Menyusuri Indahnya Gunung Ranai, Kawasan Geosite yang Miliki 3 Puncak di Kabupaten Natuna
Sebuah gunung yang tergolong jenis dataran rendah di Kabupaten Natuna ini cukup kaya akan keindahan alamnya serta memiliki keunikan lain yang menarik diulas.
Sebuah gunung yang tergolong jenis dataran rendah di Kabupaten Natuna ini cukup kaya akan keindahan alamnya serta memiliki keunikan lain yang menarik diulas.
Menyusuri Indahnya Gunung Ranai, Kawasan Geosite Hingga Memiliki 3 Puncak di Kabupaten Natuna
Pulau Sumatera memiliki deretan gunung-gunung dengan berbagai macam jenis dan tipenya. Tak sedikit juga gunung tersebut masih aktif dan menjadi incaran para pencinta alam untuk menaklukkan sampai ke puncak.
Gunung Ranai adalah salah satunya, gunung yang secara geografis berada di Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau ini masih tergolong gunung dataran rendah yang ketinggiannya hanya 1.035 mdpl. (Foto: Wikipedia)
-
Dimana letak Taman Nasional Gunung Rinjani? Taman Nasional Gunung Rinjani. Taman ini pada awalnya adalah kawasan Suaka Marga Satwa yang ditetapkan Gubernur Hindia Belanda pada tahun 1941 berdasarkan Surat Keputusan No. 15 Staatblaat Nomor 77 tanggal 12 Maret 1941.
-
Mengapa Gunung Rinjani terkenal di Asia Tenggara? Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.762 mdpl dan kerap kali disebut sebagai wisata trekking terbaik di Asia Tenggara.
-
Bagaimana cara menikmati keindahan Nuansa Riung Gunung? Nuansa Riung Gunung menawarkan pengalaman wisata alam yang dikenal sebagai 'Swiss-nya Bandung'. Tempat ini memiliki hamparan perkebunan teh yang tertata indah dan menyajikan pemandangan pegunungan yang menawan.
-
Apa yang membuat Gunung Rinjani terkenal? Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, menjadikannya gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra.
-
Dimana lokasi Gunung Anak Ranakah? Gunung Anak Ranakah terletak di Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
-
Kenapa Gunung Rinjani menarik untuk didaki? Sebagai gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, Rinjani menawarkan trek pendakian yang menantang dan pemandangan yang menakjubkan dari puncaknya. Bahkan di sepanjang perjalanan menuju puncak, kamu akan disuguhkan dengan pemandangan kawah yang indah, danau yang unik, serta panorama yang spektakuler.
Selain itu, para pendaki akan bertemu dengan beberapa jenis vegetasi yang berbeda dan pastinya memperlihatkan ciri-ciri utama dari gunung tersebut.
Meski demikian, gunung ini menyimpan potensi alam yang begitu luar biasa besar.
Masih ada fakta menarik lainnya tentang Gunung Ranai, penasaran? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun merdeka.com (5/6) dari berbagai sumber berikut ini.
Pesona "Batu Tersusun"
Melansir dari situs geoparknatuna.com, di kawasan Gunung Ranai ini tidak hanya sekedar menjadi objek pendakian bagi para pemula.
Namun, di sini juga bisa camping dan trekking untuk menyaksikan keindahan alam di sekitar gunung.
Gunung ini terdapat bebatuan granit yang berukuran besar tepatnya berada di bawah air terjun. Ketika sudah sampai puncak, pendaki akan bisa melihat pesona "Batu Bersusun" yang konon sudah berusia lebih dari 100 juta tahun.
Uniknya dari batu ini sudah terlihat dari namanya, beberapa bebatuan tersebut memiliki bentuk yang simetris dan pastinya tersusun dengan rapi. Pemandangan ini seperti layaknya bebatuan tersebut di tumpuk dengan hati-hati dan pastinya presisi.
Memiliki 3 Puncak
Keunikan selanjutnya dari Gunung Ranai ini adalah memiliki 3 puncak yang berbeda.
Ketiganya sendiri memiliki nama masing-masing, yaitu Puncak Serendit pada ketinggian 968 mdpl, lalu Puncak Erik Samali di ketinggian 999 mdpl, dan terakhir, puncak Datuk Panglima Husin yang ada di ketinggian 1.035 mdpl.
Puncak pertama atau Puncak Serendit ini berupa gugusan tebing dengan tinggi mencapai 100 meter. Kemudian puncak tertingginya berada di Datuk Panglima Husin juga menyuguhkan tebing-tebing yang menjulang tinggi hingga 200 meter.
Indahnya Air Terjun
Setelah para pendaki memasuki ketinggian 282 mdpl, akan menemukan sebuah hutan dan ada jalan setapak untuk menuju ke dalam hutan yang sebenarnya. Namun harus hati-hati dan waspada karena di hutan ini bisa bertemu dengan lintah.
Ketika berada di ketinggian 292 mdpl, akan ada jalur yang mengarah ke air terjun dan juga naik ke puncak gunung. Nah, momen yang tepat untuk mengunjungi air terjun ini ketika pendaki hendak turun, tentunya sebagai spot untuk beristirahat sejenak.
Tak perlu khawatir, meski treknya sedikit curam tetapi sebagian besar medannya masih bisa didaki dengan cukup mudah.
Rumah Bagi Spesies Langka
Bagi yang ingin mengunjungi kawasan ini cukup menempuh perjalanan 4,5 jam dari pusat kota Ranai untuk mencapai titik pendakian. Kawasan gunung ini pastinya tidak membuat kecewa, karena cocok untuk healing sejenak.
Selain itu, Gunung Ranai sudah menjadi rumah bagi sebagian besar flora dan fauna. Contohnya saja seperti tanaman kantong semar Nepenthes ampullaria yang merupakan spesies yang tersebar luas di Semenanjung Malaya dan Kalimantan.
Habibat Kepiting Darat
Letaknya yang terpencil tidak mengherankan jika beberapa flora dan fauna menarik bisa ditemukan di Natuna. Di gunung ini tepatnya pada ketinggian 600 sampai 700 meter terdapat populasi besar kepiting darat kecil berwarna merah.
Menurut pakar dari Inggris, Richard Hartnoll, bahwa kepiting ini tergolong dalam spesies Geosesarma, genus kepiting kecil yang hidup di air tawar atau di darat namun masih berbeda dengan kepiting darat.
Uniknya dari kepiting ini adalah mereka tidak harus kembali ke laut untuk berkembang biak. Setelah melewati proses larva dan telur, langsung berkembang menjadi kepiting.
Mitos Misteri Keberadaan Orang Bedung
Setiap gunung di Indonesia tentu memiliki cerita yang berbau mistis dan sudah menjadi tradisi lisan di lapisan masyarakat sekitar. Begitu pula Gunung Ranai ini yang terdapat misteri keberadaan Orang Bedung.
Melansir dari berbagai sumber, pada zaman dahulu terdapat satu masyarakat kampung yang hidup di sekitar kaki Gunung Ranai. Mereka kemudian terancam serangan Lanun yang benar-benar ganas.
Beberapa masyarakat yang tidak ingin adanya pertumpahan darah, telah memanjatkan doa pada tuhan agar diberi keselamatan. Singkat cerita, doa mereka pun terpenuhi namun harus membayar mahal karena harus berubah menjadi makhluk kasat mata.
Sampai saat ini masyarakat sekitar masih mempercayai Orang Bedung yang masih hidup disekitar gunung. Mereka tumbuh seperti manusia biasa, membuat kota serta bala tentara.