Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Siapa Tonko Oosterhuis, Tentara KNIL yang Tertera di Bangku Taman Tugu Malang?

Siapa Tonko Oosterhuis, Tentara KNIL yang Tertera di Bangku Taman Tugu Malang? Bangku batu bertuliskan "Pak Tonko Oosterhuis" dibangkar saat revitalisasi taman. ©2023 Merdeka.com/Darmadi Sasongko

Merdeka.com - Tulisan "Pak Tonko Oosterhuis" terukir pada sebongkah bangku memorial di Taman Alun Alun Tugu Kota Malang. Bangku berbahan batu andesit itu terdiri tiga bagian dan satu bagian lain juga mencantumkan anggota keluarga yang lain.

Bangku itu berbentuk balok persegi panjang tertanam berjajar menjadi tempat duduk di sekitar air mancur. Bangku berada pada posisi lurus dalam garis imaginer antara Gedung Balai Kota dan Tugu Kota Malang.

Bangku tersebut menjadi perbincangan saat Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melakukan revitalisasi Taman Tugu Alun-Alun tersebut. Pembangunan fasilitas baru membuat bangku tersebut ikut dibongkar dari posisinya.

Siapa sejatinya Tonko Oosterhuis hingga namanya terukir di kawasan Alun-Alun Tugu yang dulu bernama JP Coenplein itu? Lalu siapa Jan dan Johan yang juga tertera dalam bagian bangku tersebut?

Tjahjana Indra Kusuma, sejarawan Kota Malang mengatakan, hasil penulusurannya menemukan bahwa Tonko, Jan dan Johan berasal dari satu keluarga, yakni keluarga Oosterhuis. Mereka memiliki perjalanan sejarah dan ikatan emosional dengan Kota Malang.

"Tonko Oosterhuis adalah seorang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) kelahiran Westerlee (Scheemda), 7 Oktober 1896. Ia wafat pada 3 Desember 1943 di Teluk Ambon pada geladak Kapal Nichinan Maru dengan pangkat terakhir Sersan," kata Tjahjana Indra Kusuma di Taman Tugu Kota Malang, Selasa (4/7).

"Ia memulai karier militernya pada tahun 1921 di kesatuan tentara kolonial cadangan. Jabatan pertamanya sebagai prajurit KNIL bertugas di Kalabahi, Alor," sambungnya

Tonko kemudian menikahi Aletta Toepa, putri seorang kepala sekolah di Timor pada 1925. Dua anak mereka pun lahir. Tercatat, Tonko beberapa kali pindah tugas yakni ke Waingapu (Sumba), Cimahi, Surabaya, dan Samarinda hingga kemudian dipromosikan naik pangkat menjadi Letnan Infantri KNIL.

Tonko pernah bertugas sebagai staf Batalyon Infantri VIII di Malang dan menjadi tahanan saat Invasi Jepang ke Malang pada 9 Maret 1942.

"Ketika Tentara Kolonial menyerah dan dilucuti saat invasi Jepang, dia diinternir sebagai tawanan perang di kamp interniran Divisi ke-3," jelasnya.

Berikutnya, Tonko dipindahkan ke tahanan di Surabaya digabungkan dengan tawanan perang dari Batavia dan daerah lain. Mereka dikirim ke sejumlah daerah untuk ikut kerja paksa.

siapa tonko oosterhuis tentara knil yang tertera di bangku taman tugu malang

Tonko Oosterhuis.©2023 Merdeka.com/Istimewa

Pada 18 April 1943, Tonko bersama 6.300 tawanan perang lain dibawa enam kapal angkut Jepang dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Empat kapal menuju Maluku dan dua kapal lainnya menuju Pulau Flores.

Tonko turun di Seram dan mengikuti kerja paksa (romusha) di Amahei membangun bandara hingga Oktober 1943. Ia dan rombongan kemudian dipindahkan Paloa, Pulau Haruku.

