Berawal dari Pinggir Jalan, Ini Sejarah Terbentuknya Pasar Barang Antik di Jogja
Merdeka.com - Berdasarkan data dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Regional Yogyakarta, Kelompok Barang Antik Kowen Sidokarto merupakan salah satu kluster dari total 389 kluster BRI yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah anggotanya ada 40 orang.
Mereka berdagang pada bangunan yang sudah disediakan di Dusun Rewulu Wetan, Kalurahan Sidokarto, Sleman. Mereka nyaman berjualan di sana, terlindungi dari sinar terik matahari dan hujan.
Sebelum berjualan di Pasar Kowen, para pedagang bekas dan barang antik tersebut berjualan di Pasar Pon Godean. Namun tempat tersebut dinilai semrawut dan statusnya ilegal.
-
Dimana pedagang kelontong berjualan? Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Kenapa pedagang Solo merasakan keuntungan? Selain itu, kemenangan Timnas atas Turkmenistan ini juga menjadi berkah bagi para pedagang yang berjualan di Stadion Manahan Solo dan sekitarnya.
-
Bagaimana Pasar Kayu disulap? Lapak-lapak pedagang kayu di sana diubah menjadi sejenis warung, restoran jadul, serta gudang penyimpanan rokok kretek.
-
Dimana Pasar Beringharjo dulunya? Terlihat dalam sebuah peta Belanda tahun 1830, bangunan Pasar Beringharjo kini yang menempati sisi timur dulunya merupakan area pemakaman Belanda.
-
Kenapa pedagang takjil senang berjualan? Cuan yang dikantongi dari berdagang Takjil menggiurkan lho ..
“Keberadaan itu mengganggu lalu lintas, baik itu para pekerja, anak sekolah, dan lain-lainnya, sehingga banyak yang terlambat. Hal ini memberikan dampak yang kurang bagus. Apalagi mereka berdagang di pinggir jalan,” kata Sugito, Ketua Unit Usaha Pasar Kowen, saat ditemui Merdeka.com pada Senin (26/6).
Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Pemerintah Kabupaten Sleman memberikan tempat untuk relokasi para pedagang di Pasar Pon Godean.Setelah itu barulah Pemkab Sleman dan para pedagang bermusyawarah untuk pemindahan dari Pasar Godean ke Pasar Kowen.
“Pada tahun 2019 terjadilah deal atau pemindahan tersebut. Dengan hal itu para pedagang klitikan mengikuti pemindahan itu. Waktu itu ada tiga paguyuban. Namun seiring berjalannya waktu, tempat ini belum memadai. Jadi yang penting mereka bisa berjualan. Tempatnya ya seadanya,” terang Sugito.
Jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Kowen bertambah. Tak hanya pedagang barang antik, para penjaja makanan juga ikut berjualan di Pasar Kowen.
“Pada tahun 2020, investor membantu membangunkan fasilitas tempat sehingga yang tadinya untuk pasar tradisional, sudah tersewa semua untuk 160 pedagang. Sayangnya mereka tidak aktif berjualan. Karena mereka tidak berjualan, kami juga merasa rugi karena tidak ada retribusi. Karena tidak ditempati, pedagang klitikan ini minta dipindahkan ke sana. Jadinya mereka yang masih berjualan di emperan jalan di sini dipindah ke sana,” kata Sugito.
Sugito, ketua Unit Usaha Pasar Kowen Sidokarto.©2023 Merdeka.com/Shani Rasyid
Pada tahun 2021, pihaknya kembali membangun pasar tradisional 2 yang ada di pinggir jalan. Di sana ada 16 kios dan 40 lapak kosong untuk berjualan. Walaupun sudah ada beberapa tempat yang disewa, namun pemanfaatannya belum maksimal.
Kini, jumlah pedagang di Pasar Kowen Sidokarto sudah lebih dari 500 pedagang. Terkait peran Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sugito menjelaskan kalau pihaknya membangun sinergitas dengan perusahaan pelat merah itu. Ia mengatakan, BRI memberikan peluang bagi para pedagang untuk mendapatkan pinjaman modal, apalagi para pedagang itu termasuk para pedagang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Sampai saat ini bantuan modal yang dikucurkan untuk pedagang Pasar Kowen ini kurang lebih hampir Rp2 miliar. Dengan penguatan modal, lalu mereka berdagang dan mendapat untung, lalu bisa mengembalikannya kepada BRI. Apalagi bunganya sangat rendah,” ungkapnya.
Dengan adanya sinergitas dengan BRI, Sugito berharap para pedagang di Pasar Kowen semakin banyak, sehingga para nasabah juga bisa bertambah. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski cenderung terpencil di atas pegunungan, namun pasar tersebut tetap ramai dikunjungi warga.
Baca SelengkapnyaDari aneka pakaian sampai makanan tradisional bisa dijumpai di Pasar Baru Trade Center. Harganya bisa ditawar dan tak bikin kantong bolong.
Baca SelengkapnyaGeri telah berjualan cendol durian di Jl. Blora Sudirman sejak bulan Maret 2023.
Baca SelengkapnyaDulu Pasar Dondong merupakan pasar yang ramai, tapi justru sekarang kondisinya berubah
Baca SelengkapnyaPenampakan pasar tradisional di Spanyol ini mirip dengan di Indonesia, menjual berbagai macam perabotan dengan harga yang sangat murah.
Baca SelengkapnyaNama Pasar Loak Kebayoran Lama menjadi surga bagi para pecinta barang-barang jadul.
Baca SelengkapnyaWalaupun berada di daerah terpencil, namun pasar tersebut kondisinya ramai
Baca SelengkapnyaPasar Gede merupakan pasar termegah di Kota Solo. Lokasinya berada di tengah kawasan Pecinan.
Baca SelengkapnyaSuasana pasar ini seolah mengingatkan kehidupan masyarakat saat era penyebaran agama Islam. Semakin kental terasa dengan pembayaran yang memakai koin kayu unik.
Baca SelengkapnyaPasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
Baca SelengkapnyaAda banyak pasar ramadan yang bisa dikunjungi sambil menunggu bedug magrib
Baca Selengkapnya