977 keracunan tempe bongkrek dilaporkan menurun menjadi 400 kasus, dengan 70 warga dilaporkan meninggal dunia.
Favorit Warga Banyumas hingga Sekarang
Melansir laman youtube Trans7 Official, tempe bongkrek sejak dulu sampai sekarang masih menjadi primadona bagi sebagai warga di Banyumas, terlebih Cilacap, Jawa Tengah.
Harga tempe bongkrek yang terbilang murah, dengan cita rasa gurih membuatnya kerap diburu hingga dijadikan masakan khas di sana. Biasanya warga Cilacap mengolahnya dengan cara ditumis, bersama petai hingga udang.
Kendati demikian, jika dibuat dan diolah dengan cara baik maka tempe tersebut tidak berbahaya bagi tubuh dan bisa meningkatkan nilai gizi usai dicampur beberapa bahan. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban meninggal diidentifikasi atas nama Binti Tri Wahyuni (55), warga Dusun Pasir, Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.
Baca SelengkapnyaKorban keracunan meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit setelah hasil pemeriksaan diharuskan dirujuk.
Baca SelengkapnyaPada masa pendudukan Jepang, masyarakat dipaksa memakan roti dan bubur sebagai pengganti nasi.
Baca SelengkapnyaWarga Eropa dan pribumi banyak yang menjadi korban keganasan nyamuk malaria.
Baca SelengkapnyaBabi milik warga bernama Mama Fransina Nesimnasi disembelih keluarga pada Senin (17/7). Padahal sejak Sabtu (15/7) lalu, babi itu sudah kelihatan sakit.
Baca SelengkapnyaUsai mendapat laporan soal keracunan massal itu, polisi masih menyelidiki penyebabnya.
Baca SelengkapnyaPuluhan warga ini mengalami gejala mual dan muntah. Kondisi ini diperparah dengan badan yang lemas dan hanya bisa berbaring.
Baca SelengkapnyaSaat ada hewan ternak mati mendadak, masyarakat iuran untuk membeli hewan ternak tersebut. Kemudian hewan ternak itu disembelih dan dagingnya dibagikan.
Baca SelengkapnyaPara korban diduga mengalami keracunan usai menyantap nasi bungkus yang dibagikan pada acara syukuran.
Baca SelengkapnyaAgar lauk yang ada cukup untuk seluruh anggota keluarga, emak-emak di Bojonegoro punya siasat khusus membuat nasi templek sambal cos.
Baca SelengkapnyaSejarah Kelam di Paris, Tulang Manusia Digiling Jadi Tepung untuk Membuat Roti
Baca SelengkapnyaKepala Desa Mayang Ely Febriyanto mengatakan warganya melakukan bakti sosial dengan membagi-bagikan takjil di tepi jalan secara gratis.
Baca Selengkapnya