Sejarah 8 April 1450: Kematian Sejong yang Agung, Sang Pencipta Hangul
Merdeka.com - Raja Sejong dianggap sebagai salah satu tokoh terbesar dalam sejarah Korea karena sumbangsihnya dalam bidang sastra dan ilmu pengetahuan, terutama dalam menciptakan aksara Korea (Hangul) yang sekarang digunakan oleh masyarakat Korea.
Oleh karena itu, kematian Raja Sejong yang Agung, yang telah memerintah Korea dari tahun 1418 hingga 1450, menjadi peristiwa penting dalam sejarah Korea. Kematian Raja Sejong menjadi momen yang menyedihkan bagi rakyat Korea, karena ia wafat pada usia yang masih relatif muda, yaitu 53 tahun. Ia meninggal dunia pada 8 April 1450.
Setelah kematiannya, Raja Sejong diingat dan dihormati sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan berperan penting dalam membentuk Korea modern. Warisan intelektualnya terus dihargai, sehingga meski sudah lama tiada, pengaruhnya masih terasa kuat dalam budaya dan masyarakat Korea saat ini.
-
Siapa yang punya ide pakai aksara Korea? Perkataan Chun Tai-Hyun diseriuskan oleh Wali Kota Baubau. Pada Agustus 2009 memutuskan kebijakan mengadaptasi aksara Korea (Hangeul) menjadi aksara Cia-cia.
-
Mengapa Seollal penting bagi orang Korea? Seollal merupakan momen untuk memberi hormat kepada para leluhur dan biasanya dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga besar.
-
Mengapa budaya Korea Selatan bisa terkenal? Alasan mengapa budaya Korea Selatan bisa terkenal seperti saat ini adalah berkat kualitasnya yang semakin meningkat sepanjang tahun serta memiliki value yang kompetitif dengan negara-negara Barat.
-
Kapan aksara Korea diadaptasi? Pada Agustus 2009 memutuskan kebijakan mengadaptasi aksara Korea (Hangeul) menjadi aksara Cia-cia.
-
Apa itu Bahasa Korea? Cara Belajar Bahasa Korea yang Mudah dan Efektif, Bisa Sambil Nonton Drama Bahasa Korea merupakan salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia.
-
Siapa yang terima penghargaan di Korea Selatan? Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, baru-baru ini memberikan penghargaan kepada dua wanita yang masing-masing telah melahirkan 13 anak.
Masa Muda
Dilansir dari thoughtco.com, Sejong lahir dengan nama Yi Do dari Raja Taejong dan Ratu Wongyeong pada Dinasti Joseon pada tanggal 7 Mei 1397. Sebagai anak ketiga dari empat putra pasangan kerajaan, Sejong mengesankan seluruh keluarganya dengan kebijaksanaan dan keingintahuannya.
Menurut prinsip Konfusianisme, putra tertua—bernama Pangeran Yangnyeong—seharusnya menjadi pewaris takhta Joseon. Namun, perilakunya di pengadilan kasar dan menyimpang. Beberapa sumber mengklaim bahwa Yangnyeong sengaja berperilaku seperti karena dia percaya bahwa Sejonglah harus menjadi raja yang menggantikannya. Kakak keduanya, Pangeran Hyoyeong, juga melepaskan dirinya dari suksesi dengan menjadi biksu Buddha.
Ketika Sejong berusia 12 tahun, ayahnya menamainya Pangeran Agung Chungnyeong. Sepuluh tahun kemudian, Raja Taejong akan turun takhta demi Pangeran Chungnyeong, yang mengambil tahta bernama Raja Sejong.
Perkembangan Militer Sejong
Raja Taejong adalah seorang ahli strategi dan pemimpin militer yang efektif dan masih terus memimpin perencanaan militer Joseon selama empat tahun pertama pemerintahan Sejong. Sejong sendiri juga cepat belajar dan menyukai bidang sains serta teknologi. Jadi dia memperkenalkan sejumlah perbaikan organisasi dan teknologi pada pasukan militer kerajaannya.
Meskipun bubuk mesiu sudah digunakan selama berabad-abad di Korea, penggunaannya dalam persenjataan canggih berkembang pesat di bawah Sejong. Dia mendukung pengembangan jenis meriam dan mortir baru, serta "panah api" seperti roket yang berfungsi mirip dengan granat berpeluncur roket modern.
Pencapaian
asiasociety.org
Raja Sejong menyukai sains dan teknologi, dan mendukung sejumlah penemuan atau penyempurnaan teknologi sebelumnya. Misalnya, dia mendorong peningkatan jenis logam bergerak untuk pencetakan yang pertama kali digunakan di Korea pada tahun 1234, serta pengembangan kertas serat murbei yang lebih kokoh. Langkah-langkah ini membuat buku-buku berkualitas tersedia lebih luas di kalangan orang Korea.
Perangkat ilmiah lain yang disponsori oleh Raja Sejong termasuk pengukur hujan pertama, jam matahari, jam air yang sangat akurat, dan peta bintang dan bola langit. Dia juga menaruh minat pada musik, merancang sistem notasi yang elegan untuk mewakili musik Korea dan Tiongkok, dan mendorong pembuat instrumen untuk meningkatkan desain berbagai alat musik.