Kondisi yang buruk membuat banyak tawanan sakit dan meninggal dunia. Pimpinan Jepang pun memutuskan mengembalikan para tawanan ke Jawa, termasuk Tonko yang dalam kondisi sakit parah.

Selain kelelahan karena kerja paksa, sejak 2 Oktober 1943 Tonko menderita beri-beri. Karena itu, Ia menumpang di Kapal SS Nichinan Maru yang dikhususkan bagi tawanan yang sakit. Saat itu, seluruh kapal Jepang singgah di Teluk Ambon, termasuk SS Suez Maru dan SS Maros Maru.

Pada 3 Desember 1943 pukul 11.00, Tonko meninggal dunia di geladak kapal tersebut. Manifes mencatat penyebab meninggalnya akibat disentri, dan dimakamkan di darat oleh penduduk setempat.

Makam Tonko tidak pernah ditemukan. Kerabat mencoba mencari informasi melalui War Graves Foundation dan diduga termasuk 15 kuburan prajurit tak dikenal yang ditemukan di Ereveld di Ambon.

Anak tertua Tonko, Swier Johannes Oosterhuis atau yang tertulis dalam bangku kenangan dengan nama Johan, juga tidak selamat saat pendudukan Jepang. Johan yang lahir di Kalabahi pada 1927 bersama tiga temannya di HBS (Hoogere Burgerschool) ditangkap oleh Kempeitai (polisi militer Jepang).

Johan dibawa ke kamp interniran, Jalan Welirang 43 Kota Malang pada 1944 karena dicurigai melakukan aksi perlawanan. Mereka diduga memberi isyarat kepada pesawat Sekutu yang terbang di langit Malang dengan lampu senter.

Johan menjalani masa hukuman dan meninggal dunia di Penjara Lowokwaru, Malang pada 25 Juni 1945 pada usia 18 tahun.

Istri Tonko, Aletta Toepa pulang ke Belanda pada September 1946. Janda enam anak itu tinggal bersama keluarga mendiang suaminya hingga meninggal dunia pada 1978 di Heerenveen.

Sementara itu pada 2003, anak laki-laki Tonko lainnya, Jan Oosterhuis juga meninggal dunia di Indonesia. Pria kelahiran Cimahi, 1933 mengalami serangan jantung saat berenang di Labuhan Bajo, sekitar Pulau Komodo.

"Guna mengenang anggota keluarga yang meninggal dunia di Hindia Belanda dan adanya hubungan emosional dengan 'tanah air' ibunya, anak-anak yang masih hidup dan saudara dari ibu mereka menempatkan sebuah bangku peringatan penuh kenangan di Malang," urainya.

Bangku kenangan tersebut dibangun melalui proses perizinan ke Pemerintah Kota Malang, karena memang posisinya di ruang publik yakni Alun-Alun Tugu.

Bangku tersebut dirancang salah satu saudara Aletta Toepa; Luiz Wilson yang juga seorang arsitek. Karena itu tampak dirancang ergonomis dengan posisi yang strategis.

'"Titiknya itu instagramable, kalau istilah sekarang. Jika untuk berpotret akan tampak facade Balai Kota, sebagai latar belakang," katanya.

Posisinya segaris dengan 'sumbu imajiner' Balai Kota-Tugu-Idenburgstraat (sekarang Jalan Suropati) dengan ujung pandang di Gunung Arjuno. Posisi itu sekaligus juga mengenang latar kanan depan bangunan HBS-AMS Malang, tempat sekolah Johan, anak sulung Tonko Oosterhuis. (mdk/yan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Nostalgia Mayjen Kunto Arief, Bertemu Sahabat Lama yang Dulu Masih Pangkat Letda 'Sahabat Terbaik di Masa Sulit'
Nostalgia Mayjen Kunto Arief, Bertemu Sahabat Lama yang Dulu Masih Pangkat Letda 'Sahabat Terbaik di Masa Sulit'

Diketahui, bahwa Mayjen Kunto Arief bersahabat dengan Mayjen Bangun Nawako sejak berpangkat Letnan Dua (Letda).

