Prajurit Andjing NICA Ditembak Mati Kawan Sendiri Karena Bebaskan Ayah Komandan TNI
Merdeka.com - Seorang sersan KNIL yang dianggap pengkhianat, dieksekusi lewat suatu pengadilan kilat. Kerap menyelamatkan banyak orang Indonesia dari kekejaman pasukan sendiri.
Oleh: Hendi Jo
Di buku Het Andjing NICA Batalijon (KNIL) in Nederlands-Indie, 1945-1950, karya SA Lapre, tersebutlah seorang sersan bernama Slamet. Lelaki Jawa itu diungkapkan sebagai salah satu dari lima puluh sembilan prajurit Batalyon Infanteri V Andjing NICA yang gugur selama operasi militer di wilayah Jawa Tengah.
-
Siapa Komandan KNIL keturunan Indonesia? Johan Berenschot adalah salah satu letnan jenderal dan Komandan KNIL yang menjabat rentang tahun 1939-1941 yang merupakan satu-satunya orang yang memiliki darah asli Indonesia.
-
Kenapa TNI menganiaya KKB? 'Karena ada informasi dari masyarakat yang menyatakan akan adanya pembakaran Puskesmas di Omukia Kabupaten Puncak. Nah kemudian terjadilah tindakan kekerasan ini,' sambungnya.
-
Siapa pelaku pembunuhan NKS? Polisi berhasil menangkap pelaku inisial IS, pelaku pembunuhan dan pemerkosaan terhadap NKS (18), seorang gadis penjual gorengan yang merupakan warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
-
Bagaimana TNI menghukum desertir? 'Disersi adalah tindak pidana militer. Jika dilakukan di medan pertempuran hukumannya sangat berat. Bila dilakukan di basis lebih dari 30 hari hukumannya dipecat. Itu yang saya masih ingat,' terang Kiki.
-
Bagaimana hukuman diberikan pada anggota TNI? 'Kalau dia melanggar kita hukum. Ada aturannya,' imbuh Agus.
-
Hukuman apa yang diberikan pada anggota TNI? 'Kalau dia ada salah, ada punishment ada hukumnya. Hukum disiplin militer.
Usai dilaksanakannya aksi Operasi Gagak pada 19 Desember 1948 (Agresi Militer II Belanda), Andjing NICA ditempatkan di wilayah Karesidenan Kedu. Salah satu kawasan yang harus dibersihkan oleh mereka dari unsur-unsur pejuang Republik Indonesia adalah Temanggung.
Di tanah kelahiran Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng itu, Andjing NICA merajalela. Menurut Bambang Purnomo, nyaris setiap hari Andjing NICA berkeliling untuk mencari mangsa.
Jika sudah menangkap orang-orang yang dicurigai sebagai gerilyawan atau mata-mata Republik, maka para prajurit KNIL itu membawa para tawanannya ke Jembatan Kali Progo.
"Di sana mereka dieksekusi dengan kejam, lalu mayatnya ditendang ke Kali Progo," ungkap salah satu adik kandung dari Kolonel Bambang Sugeng tersebut.
Sersan Slamet Selamatkan Pak Slamet
Pada suatu hari seorang lelaki tua ditangkap Andjing NICA. Dia dicurigai telah memberi makan kepada sejumlah gerilyawan republik. Orang tua itu lantas dibawa ke Jembatan Kali Progo.
Dengan tangan terikat dia digeletakkan begitu saja di jalan aspal, dibiarkan tersiksa sorotan cahaya matahari yang panas.
"Prajurit-prajurit Andjing NICA itu memerintahkan kepada setiap orang yang melewati jembatan itu untuk meludahinya, bahkan memukuli dan menendangnya," ungkap eks gerilyawan republik di Temanggung itu.
Kejadian itu kemudian diketahui oleh Sersan Slamet. Dia lantas bergegas menuju Jembatan Kali Progo. Setelah ngobrol lama dengan kawan-kawannya itu, dia menawarkan diri untuk menghabisi nyawa pria itu yang kebetulan juga bernama Slamet.
Kawan-kawannya semula hanya tertawa saja dan menganggap Sersan Slamet sedang bercanda. Namun melihat keseriusannya, mereka akhirnya mengabulkan permintaan itu, sebelum kemudian meninggalkan jembatan tersebut.
