4 Fakta Situs Gunung Gamping, Batu Kapur Berusia Puluhan Juta Tahun di Sleman
Merdeka.com - Tidak seperti namanya, Gunung Gamping sebenarnya hanyalah sebuah batu berukuran kurang lebih 10 meter yang berada di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman.
Letak situs itu berada tepat di sebelah Situs Petilasan Kraton Ambarketawang. Dulunya, kawasan itu menjadi tempat tinggal Pangeran Mangkubumi sebelum pembangunan Kraton Yogyakarta selesai.
Namun, batu itu berbeda dari batu-batu kebanyakan mengingat usianya diperkirakan sudah mencapai 40 juta tahun.
-
Bagaimana Gunung Gamping terbentuk? Dikutip dari Merdeka.com, Gunung Gamping merupakan sebuah bukit purba yang telah berusia 40 juta tahun. Dulunya di sana banyak ditemukan fosil-fosil biota laut. Hal ini dikarenakan dulunya kawasan itu berada di dasar laut yang kemudian terangkat akibat pergerakan lempeng Australia dan lempeng Eurasia.
-
Apa bentuk unik dari batu kipas Gunung Julang? Batu berbentuk unik ini memiliki kontur paling berbeda, karena posisinya seolah berdiri dan menyerupai kepala manusia.
-
Apa bentuk unik dari Batu Goong? Sisi menarik dari tempat ini adalah pada bebatuannya yang memiliki kemiripan dengan salah satu perangkat gamelan.
-
Bagaimana bentuk Batu Goong? Ini terlihat dari bentuk fisiknya yakni bulat silindris, dengan bagian atas yang sedikit cembung sehingga mirip dengan alat musik logam.
-
Apa itu Gumuk Pasir Tungtung Karang? Adalah Gumuk Pasir Tungtung Karang yang terletak persis di Pantai Sayang Heulang, Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk. Pemandangannya indah, dengan perpaduan tumbuhan hijau dan hamparan pasir pantai.
-
Bagaimana batu kipas Gunung Julang terbentuk? Diperkirakan, batu ini mulanya menyatu dengan bebatuan yang ada di bawahnya. Namun, karena terus menerus ditambah, batu hanya menyisakan yang bagian atasnya saja.
Berusia Puluhan Juta Tahun
©YouTube/Menceritakan Nusantara
Dilansir dari Slemankab.go.id, batu di situs Gunung Gamping merupakan monumen geologi yang menggambarkan jejak biota awal di Pulau Jawa. Menurut para ilmuwan, usianya mencapai 40 juta tahun. Tak hanya itu, di batu itu juga terdapat bekas fosil-fosil yang menggambarkan kehidupan zaman dulu.
Menurut Gito, Juru Kunci Situs Gunung Gamping, fosil-fosil yang tertempel di Situs Gunung Gamping merupakan fosil-fosil laut. Hal ini dikarenakan dulunya batu itu berada di dasar laut yang kemudian terangkat akibat pergerakan Lempeng Australia dengan Lempeng Eurasia.
Dulunya Merupakan Sebuah Bukit
©YouTube/Menceritakan Nusantara
Dilansir dari YouTube Menceritakan Nusantara, Situs Gunung Gamping itu dulunya merupakan sebuah bukit kapur yang memanjang. Namun batu kapur di bukit itu terus diambil untuk pembangunan pondasi Kraton Yogyakarta dan Benteng Vredeburg.
Selain itu, bangunan Taman Sari yang berada di dalam kompleks Kraton dibangun dengan batuan yang ada di bukit itu.Tak hanya itu, batuan-batuan kecil yang berasal dari bukit itu didistribusikan ke 19 pabrik gula yang ada di Yogyakarta dan digunakan untuk pengeras dan pemutih gula pasir.
Tempat Pesanggrahan Sri Sultan HB I
©Tokoh.id
Persis bersebelahan dengan situs itu, ada situs Petilasan Kraton Ambarketawang yang menjadi tempat pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwono I atau yang juga dikenal dengan nama Pangeran Mangkubumi.
Raja pertama Yogyakarta itu memilih menetap di daerah bukit tersebut setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755 sembari menunggu pembangunan Kraton Yogyakarta rampung.
Menurut Gito, Situs Gunung Gamping dipilih untuk dijadikan tempat pesanggrahan karena tempatnya yang tinggi dan sejuk. Selain itu tempat tersebut juga strategis untuk dijadikan persembunyian dari tentara Belanda.
Peristiwa Longsor
©2020 liputan6.com
Ketika pembangunan Kraton Yogyakarta sedang berlangsung, para abdi dalem tinggal di pesanggrahan kecuali Ki Wirasuta dan keluarganya yang memilih tinggal di sebuah gua di bukit Gunung Gamping. Pada suatu hari, bukit itu mengalami longsor dan Ki Wirasuta beserta keluarganya dinyatakan hilang dan jasadnya tidak pernah ditemukan hingga kini.
Sejak peristiwa itu, diadakan Upacara Saparan yang dimaksudkan untuk mengenang kesetiaan Ki Wirasuta beserta keluarganya kepada Pangeran Mangkubumi.
Namun seiring waktu, upacara itu berubah tujuannya yakni untuk keselamatan pengambilan batu gamping yang ada di sana, mengingat pengambilan batu itu cukup sulit dan berbahaya. Hingga kini, upacara itu masih dilestarikan dan masyarakat mengenalnya dengan Tradisi Bekakak.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak jarang di Gunungkidul terdapat bukit yang tersusun dari batu karang seperti yang berada di lautan.
Baca SelengkapnyaGeosite ini merekam bukti lenyapnya Gunung Api Purba Nglanggeran
Baca SelengkapnyaDulunya, batuan ini berada di dasar samudera.
Baca SelengkapnyaMaterial batu dari Gunung Gamping digunakan untuk pembangunan rumah-rumah di Kota Yogyakarta
Baca SelengkapnyaSebuah gunung yang tergolong jenis dataran rendah di Kabupaten Natuna ini cukup kaya akan keindahan alamnya serta memiliki keunikan lain yang menarik diulas.
Baca SelengkapnyaGeopark Meratus disebut menyimpan banyak keajaiban alam.
Baca SelengkapnyaKini kawasan itu menjadi Geopark yang dikembangkan menjadi tempat wisata
Baca SelengkapnyaBatu ini mencuri perhatian karena bentuknya mirip stonehenge yang ada di Inggris
Baca SelengkapnyaDijamin pantai ini langsung bikin pengunjung jatuh cinta dengan suasananya.
Baca SelengkapnyaSampai sekarang belum diketahui secara pasti kisah dari bebatuan yang penuh misteri ini.
Baca SelengkapnyaPotret fosil gading gajah yang ditemukan pada galian tanah saat sedang bangun rumah.
Baca SelengkapnyaBatu berbentuk unik ini memiliki kontur paling berbeda, karena posisinya seolah berdiri dan menyerupai kepala manusia.
Baca Selengkapnya