Cerita Perempuan Penjual Keliling di Lebak, Rela Berjalan Jauh demi Penuhi Kebutuhan
Merdeka.com - Kaum perempuan yang berjualan di Kabupaten Lebak, Banten, terus berupaya agar bisa bertahan hidup di masa pandemi Covid-19. Sehari-hari mereka menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling.
Usaha ini mereka jalankan demi membangkitkan ekonomi keluarga di masa sulit, sehingga bisa memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Mereka berjualan bermacam-macam makanan, mulai dari rebung, daun salam, daun genjer, sereh, ketimus, sampai olahan kerang (tutut).
"Kami setiap pagi berjualan keliling membawa rebung, daun salam, daun genjer, daun sereh, tutut dan ketimus dengan modal Rp30 ribu dan menghasilkan keuntungan Rp50 ribu," kata seorang wanita pedagang keliling bernama Rasikah, asal warga Pasir Tanjung Rangkasbitung, Kamis (8/12) lalu, seperti dilansir dari ANTARA.
-
Bagaimana warga kampung mati lebak berbelanja? Dia juga cukup kesulitan untuk berbelanja kebutuhan karena jarak ke luar kampung cukup jauh. Satu-satunya cara adalah dengan menunggu ojek atau tukang sayur yang lewat.
-
Dimana pedagang kelontong berjualan? Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.
-
Siapa yang berbelanja di pasar? Pada Sabtu (3/8), Ussy Sulistiawaty memposting foto-fotonya saat berbelanja ke pasar di akun Instagramnya.
-
Kenapa orang masih belanja di masa sulit? Fenomena ini dikenal dalam ilmu ekonomi sebagai Lipstick Effect. Lipstick Effect merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk tetap membeli barang-barang yang dianggap mewah meskipun di tengah kondisi ekonomi yang mencekik.
-
Bagaimana warga Lebak Bitung melindungi diri dari bencana? Filosofi rumah panggung adalah untuk melindungi dari binatang buas, berternak hewan di kolong bangunan, melindungi dari bencana banjir dan saling membangun kedekatan lewat ruang tengah yang dibuat tanpa sekat.
-
Bagaimana warga Lebak mengatasi kekeringan? Saat kondisinya sudah semakin kering, warga akan menggali lagi sampai muncul sumber air baru.
Berjalan Puluhan Kilometer
Ilustrasi penjual sayur keliling perempuan pakai sepeda ©2022 Merdeka.com/Infopublik.id
Hasil pendapatan Rasikah memang tidak terlalu besar, namun perempuan 55 tahun itu mengaku mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan enam anaknya. Ia harus ikut mencari nafkah lantaran sang suami yang kini menganggur usai sempat bekerja sebagai buruh serabutan.
Setiap harinya, ia bisa berjalan sejauh puluhan kilometer sambil menggendong dagangannya. Walau berjalan sangat jauh, hal ini tidak menghalangi perempuan tangguh itu untuk mencari rezeki.
"Kami bekerja keras berjualan keliling untuk memenuhi ekonomi keluarga, meskipun belum pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Dulu, pernah menerima dana Covid-19, namun sekarang belum mendapatkan bantuan sosial kembali," kata Rasikah.
Usia Lanjut Bukan Halangan
Tak berbeda dengan Rasikah, Ema Yayah (75) juga tetap semangat berjualan aneka makanan di usianya yang memasuki senja. Ia mengaku sudah puluhan tahun berjualan aneka makanan seperti nasi uduk, ketan, gorengan, dan kuliner tradisional lainnya.
Walau tak lagi muda, tubuh Ema masih kuat untuk membawa dagangan seberat 4 kg dan berkeliling sejauh empat kilometer berkeliling kampung. Semangatnya tidak pernah padam demi menafkahi keluarganya. "Semua barang dagangannya itu mengambil dari orang lain dan bisa meraup keuntungan Rp70 ribu/hari sehingga mencukupi untuk kebutuhan pangan keluarga," katanya menjelaskan.
Menutupi Lubang Kemiskinan
Sementara itu, Pengurus Gerakan Organisasi Wanita (GOW) Lebak, Tuti Tuarsih memberikan apresiasinya kepada kaum perempuan di wilayahnya. Pasalnya mereka begitu mandiri dalam meningkatkan pemenuhan ekonomi keluarga.
Dari informasi yang ia peroleh, saat ini terdapat ribuan pedagang makanan keliling yang ada di Lebak, seperti pecel, ragam jajanan dan makanan ringan, sampai hasil produksi pertanian, perikanan, hingga kerajinan.
Biasanya mereka akan berjualan di tempat-tempat perputaran ekonomi dan keramaian seperti pasar, terminal, hingga alun-alun."Kami selalu mendorong kaum perempuan agar mampu berdirikari sebagai pelaku ekonomi kreatif untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sehingga terlepas dari lubang kemiskinan," kata Tuti.
Diberi Pelatihan
Sementara itu, Pejabat Fungsional Penguji Mutu Barang Disperindag Lebak, Jaja Nurjaman mengatakan bahwa pemerintah terus mendukung para pegiat ekonomi kreatif dari kalangan perempuan. Baru-baru ini, mereka diberi pelatihan agar dapat meningkatkan kualitas makanan olahan yang mereka jual.
Menurut Jaja, pelatihan tersebut mampu meningkatkan pendapatan karena kualitas dagangan para pedagang itu semakin baik.
Total peserta pelatihan ini mencapai 30 pedagang perempuan, dan dibantu oleh Lembaga Sobat Spiritual asal Bogor yang berfokus di peningkatan kualitas pangan beserta kompetensi dan sertifikasinya.
"Kami berharap dengan pelatihan itu dapat meningkatkan kualitas juga mampu memasarkannya," katanya.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca SelengkapnyaAkun Instagram @suarasemangat menunjukkan bagaimana para pedagang rela basah kuyup demi menyelamatkan dagangannya
Baca SelengkapnyaLelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.
Baca SelengkapnyaDemi meraup keuntungan dan penghasilan halal, mereka rela begadang untuk menjajakan makanan di sudut kota suci Makkah.
Baca SelengkapnyaPasar Keluh letaknya begitu terpencil di pelosok desa Ponorogo. Suasana tempo dulu begitu terasa saat berkunjung ke pasar tersebut.
Baca SelengkapnyaViral takjil di Kudus ramai pembeli laki-laki. Bahkan dagangannya sampai ludes terjual.
Baca SelengkapnyaWarga Baduy punya alasan mengapa rela jalan ratusan kilometer tanpa alas kaki untuk jualan madu.
Baca SelengkapnyaTerbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Baca SelengkapnyaSetiap harinya puluhan ibu-ibu di Kecamatan Cikulur, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan sumber air.
Baca SelengkapnyaMakin ketatnya persaingan di antara para pedagang bendera tak menyurutkan semangatnya berjualan.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau berkepanjangan membuat penjual air bersih keliling meraup keuntungan lebih.
Baca Selengkapnya