Mengenal Prinsip Ngertakeun Bumi Lamba, Prinsip Sunda Cegah Bencana
Merdeka.com - Jawa Barat selalu identik dengan berbagai budaya yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Jawa Barat sendiri menjadikan budaya sebagai elemen yang bisa dipraktikkan dalam berbagai keadaan. Salah satunya adalah Ngertakeun Bumi Lamba, sebuah tradisi kuno yang dipercaya bisa menangkal bencana.
Sebagai salah satu elemen kehidupan, tradisi Ngertakeun Bumi Lamba yang berarti menyejahterakan bumi alam hingga saat ini masih dipraktikkan oleh masyarakat Sunda di wilayah Bandung. Tradisi tersebut masih dipertahankan karena kuatnya pengaruh masa lalu yang dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Sunda di Jawa Barat.
Filosofi Ngertakeun Bumi Lamba
-
Apa tradisi leluhur yang masih dijalankan di Lebak Bitung? Warga di Kampung Lebak Bitung di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, masih menjaga adat dan tradisi para pendahulunya di masa lampau.
-
Apa itu tatarucingan Sunda? Tatarucingan adalah permainan tradisional berbentuk pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya sulit ditebak.
-
Bagaimana cara orang Sunda berbaur dengan warga lokal? Kini warganya telah hidup berbaur dengan masyarakat setempat, dan meneruskan keturunannya.
-
Kenapa tatarucingan Sunda diwariskan secara turun-temurun? Permainan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Ada beberapa tatarucingan Sunda, mulai dari plesetan, sosial, seni, dan lainnya.
-
Bagaimana masyarakat Baduy menjaga keasrian alam di kampung mereka? Salah satu upaya menjaga keasrian alam adalah melalui kegiatan bertaninya dengan sistem huma. Warga hanya boleh panen satu kali dalam satu tahun, dan merawat tanaman hasil buminya dengan tidak menggunakan pupuk kimia.
-
Apa itu Tradisi Adang? Tradisi ini diartikan sebagai memasak bersama yang terkadang diiringi ritus-ritus untuk nenek moyang. Biasanya adang diadakan untuk membantu warga yang tengah melakukan hajatan.
Ngertakeun Bumi Lamba merupakan ritual tahunan yang biasa digelar di daerah Jawa Barat dan digelar pada bulan ke-7 sesuai penanggalan Sunda di kawasan Gunung Tangkuban Parahu.
Menurut kepercayaan setempat, tradisi tersebut digelar bertepatan dengan perjalanan matahari yang baru kembali dari belahan bumi paling utara menuju wilayah bumi bagian selatan.
Menjalankan Pesan Kasepuhan
Dilansir dari mongabay.co.id, tradisi Ngertakeun Bumi Lamba merupakan tradisi dalam menjalankan pesan Kasepuhan (Leluhur) guna menjaga 3 buah gunung yang dianggap berpengaruh di Jawa Barat sebagai Paku Alam (Pakunya Bumi), yaitu Gunung Gede Pangrango, Gunung Wayang, dan Gunung Tangkuban Parahu.
Falsafah Hidup Orang Sunda
Menurut tradisi tersebut, gunung digambarkan sebagai tempat suci yang harus dijaga. Tradisi ini biasanya dikategorikan sebagai pesan vertikal, antara manusia (melalui alam) dengan Tuhan sebagai falsafah hidup orang Sunda. Ketika prinsip vertikal dijalankan maka akan tercipta suatu hubungan yang harmonis antara manusia, alam dengan Tuhan dan terhindar dari bencana yang menimpa.
Mulasara Buana Sebagai Pedoman Hidup
Falsafah hidup masyarakat Sunda lainnya adalah Mulasara Buana, yaitu memaknai tradisi sebagai upaya memelihara alam semesta dalam mencegah bencana.
Visi hidup tersebut terbentuk dari kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dari perilaku manusia yang cenderung merusak secara berlebihan dan menimbulkan bencana.
Mongabay 2020 Merdeka.com
Memaknai Kehidupan Melalui Gunung Berapi
Gunung berapi merupakan sumber kehidupan masyarakat Sunda, sehingga memiliki tempat terhormat sebagai guru. Sebagaimana ungkapan bahwa gunung adalah guru nu agung atau guru besar.
Senada dengan hal itu, Jakob Sumardjo (2005) dan Edi S Ekajati (2005) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa, pemaknaan Gunung Berapi sangat erat kaitannya dengan keberadaan mandala atau kawasan yang dianggap sakral, sehingga gunung berapi menurut orang sunda merupakan perwujudan dari konsep gunung yang harus di jaga keberadaannya.
Ngertakeun Bumi Lamba Sebagai Penangkal Bencana
Ngertakeun Bumi Lamba merupakan bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan karena sudah memberikan keberkahan hidup melalui gunung berapi yang subur dan memberikan sumber pangan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Gunung berapi dalam aspek ini juga dimaknai sebagai pengingat kepada manusia, jika manusia berbuat serakah maka Tuhan melalui gunung berapi akan berupaya mengingatkan untuk tidak berlebihan dalam mengeksploitasi sumber daya, sehingga tidak merugikan manusia lain.
Tradisi ini memaknai masyarakat Sunda dengan membagi gunung ke dalam tiga kategori, yang pertama leuweung larangan (hutan keramat), yang kedua leuweung tutupan (hutan lindung), dan yang ketiga leuweung baladaheun (hutan titipan).
Jadi maksud tradisi ini adalah sebagai sebuah anjuran dalam mengelola alam dengan bijaksana sekaligus mengenal batas-batas yang diajarkan nenek moyang. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaPamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang, terutama di masyarakat Sunda, dalam menerapkan batasan di kehidupan.
Baca SelengkapnyaIni akan menentukan baik atau buruknya warga yang mendiami suatu lahan permukiman.
Baca SelengkapnyaKampung adat ini masih menjalankan tradisi leluhur
Baca SelengkapnyaTak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.
Baca SelengkapnyaKabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, ingin kembali menghidupkan ritual Irung-Irung dengan segala tantangan yang harus mereka hadapi
Baca SelengkapnyaPagelaran yang merupakan rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2023 ini, mengajak masyarakat untuk menjaga ekosistem sungai.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Baca SelengkapnyaUniknya kearifan lokal ini terletak pada kegiatan membendung sungai sebelum mengambil ikan. Kemudian, cara memancingnya juga dilakukan beramai-ramai.
Baca SelengkapnyaSelain memiliki fungsi spiritual, hutan ini juga memiliki fungsi ekologis bagi perkampungan di sekitarnya.
Baca SelengkapnyaTradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Baca Selengkapnya