Begitu prajurit-prajurit Andjing NICA tersebut hilang dari pandangan, Sersan Slamet cepat mengangkat tubuh Slamet tua. Setelah membuka tali-tali yang membelenggu tangan lelaki sepuh itu, Sersan Slamet cepat-cepat menyuruhnya untuk pergi dari dari jembatan tersebut.
Dicap Pengkhianat & Dieksekusi
Aksi humanis Sersan Slamet itu diam-diam disaksikan oleh beberapa penduduk. Maka sejak itu, tersebarlah berita jika Sersan Slamet sebenarnya adalah orang Republik yang ditanam di pasukan Andjing NICA.
Terlebih banyak penduduk lain bersaksi jika aksi membebaskan para tawanan yang nyaris dihabisi tentara Belanda, ternyata sering dilakukan oleh sang sersan tersebut.
Tentu saja berita itu sampai juga ke telinga intel militer Belanda. Suatu hari, kawan-kawannya mengajak Sersan Slamet untuk berpatroli ke wilayah Kaloran. Begitu tiba di suatu hutan yang sepi, Sersan Slamet 'diadili' secara kilat dan langsung ditembak mati.
Lantas siapa sebenarnya orang tua yang pernah diselamatkan nyawanya oleh Sersan Slamet? Dia tak lain ayah dari Kolonel Bambang Sugeng, yang pernah dikenal Sersan Slamet.
Terkesan Dengan TNI
Ceritanya, saat terjadi cease fire (gencatan senjata) usai dilangsungkannya Perjanjian Renville pada awal 1948, Kolonel Bambang Sugeng melakukan perundingan dengan seorang perwira tinggi Belanda. Saat itulah Bambang melihat seorang Jawa yang menjadi ajudan komandan Belanda tersebut.
"Saudara saya lalu memanggilnya. Setelah berkenalan dan memberikan sebatang rokok, mereka lantas ngobrol secara akrab," ujar Bambang Purnomo.
Rupanya Sersan Slamet sangat berkesan dengan pertemuan itu. Dia tak menyangka jika ada seorang perwira republik yang tetap berlaku ramah padanya, meskipun bisa dikatakan dia merupakan "pengkhianat" di mata orang-orang sebangsa-nya saat itu.
"Mungkin itu salah satu yang menyebabkan Sersan Slamet pada akhirnya bersimpati kepada perjuangan kita," ungkap Bambang Purnomo.
Kendati diberitakan dihabisi oleh kawan sendiri, nama Slamet nyatanya masih dimasukan sebagai warga Andjing NICA.
Berbeda dengan cerita aslinya, di buku kebanggan pasukan elite KNIL tersebut, Slamet disebutkan gugur saat menjalankan tugas. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mayjen Kunto Arief dibuat terharu mendengar cerita dari ayah mendiang Serda TNI Rizal, tentara AD yang gugur tertembak KKB.
Baca SelengkapnyaTerdakwa tampak menangis tersedu-sedu dengan tangan bergetar di hadapan hakim.
Baca SelengkapnyaIbnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan DI/TII.
Baca SelengkapnyaDiketahui, korban dan pelaku ternyata saling kenal, bahkan Anan kerap diberikan sembako.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaHendrianto gugur usai ditembak di Distrik Maybrat, Papua Barat Daya.
Baca SelengkapnyaJenazah anggota Satgas Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Kostrad itu sudah dievakuasi ke kampung halaman masing-masing.
Baca SelengkapnyaDalam berkas dakwaan terungkap dari ulahnya membohongi keluarga Iwan, Serda Ardan bisa mengantongi Rp200 juta lebih.
Baca SelengkapnyaJenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.
Baca SelengkapnyaSejak 2022 hingga Maret 2024, Serda Adan telah meminta uang kepada keluarga korban sebanyak Rp221 jutaa
Baca SelengkapnyaAnan Nawipa adalah Pemegang HP Milik almarhum Danramil.
Baca SelengkapnyaSosok Sertu Marinir Ismunandar yang Gugur Ditembak KKB di Puncak Jaya Papua
Baca Selengkapnya