Pada tahun 1420, Raja Sejong mendirikan sebuah akademi yang terdiri dari 20 cendekiawan Konfusianisme terkemuka yang disebut Hall of Worthies. Para cendekiawan mempelajari hukum dan ritus kuno Tiongkok dan dinasti Korea sebelumnya, menyusun teks sejarah, dan memberi kuliah kepada raja dan putra mahkota tentang ajaran klasik Konfusianisme.
Penemuan Hangul
Peninggalan Raja Sejong yang paling dikenang adalah hangul, yaitu alfabet Korea. Pada tahun 1443, Sejong dan delapan penasihatnya mengembangkan sistem abjad untuk mewakili bunyi bahasa Korea dan struktur kalimat secara akurat. Mereka menghadirkan sistem sederhana yang terdiri dari 14 konsonan dan 10 vokal, yang dapat diatur dalam kelompok untuk membuat semua bunyi dalam bahasa Korea lisan.
koreainspires.com
Awalnya, Raja Sejong menghadapi serangan balik dari elit sarjana, yang merasa sistem baru itu vulgar (dan kemungkinan besar tidak ingin wanita dan petani melek huruf). Namun, hangul dengan cepat menyebar di antara segmen populasi yang sebelumnya tidak memiliki akses pendidikan yang cukup untuk mempelajari sistem tulisan Tionghoa yang rumit.
Teks awal mengklaim bahwa orang pintar dapat mempelajari Hangul dalam beberapa jam, sementara seseorang dengan IQ lebih rendah dapat menguasainya dalam 10 hari. Ini tentu saja merupakan salah satu sistem penulisan yang paling logis. Hangul juga menjadi hadiah dari Raja Sejong kepada rakyatnya dan keturunannya, hingga saat ini.
Kematian Sejong
Kesehatan Raja Sejong mulai menurun bahkan saat prestasinya meningkat. Dia menderita diabetes dan masalah kesehatan lainnya, sehingga akhirnya menjadi buta pada usia 50 tahun. Raja Sejong yang Agung pun meninggal pada 8 April 1450, pada usia 53 tahun.
Penggantinya adalah putra pertamanya, Munjong. Sejong menilai bahwa putranya yang sakit-sakitan, Munjong, tidak mungkin hidup lama dan di ranjang kematiannya meminta para sarjana Hall of Worthies untuk menjaga cucunya yang masih kecil, Danjong.
Seperti yang diperkirakan, Munjong meninggal dua tahun setelah pengangkatannya, dan stabilitas politik yang dinikmati di bawah Sejong hancur ketika Danjong menjadi raja keenam Joseon pada usia dua belas tahun. Akhirnya, putra kedua Sejong, Sejo, merebut tahta dari Danjong pada tahun 1455.
Ketika enam menteri yang mati terlibat dalam komplotan untuk mengembalikan Danjong ke tahta, Sejo menghapus Hall of Worthies, dan mengeksekusi Danjong dan beberapa menteri yang bertugas selama pemerintahan Sejong. (mdk/ank)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut ini sederet tokoh sejarah yang kisahnya dipopulerkan aktris-aktris cantik Korea Selatan seperti Shin Hae Sun dan Park Min Young.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, ada suku yang menggunakan aksara Korea (Hangeul) dalam penulisannya, yakni suku Cia-cia.
Baca SelengkapnyaSansekerta adalah bahasa kuno India yang memiliki peran penting dalam perkembangan sastra, filsafat, agama, dan budaya India.
Baca SelengkapnyaBukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca SelengkapnyaAcara makan malam di Seoul menjadi akhir yang tragis bagi pemimpin ketiga negara republik Korea Selatan ini.
Baca SelengkapnyaPenetapan hari lahir itu didasarkan pada pembentukan daerah itu menjadi kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya
Baca SelengkapnyaPutra Melayu kelahiran Kepulauan Riau ini dikenal sebagai pujangga abad 19. Ia memiliki mahakarya berjudul Gurindam Dua Belas pada tahun 1847.
Baca SelengkapnyaMeski namanya sangat kental dengan Belanda, namun sosoknya menjadi pionir dalam menciptakan ejaan Bahasa Indonesia yang kita sekarang gunakan ini.
Baca SelengkapnyaBerawal dari rajin menulis, pria keturunan Tionghoa ini juga menyelami perfilman Indonesia yang sudah mulai marak pada saat itu.
Baca SelengkapnyaPerayaan Imlek di Korea Selatan, yang dikenal sebagai Seollal, merupakan momen penting yang dirayakan dengan meriah.
Baca SelengkapnyaTokoh seniman kondang ini adalah orang pertama yang mengenalkan modernitas seni rupa Indonesia dalam konteks kondisi nyata bangsa Indonesia saat itu.
Baca SelengkapnyaDikelilingi gedung pencakar langit, rumah Candra Naya di Jakarta Barat ini punya kisah unik.
Baca Selengkapnya