Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Koto Gadang, Tempat Lahir Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Mengenal Koto Gadang, Tempat Lahir Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia Koto Gadang Lokasi Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia Lahir. Lisa Septri Melina

Merdeka.com - Koto Gadang merupakan sebuah desa indah nan permai terletak di kaki Gunung Singgalang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Daerah ini dihiasi dengan hamparan sawah yang merupakan tempat lahirnya tokoh hebat berdarah minang.

Sebagaimana dikatakan Azizah dan kawan-kawan dalam buku Koto Gadang Masa Kolonial, asal-usul nagari Koto Gadang dimulai seketika sekelompok masyarakat umum yang berasal dari Pariangan Padang Panjang di bawah pasukan Niniak Datuak Katumanggungan dan Niniak Datuak Papatiah Nan Sabatang memerintah mendirikan nagari baru di seluruh wilayah Minangkabau.

Setelah menyusuri nagari, terlihatlah puncak sebuah bukit dengan hamparan tanah yang elok untuk ditempati. Kemudian rombongan tersebut berteriak kepada anggotanya 'Koto Tanah Nan Gadang', yang artinya tanah yang besar. Kemudian nama itu disempurnakan menjadi Koto Gadang hingga saat ini.

koto gadang lokasi jurnalis perempuan pertama indonesia lahirLisa Septri Melina

Koto Gadang di Masa Kolonial

Azizah juga menjelaskan, rentetan kisah pada masa era kolonial menghiasi Koto Gadang. Pada tahun 1825 Koto Gadang dijadikan sebagai Ibu Nagari Kelarasan IV Koto dalam Onderafdeeling Oud Agam (Agam Tua).

Selanjutnya pada tahun 1906 didirikan perhimpunan Julius oleh anak Koto Gadang yang belajar pada sekolah Belanda di Fort de Kock. Perhimpunan ini mengharuskan anggotanya berbicara dalam bahasa Belanda selama di luar kelas, dan bagi yang melanggar akan dikenakan denda berupa uang.

Kemudian pada tahun 1910, anak nagari Koto Gadang diberangkatkan keluar negeri untuk menempuh pendidikan di Belanda dan 30 pemuda juga dikirim ke Pulau Jawa untuk belajar pelbagai jurusan.

Selanjutnya pada tahun 1912-1929, di Koto Gadang didirikan sekolah HIS (Hollands Inlandse School) berbahasa Belanda yang diurus oleh Vereeniging Studieffonds Koto Gadang. Kemudian pada tahun 1934, HIS Koto Gadang diubah menjadi sekolah standar yang terdiri dari kelas untuk belajar Bahasa Belanda.

Setelah tamat dari HIS, siswanya bisa melanjutkan pendidikan ke Uitgebreid Lager Onderwijs (Mulo), Algemeene Middelbare School (AMS), hingga Hoogescholen.

koto gadang lokasi jurnalis perempuan pertama indonesia lahir

Lisa Septri Melina

Tempat Lahir Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

Di desa indah nan sejuk yang diapit gunung, ngarai, lembah serta hamparan sawah ini juga menjadi saksi bisu lahirnya perempuan pertama Indonesia asal Sumatera Barat yang bergerak di bidang jurnalistik. Dia bernama Reohana Kueddoes atau Ruhana Kuddus.

Dia merupakan seorang wartawati pertama Indonesia kelahiran 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Kabupaten Agam Sumatera Barat dan meningal 17 Agustus 1972 di Jakarta. Dia anak dari Mohamad Rasad Maharadjo Soetan dan Kiam.

Reohana Kueddoes terlahir dari seorang ayah yang merupakan seorang pegawai pemerintahan Belanda yang mengawali karir sebagai juru tulis yang akhirnya menjabat sebagai Hofd Djaksa.

Reohana Kueddoes tercatat sebagai perempuan pertama yang berkiprah di bidang jurnalistik, sekaligus pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang bernama Soenting Melajoe (Sunting Melayu) yang merupakan surat kabar berorientasi perempuan di Minangkabau.

Fitriayanti Dahlia dalam buku yang berjudul Biografi Roehana Koeddoes Perempuan Menguak Dunia mengatakan, Reohana Kueddoes merupakan perempuan yang suka menulis artikel, surat hingga puisi. Dia juga terkenal sebagai perempuan yang gemar membaca koran terbitan Medan, Singapura serta Belanda.

