Teror Baret Merah di Sukabumi
Merdeka.com - Sebuah aksi pembersihan yang dilakukan pasukan lintas udara Belanda berujung kepada pembantaian dan pemerkosaan rakyat sipil. Diprotes keras pejabat Negara Pasundan.
Penulis: Hendi Jo
Ikin baru berusia 15 tahun ketika insiden itu terjadi di Bojonggaling (masuk wilayah Desa Kebonpedes, Kecamatan Baros, Sukabumi) pada 25 Januari 1949. Saat itu suatu truk Palang Merah dicegat kaum gerilyawan Republik di luar kampungnya tersebut. Akibat ledakan ranjau darat, truk terbalik menyebabkan seorang letnan dan dua prajuritnya (yang mengawal truk tersebut) tewas seketika.
-
Kenapa Belanda membantai rakyat Sulawesi Selatan? Upaya Merebut Wilayah Nusantara Melansir dari kanal Liputan6.com, kejadian ini bermula ketika Belanda berupaya untuk merebut kembali wilayah kedaulatan Indonesia pada tahun 1940-an yang disebut dengan 'tindakan pengawasan' terhadap 'teroris' dan 'ekstrimis' nasionalis.
-
Apa yang terjadi di Purwokerto saat dikuasai Belanda? Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
-
Kenapa Belanda membumihanguskan Purwokerto? Mengetahui pertahanan di Bobotsari telah dikuasai Belanda, Panglima Gatot Subroto memerintahkan pelaksanaan taktik bumi hangus. Gedung-gedung dan bangunan penting di Kota Purwokerto seperti stasiun, pabrik gula, serta instalasi militer dibakar habis.
-
Apa yang dilakukan Belanda? Pada praktiknya, tanah milik sultan itu kemudian disewakan kepada Belanda. Sementara itu, pemerintah kolonial memberikan konsesi kepada pemodal untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Mirisnya, rakyat yang ingin menggarap tanah harus memberikan konsesi kepada pemilik Afdeling.
-
Apa yang dilakukan tentara Belanda di Tegal? Potret lawas selanjutnya adalah tentara Belanda sedang menikmati alunan musik keroncong yang diamkan oleh orang-orang Pribumi. Nampak 3 orang tentara sedang duduk di sebidang tanah di Kota Tegal kurang lebih tahun 1947. Seakan-akan foto itu berbicara, ketiga tentara itu begitu sumringah dan senang mendengarkan musik keroncong yang dibawakan oleh warga pribumi.
-
Apa yang terjadi di penjara Belanda? Penjara-penjara yang kini kosong di negara ini telah dialihfungsikan menjadi hotel atau pusat budaya, menandakan adanya perubahan paradigma dalam penanganan kejahatan.
"Katanya setelah berhasil merampas beberapa senjata, tentara (TNI) langsung menghindar kembali ke hutan," kenang lelaki kelahiran Sukabumi pada 1934 itu.
Empat hari kemudian, satu unit pasukan Baret Merah (bagian dari lintas udara Korps Pasukan Khusus KNIL) mengepung Kampung Banen. Rupanya, informan militer Belanda mencurigai 'para ekstrimis' menjadikan kampung tetangganya Bojonggaling itu sebagai pangkalan sebelum menghancurkan truk Palang Merah itu.
Para prajurit Baret Merah kemudian merangsek ke dalam kampung. Mereka mengumpulkan seluruh kaum lelaki. Jumlahnya 56 orang terdiri dari anak remaja belasan tahun dan orang dewasa. Setelah melakukan interogasi kilat disertai praktik kekerasan, prajurit-prajurit Baret Merah menjejerkan enam orang dari mereka dan langsung menembak mati mereka dengan senjata otomatis. Aksi brutal tersebut terus berlanjut hingga pasukan Baret Merah menghabisi 56 tawanan.
"Tentara Belanda bahkan membunuhi orang-orang Kampung Banen dengan cara menyuruh mereka lari lalu menembakinya satu persatu. Mirip perlombaan saja," ungkap Ikin.
Tidak cukup di Kampung Banen, pasukan Baret Merah pun mengamuk di Desa Cijurei (masuk Kecamatan Sukaraja). Di sana mereka menghabisi 60 penduduk desa tersebut lewat cara yang sama. Bahkan ada beberapa penduduk yang ditembak mati saat memetik kelapa muda yang diminta oleh para prajurit itu.
Sebelum meninggalkan Cijurei, terlebih dahulu pasukan Baret Merah menembakkan mortirnya. Akibat aksi itu kurang lebih 90 rumah menjadi rusak dan terbakar. Barulah setelah meluluhlantakan secara brutal kampung tersebut, mereka kembali ke kota Sukabumi.
Semua kebrutalan itu terekam juga secara detil dalam sebuah dokumen di Arsip Nasional Kerajaan Belanda, Den Haag berkode: 2.10.14 dengan nomor inventaris: 3752. Dokumen itu memuat protes keras yang dilakukan oleh seorang anggota parlemen Negara Pasundan bernama Abdulhamid.
Surat protes yang diajukan pada 3 Februari 1949 itu ditujukan kepada Walinegara Pasundan. Dalam surat tersebut, Abdulhamid menilai tindakan yang dilakukan oleh pasukan Baret Merah itu sungguh biadab dan hanya bisa disamakan dengan kekejaman tentara Jepang dan tentara Jerman di Eropa.
"Hal seperti itu tidak boleh didiamkan oleh manusia yang menganggap dirinya beragama, setidaknya mengaku beradab," ujar Abdulhamid.
Jenderal (Purn) A.H. Nasution memiliki versi sendiri mengenai kejadian itu. Dalam bukunya Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid ke-10: Perang Gerilya Semesta II, Nasution menyebut 104 orang telah menjadi korban serangan balasan itu."Di antaranya anak yang masih berumur 9 tahun..." ungkap Nasution.
Soal itu memang sempat dibahas dalam sebuah sidang khusus di parlemen Negara Pasundan. Protes keras pun dilontarkan oleh parlemen kepada Mayor Jenderal E. Engles, Panglima Tentara Belanda di Jawa Barat.
Namun alih-alih terselesaikan, dua bulan kemudian pasukan Baret Merah malah melakukan kebrutalan lagi di distrik Cibadak. Selain menimbulkan beberapa korban nyawa, aksi itu juga diiringi praktik pemerkosaan terhadap seorang remaja putri berusia 12 tahun. Demikian keterangan yang dilaporkan oleh Bupati Sukabumi kepada Menteri Dalam Negeri Negara Pasundan yang saat ini tersimpan di Arsip Nasional Belanda dengan nomor inventaris: 1314 itu. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyerangan di Rawagede ini dicap sebagai bagian dari kejahatan perang.
Baca SelengkapnyaWesterling tiba di Makassar pada 5 Desember 1946, tanpa basa-basi mereka langsung membuat teror dan mimpi buruk bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca SelengkapnyaKedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaPemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.
Baca SelengkapnyaTerjadinya diskriminasi rasial antara awak kabin Belanda dan Pribumi pecah di Pelabuhan Aceh pada tahun 1933 silam.
Baca SelengkapnyaRevolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.
Baca SelengkapnyaPasukan elite baret hijau Belanda membantai ratusan warga Rawagede, Karawang. Ini pengakuan saksi tentang kejadian mengerikan itu.
Baca SelengkapnyaKIsah pembantaian masyarakat Aceh oleh penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaPenamaan "Dreded" konon berasal dari bunyi senapan Belanda yang ditembakan secara membabi buta.
Baca SelengkapnyaSaat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca Selengkapnya