Baca Selengkapnya
Cerita Unik dari Makam Para Tokoh Pribumi di Bergota Semarang, Ada Batu Misterius Bertuliskan Huruf Tionghoa
Cerita Unik dari Makam Para Tokoh Pribumi di Bergota Semarang, Ada Batu Misterius Bertuliskan Huruf Tionghoa

Tak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.

Baca Selengkapnya
Sambil Dampingi Sang Istri Ziarah ke Orangtua, Mayjen Kunto Arief Menunjukkan Tanah Kuburan yang Sudah Dipesan Buat Nanti
Sambil Dampingi Sang Istri Ziarah ke Orangtua, Mayjen Kunto Arief Menunjukkan Tanah Kuburan yang Sudah Dipesan Buat Nanti

Mayjen Kunto Arief Wibowo tunjukkan tanah makam yang sudah 'dipesan' olehnya.

Baca Selengkapnya
Momen Ayah Irjen Krishna Murti Dimakamkan Secara Militer, Suara Sang Anak Jenderal TNI saat Bacakan Riwayat Hidup Penuh Haru
Momen Ayah Irjen Krishna Murti Dimakamkan Secara Militer, Suara Sang Anak Jenderal TNI saat Bacakan Riwayat Hidup Penuh Haru

Ayah Irjen Krishna Murti Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto dimakamkan secara militer.

Baca Selengkapnya
Tiga Perwira TNI AU Korban Super Tucano Jatuh Dimakamkan di TMP Kota Malang
Tiga Perwira TNI AU Korban Super Tucano Jatuh Dimakamkan di TMP Kota Malang

Tiga lubang pemakaman telah disiapkan di Taman Makam Pahlawan untuk perwira TNI AU korban pesawat tempur Tucano jatuh

Baca Selengkapnya
Intip Kompleks Makam Belanda di Majalengka Peninggalan Tahun 1830, Megah Tertulis Pesan Kematian Berbahasa Latin
Intip Kompleks Makam Belanda di Majalengka Peninggalan Tahun 1830, Megah Tertulis Pesan Kematian Berbahasa Latin

Pesan kematian itu sebagai pengingat kepada siapapun yang datang mengunjungi kerkhof Cicurug

Baca Selengkapnya
TNI AU Luncurkan Prangko Empat Pahlawan Nasional
TNI AU Luncurkan Prangko Empat Pahlawan Nasional

Merilis prangko bertemakan pahlawan nasional TNI AU

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC
Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC

Penjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jejak Peninggalan Belanda di Kampung Recosari Boyolali, Ini Potretnya
Menelusuri Jejak Peninggalan Belanda di Kampung Recosari Boyolali, Ini Potretnya

Saat ini jejak keberadaan makam Belanda di Kampung Recosari hampir hilang tak bersisa

Baca Selengkapnya
Haru Sambil Taburkan Bunga, Mayjen Kunto Memperlihatkan Makam Anak Sulungnya yang Bernama Senin
Haru Sambil Taburkan Bunga, Mayjen Kunto Memperlihatkan Makam Anak Sulungnya yang Bernama Senin

Menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah, Mayjen Kunto dan Istri melakukan ziarah ke makam orangtua dan putra sulungnya.

Baca Selengkapnya
Menengok Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu, Suasana Asri dengan Sentuhan Arsitektur Klasik
Menengok Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu, Suasana Asri dengan Sentuhan Arsitektur Klasik

Provinsi Bengkulu pernah menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno selama era sebelum kemerdekaan dalam rentang tahun 1938-1942.

Baca Selengkapnya
Janji Jenderal TNI Bangun Monumen Patung Kapten Karmel Napitupulu, Adik Sang Pahlawan Terharu
Janji Jenderal TNI Bangun Monumen Patung Kapten Karmel Napitupulu, Adik Sang Pahlawan Terharu

Janji Dudung ini berhasil membuat adik pahlawan merasa terharu.

Baca Selengkapnya