Dalam buku tersebut juga dijelaskan, perempuan berdarah minang itu mendirikan Soenting Melajoe, yang merupakan surat kabar kaum perempuan yang Pimpinan Redaksinya langsung dipimpin oleh Reohana Kueddoes yang berkedudukan di Koto Gadang, serta Ratna Djoewita dan Zahara sebagai redaktur pelaksana di Kota Padang, yang terbit dari 10 Juli 1912 hingga tahun 1921 silam.

Soenting Melajoe memiliki makna yang mendalam, Soenting berarti Perempuan dan Melajoe maksudnya di Tanah Melayu yang artinya surat kabar yang diperuntukan untuk perempuan di tanah melayu. Pada halaman muka bagian tengah terpampang tulisan Seorat Chabar Perempoean di Alam Minangkabau.

Surat kabar ini awalnya terbit satu kali dalam seminggu, yang kemudian seiring waktu terbit 3 kali dalam seminggu yang berukuran seperti tabloid. Tulisan Reohana Kueddoes dalam surat kabar berisi tentang syair yang hadir mendobrak dunia kelam kaum perempuan.

Soenting Melajoe terbit selama 9 tahun, mulai 10 Juli 1912 hingga tahun 1921 hingga 1921. Dalam buku itu dijelaskan, surat kabar ini terhenti karena tidak adanya penerus, mulai dari yang redaksinya sibuk menerbitkan surat kabar lain bahkan ada yang merantau.

Bergelar Pahlawan Nasional

Pada tahun 2019, perempuan berdarah minang tersebut ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional yang tetuang dalam Surat Menteri Sosial Rl nomor: 23/MS/A/09/2019. Diketahui, 2 tahun setelah penetapannya sebagai pahlawan nasional, Reohana Kueddoes muncul dalam Google Doodle pada 8 November 2021.

Tidak hanya itu saja, semasa hidup dia juga dikenal sebagai perempuan yang gigih memperjuangkan hak-hak kaum perempuan serta mendorong perekonomian kaum perempuan, salah satunya mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di tanah kelahiranya.

Sekolah kerajinan ini dikhususkan untuk kaum perempuan. Kerajinan Amai Setia merupakan satu-satunya organisasi wanita pertama di Minangkabau.

Koto Gadang Masa Kini

Pada Selasa (27/2) pagi, merdeka.com mendatangi desa yang menjadi saksi bisu perjuangan jurnalis perempuan pertama di Indonesia.

Peninggalan-peninggalan Reohana Kueddoes masih melekat kuat dalam pandangan, mulai dari replika Kerajinan Amai Setia yang saat ini dijadikan museum serta rumah Ruhana Kudus yang berdiri kokoh di Kota Gadang.

Tidak hanya itu saja, desa ini juga terbilang jauh dari kata bising. Hamparan rumah-rumah berusia ratusan tahun yang terbuat dari kayu semakin memperkuat sisi sejarah nagari Koto Gadang.

Kerajinan Amai Setia

Ketua II Kerajinan Amai Setia Koto Gadang Yusna Farida mengatakan, awal mula Kerajinan Amai Setia ada pada 11 Februari 1911 yang digagas oleh 3 perempuan asli Kota Gadang, dan Ruhana Kuddus sebagai direktur utamanya.

"Kerajinan Amai Setia diperuntukan kepada kaum perempuan. Ruhana Kuddus mendirikan kerajinan ini bersama dua orang temannya yaitu Rekna Puti dan Hadisah," tuturnya di wawancara di Museum Kerajinan Amai Setia di Kota Gadang, Selasa, (28/2).

Pada masa itu, pendidikan untuk perempuan di Koto Gadang sangat terbatas sehingga dengan kecerdasan pemikirannya, Reohana Kueddoes mendirikan Kerajinan Amai Setia.

"Pada masa itu, di Kerajinan Amai Setia perempuan tidak hanya diajarkan untuk menyulam saja, tetapi juga baca tulis serta sopan santun dalam pergaulan," ujar dia.

