Cerita Sukses Kelompok Tani Milenial Bandung, Ekspor 1,2 Ton Buncis Mini ke Singapura
Merdeka.com - Mewabahnya Covid-19 di seluruh dunia membuat berbagai sektor logistik dan pangan mengalami imbas yang luar biasa. Salah satunya adalah para petani yang tidak berdaya digerus masa pandemi berkepanjangan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para petani milenial di Lembang, Jawa Barat untuk menyerah terhadap masa sulit.
Para petani muda yang tergabung ke dalam kelompok tani Macakal justru menjadikan masa pandemi sebagai ajang untuk bereksperimen dalam mengembangkan hasil tani di wilayah Cibodas. Salah satu yang sukses dikembangkan di masa sekarang adalah Baby Buncis atau French Bean.
Mengembangkan Komoditas Berbasis Holtikultura
-
Apa hasil panen petani milenial ini? Dari lahan tani seluas 8 hektare, dalam sekali panen ia bisa memproduksi 3 ton pepaya.
-
Dimana petani milenial ini bercocok tanam? Aksin saat ini bertani Pepaya California dengan masa tanam hingga panen selama tujuh bulan.
-
Siapa yang membantu petani milenial ini? Tak hanya lahan sendiri, Aksin juga memiliki petani yang bermitra dengannya. Bila ditotal, luas lahan dari petani mitra itu mencapai lebih dari 50 hektare.
-
Bagaimana Seni Tani mendapatkan pemasukan? Kepastian pendapatan dari hasil penjualan hasil tani dilakukan melalui pendekatan sistem CSA (Community Supported Agriculture),
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Apa yang dibudidayakan oleh petani milenial dari Klaten? Petani milenial yang satu ini memanfaatkan budidaya tumbuhan Alga Spirulina yang bermanfaat sebagai solusi krisis panganan hingga menjadi pupuk organik.
Tanaman Baby Buncis/ topbusiness.id ©2020 Merdeka.com
Seperti yang dikutip dari distan.jabarprov.go.id, rencana pengembangan tersebut berawal dari ketekunan memberdayakan tanaman Holtikultura Berbasis Diferensiasi Advantage yang berbeda dari proses penanaman tanaman sejenis lainnya yang cenderung lebih berkualitas dan bisa meyakinkan pangsa pasar di dalam negeri maupun luar negeri.
Sayuran Baby Buncis dari Kelompok Tani Macakal saat ini banyak diminati oleh beberapa pasar modern di beberapa kota besar di Indonesia. Baby Buncis juga telah tersedia di beberapa supermarket di Jakarta dan Bandung dengan harga mulai dari Rp 18.000 per kilogram.
Diminati Pasar Singapura
Baby Buncis yang siap di ekspor
distan.jabarprov.go.id ©2020 Merdeka.com
Dilaporkan dari topbusiness.id, di masa pandemi ini permintaan Baby Buncis justru meningkat terutama dari konsumen di Singapura. Total 1,2 ton sayuran bernama latin phaseolus vulgaris tersebut telah di kirim ke beberapa toko sayuran modern di negara bersimbol patung singa itu.
Triana Andri, selaku ketua kelompok tani menyebutkan bahwa dalam sebulan kelompoknya bisa memperoleh omzet Rp 200 hingga Rp 300 juta rupiah dari hasil bertani sayuran Baby Buncis.
Triana juga mengungkapkan jika dalam waktu dekat ini timnya akan memperluas lahan tanam Baby Buncis guna mempersiapkan pemenuhan ekspor sayuran ke negara Arab Saudi dan Brunei Darussalam.
Bersemangat Menjadi Petani Milenial
Menurutnya seluruh petani di Kelompok Macakal merupakan anak-anak muda yang memang memiliki passion di bidang pertanian. Mereka juga memiliki semangat untuk mengembangkan hasil sayuran di wilayahnya.
Triana mencoba mengubah mindset anak muda bahwa menjadi petani merupakan peluang yang bagus terutama di masa sulit seperti sekarang ini. Dari bertani setidaknya para pemuda bisa ikut menjaga ketahanan pangan di masa pandemi.
“Kita ingin anak-anak muda di Lembang lebih ekspansi ke pekerjaan di sektor pertanian, sehingga bisa lebih sejahtera”, ujar Triana.
Terus Mengembangkan Hasil Pertaniannya
Kelompok Tani Macakal terus berupaya untuk berinovasi di tengah sempitnya lahan pertanian kawasan Lembang. Mengingat kawasan tersebut kini telah dipenuhi oleh hotel dan vila dengan berbagai metode tanam yang efisien.
Selain itu mereka juga akan mengembangkan komoditas sayuran ekspor lainnya seperti Tomat Cery, Bayam Kenzo dan lain-lain yang akan dipasok ke pasar sayur modern diberbagai tempat.
“Ini tantangan buat kami, disaat semakin banyak lahan beralih fungsi menjadi bangunan kita ingin produktifitas hasil panen kita terus meningkat. Selain itu, kita juga mulai melakukan pengembangan di luar Lembang,” pungkas Triana. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertanian adalah sektor yang potensial dan menguntungkan.
Baca SelengkapnyaSecara berkelompok Ibu-ibu di Banyuwangi bersama warga lingkungan sekitar ternak jangkrik yang hasilnya bisa menambah ekonomi keluarga.
Baca SelengkapnyaKlaster ini telah dikenal karena prestasinya dalam mengembangkan pertanian kelengkeng New Kristal, sehingga nama desanya dikenal karena kelengkeng kristalnya.
Baca SelengkapnyaPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyelenggarakan Bazaar UMKM BRILiaN di Kantor Pusat BRI, Jakarta pada Jumat (18/10/2024).
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga mimpi yang dibawa yakni lingkungan, sosial dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaPetani muda yang tergabung dalam kelompok tani muda Fakatoto telah meraup jutaan rupiah dari budidaya cabai.
Baca SelengkapnyaUbi madu asli Sukabumi ini diklaim lebih manis dan lembut dari jenis ubi lainnya.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaKomandan Kodim (Dandim) 0827/Sumenep Letkol Donny Pramudya Mahardi menginisiasi program Babinsa Petani untuk para anggotanya.
Baca SelengkapnyaPeternak jangkrik di Deli Serdang sukses meraup keuntungan hingga jutaan rupiah. Peternak tak perlu modal besar untuk memulai usaha yang satu ini.
Baca SelengkapnyaKepala Kades Prasetyo menggandeng pelbagai instansi untuk membangun membangun desa Banjar Wangi. Salah satunya BRI.
Baca SelengkapnyaKeputusannya menjadi petani justru memberikan pendapatan lebih dibanding menjadi karyawan dengan upah minimum.
Baca Selengkapnya