Terinspirasi Penggembala, Guru SD di Sumedang Sukses Jual Tas Berbahan Daun Lontar
Merdeka.com - Seorang guru Sekolah Dasar (SD), di Desa Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sukses membuat tas berbahan utama daun lontar. Dari kreasi uniknya itu, sejumlah produknya berhasil terjual hingga ke luar Pulau Jawa.
Menurut pria bernama Dayat (56) itu, tas berbahan alam buatannya bernama Kapek dan terinspirasi dari budak angon alias penggembala hewan ternak.
“Pertama memakai itu hasil membeli dari budak angon (Bahasa Sunda Penggembala), dan kemudian kami tertarik,” katanya, dikutip dari YouTube SMTV Digital Sumedang, Rabu (8/6).
-
Bagaimana guru PAUD di Rangkasbitung berjualan basreng? Setelah matang, basreng mereka kemas ke wadah plastik, dan menunggu pembeli langganan datang. “Sehari-hari saya di PAUD, ngajar dan ini sedang usaha basreng untuk sampingan,“ terang Ida, mengutip YouTube SCTV Banten.
-
Bagaimana memilih kado tas untuk guru? Pilihlah tas yang nyaman, fungsional, dan sesuai dengan gaya pribadi guru.
-
Apa yang dijual oleh guru PAUD di Rangkasbitung? Seorang guru sekaligus pemilik lembaga PAUD Wibana di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak mencoba membantu gaji pengajarnya. Dia kemudian berjualan bakso goreng sebagai penghasilan tambahan. Usai mengajar, pemilik lembaga bernama Ida Susanti itu bergegas pulang untuk membuat camilan tersebut secara rumahan.
-
Dimana guru PAUD di Rangkasbitung berjualan basreng? Seorang guru sekaligus pemilik lembaga PAUD Wibana di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak mencoba membantu gaji pengajarnya.
-
Siapa yang mengajarkan kerajinan limbah kayu jati? Kemampuan itu diwariskan oleh ayahnya, Widodo Harto Sudarmo.
-
Kenapa guru PAUD di Rangkasbitung jualan basreng? Menurut pengajar, hasil penjualan bakso goreng ini bisa menambah penghasilan. Seorang guru sekaligus pemilik lembaga PAUD Wibana di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak mencoba membantu gaji pengajarnya. Dia kemudian berjualan bakso goreng sebagai penghasilan tambahan.
Talinya Dibuat Dari Akar
Abah Gurday (sapaannya) mengatakan jika hasil kerajinan yang sudah Ia tekuni sejak 2005 itu memang sepenuhnya berbahan alam.
Daun lontar, Abah Gurday pakai untuk bahan utama di body tas. Kemudian untuk pelapisnya, digunakan daun danas sabrang atau cangkuang. Dan, untuk talinya digunakan akar kulit waru atau pisang.
“Tas ini awalnya kami lihat sangat antik, karena tidak dipakai oleh masyarakat luas dan hanya dipakai khusus oleh penggembala,” lanjut pria yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sindang, Surian tersebut.
Mampu Membuat 10 Tas dalam Sehari
Tas daun lontar Sumedang
©2022 YouTube SMTV Digital Sumedang/ Merdeka.com
Disebutkan Abah Gurday, dalam sehari ia mampu mengerjakan tas tiga hingga sepuluh unit saja karena hanya dikerjakan seorang diri. Walau begitu, ragam bentuk tas dengan berbagai ukuran bisa Ia ciptakan.
Untuk proses penyempurnaannya Abah Gurday biasa menyelesaikannya selama kurang lebih tiga hari, dengan per tasnya bisa Ia selesaikan selama 30 menit.
Asal usul nama Tas Kapek sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya silahkan dipakai. Nama itu Ia dapatkan saat pertama kali membelinya ke seorang penggembala.
Dijual Mulai dari Rp70 Ribu
Untuk satu tasnya sendiri, Abah mematok harga sebesar Rp75 ribu hingga Rp350 ribu sesuai jenis dan kerumitan tas yang dibuat. Tas berukuran paling besar dengan model gendong sendiri, disebut Abah Gurday, bisa membawa beban seperti laptop.
Untuk pemesanan, Abah mengaku tidak menjualnya di mana-mana. Dana hanya fokus di rumahnya yang bisa dihubungi melalui kontak di akun Whatsapp. Para pemesannya datang dari Sumedang, Cianjur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera hingga Bali.
“Tas dari budak angon ini kemudian kami coba pertahankan hingga sekarang, dan alhamdulillah berjalan lancar walaupun masih terkendala,” lanjutnya.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demi mengapresiasi karya murid, guru ini rela pakai busanan nyentrik saat mengajar.
Baca SelengkapnyaAksi sang guru memakai baju buatan muridnya saat mengajar di kelas ini mendapat pujian dari warganet.
Baca SelengkapnyaBukan hanya mendalami ilmu agama, santri-santri di Pondok Pesantren Nailul Ulum, Kampak, Trenggalek juga berkesempatan mengasah kreativitas mereka.
Baca SelengkapnyaPembuatan lurik tradisional ini bisa disaksikan langsung di halaman rumah warga di Kedungampel
Baca SelengkapnyaBentuknya lucu dan mirip domba asli dengan hiasan bulu serta tanduk yang meliuk di atas kepalanya.
Baca SelengkapnyaSosoknya menginspirasi karena mampu merangkul anak-anak untuk mengasah bakat dan melihat peluang.
Baca SelengkapnyaDari ide kreatifnya ini, Ia berhasil meraup omzet hingga Rp15 juta.
Baca SelengkapnyaSetelah mendirikan UMKM, Dona memiliki impian untuk membuat desanya sebagai destinasi wisata Kampung Songket.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Muncar menyajikan keanekaragaman budaya, alam, dan berbagai kearifan lokal.
Baca SelengkapnyaHanya lulusan SMP, Sri mampu berjaya dengan usaha ekspor buah-buahan lokal.
Baca SelengkapnyaPengrajin barang bekas dari kayu dan biji-bijian bernama Samsul Arifin sangatlah inspiratif.
Baca SelengkapnyaSelain memproduksi, Dendi juga memiliki misi lain yakni ingin membantu perekonomian warga di sekitar tempat tinggalnya.
Baca Selengkapnya