Saat ini rumah Kerajinan Amai Setia terdiri dari dua lantai dengan beberapa kali renovasi dan penambahan ruang bagian depan. "Lantai saru digunakan sebagai pusat bisnis Kerajinan Amai Setia Koto Gadang, mulai dari pernak-pernik Koto Gadang, selendang sulam serta baju adat. Sementara lantai dua digunakan sebagai museum yang memuat tentang Reohana Kueddoes," tandasnya.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Rohana Kudus: Kiprahnya Sebagai Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
Rohana Kudus: Kiprahnya Sebagai Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Rohana Kudus menjadi jurnalis perempuan pertama Indonesia yang tercatat dalam sejarah. Seperti apa kiprahnya?

Baca Selengkapnya
Rohana Kudus, Wartawan Wanita Pertama yang Jadi Pahlawan Nasional
Rohana Kudus, Wartawan Wanita Pertama yang Jadi Pahlawan Nasional

Rohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Soenting Melajoe, Surat Kabar Perempuan Pertama Zaman Hindia Belanda yang Terbit di Padang
Soenting Melajoe, Surat Kabar Perempuan Pertama Zaman Hindia Belanda yang Terbit di Padang

Lahirnya surat kabar ini tak lepas dari pendidikan perempuan di Hindia Belanda yang saat itu masih dibatasi.

Baca Selengkapnya
Pejuang Emansipasi Wanita Hingga Reformator Pendidikan, Ini Sosok Rahmah El Yunusiyah
Pejuang Emansipasi Wanita Hingga Reformator Pendidikan, Ini Sosok Rahmah El Yunusiyah

Sosok Rahmah El Yunusiyah, pejuang emansipasi wanita sekaligus pendiri sekolah bagi kaum wanita di Padang Panjang.

Baca Selengkapnya
Fakta Menarik Cakung, Wilayah Bersejarah di Jakarta Timur yang Kini Jadi Kawasan Industri
Fakta Menarik Cakung, Wilayah Bersejarah di Jakarta Timur yang Kini Jadi Kawasan Industri

Di balik hingar bingarnya, Cakung menyimpan banyak kisah unik yang jarang diketahui.

Baca Selengkapnya
Mengenal Rahmah El Yunusiyyah, Wanita Sumbar Disebut Anies Layak jadi Pahlawan Nasional
Mengenal Rahmah El Yunusiyyah, Wanita Sumbar Disebut Anies Layak jadi Pahlawan Nasional

Hasril Chaniago dalam buku itu juga mengatakan, Rahmah El Yunusiyyah adalah perempuan yang dijuluki Kartini Pendidikan Islam.

Baca Selengkapnya
Potret Lawas Dua Surat Kabar yang Pertama Terbit di Jogja, Sama-Sama Gunakan Nama
Potret Lawas Dua Surat Kabar yang Pertama Terbit di Jogja, Sama-Sama Gunakan Nama "Mataram"

Tradisi surat kabar masuk ke Yogyakarta bersamaan dengan mulai stabilnya kondisi perpolitikan saat itu.

Baca Selengkapnya
Menilik Sejarah Janjang Saribu, Tembok Besar Indonesia di Pegunungan Bukit Barisan
Menilik Sejarah Janjang Saribu, Tembok Besar Indonesia di Pegunungan Bukit Barisan

Tak hanya di negara Cina, tembok besar juga ada di Indonesia tepatnya di Bukittinggi, Sumatra Barat bernama Janjang Saribu.

Baca Selengkapnya
Namanya Unik, Begini Riwayat Kampung Kurus di Jakarta Utara yang Melegenda
Namanya Unik, Begini Riwayat Kampung Kurus di Jakarta Utara yang Melegenda

Namanya unik, begini asal usul nama Kampung Kurus di Jakarta Utara.

Baca Selengkapnya
Kisah Unik Tasikmalaya, Empat Kali Ganti Nama dan Punya Banyak Julukan
Kisah Unik Tasikmalaya, Empat Kali Ganti Nama dan Punya Banyak Julukan

Dilihat dari sejarahnya, ternyata kota ini memiliki banyak keunikan yang jarang diketahui

Baca Selengkapnya
Sejarah Koran Benih Merdeka, Surat Kabar Penggagas Kemerdekaan di Bumi Sumatra
Sejarah Koran Benih Merdeka, Surat Kabar Penggagas Kemerdekaan di Bumi Sumatra

Surat kabar Benih Merdeka merupakan media yang ada di Bumi Sumatra yang secara terang-terangan menanamkan cita-cira kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat
Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat

Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.

Baca Selengkapnya