Dibangun Pada Masa Sultan Agung, Ini 5 Fakta Sejarah Makam Raja-raja Imogiri
Merdeka.com - Makam Raja-Raja Imogiri merupakan sebuah kompleks pemakaman tua yang punya nilai sejarah. Makam itu berada di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dilansir dari Kratonjogja.id, makam imogiri dibangun pada 1632, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dengan dikepalai oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo, kompleks pemakaman itu dibangun dengan perpaduan arsitektur Hindu-Islam.
Untuk menuju ke sana, pengunjung harus menapaki ratusan anak tangga. Tak hanya itu, bagi mereka yang ingin masuk dan berziarah ke makam diwajibkan untuk memakai baju adat Jawa. Berikut selengkapnya:
-
Siapa pendiri Kerajaan Mataram Islam? Panembahan Senapati (Danang Sutawijaya atau Dananjaya) adalah pendiri Kerajaan Mataram Sultanate.
-
Kapan makam itu dibangun? Makam yang diberi nama M1033 ini ditemukan di pemakaman Dahekou milik Dinasti Zhou Barat di Yicheng County.
-
Kapan Kerajaan Mataram Islam berdiri? Berdiri sejak tahun 1584, Mataram Islam memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam penyebaran agama Islam, pengembangan budaya Jawa, dan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
-
Kapan makam tersebut dibangun? Tumulus Besar menjadi saksi bisu dari misteri sejarah dengan mengandung tiga makam penting, dikenal sebagai Makam Kerajaan I, II, dan III, yang diperkirakan berasal dari akhir abad ke-4 SM.
Sejarah Dibangunnya Makam Imogiri
©kratonjogja.id
Makam Imogiri atau yang juga dikenal dengan Pasarean Imogiri dibangun pada 1632. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, pada waktu itu raja Mataram Islam yang ketiga, Sultan Agung, sedang mencari tanah yang akan digunakan sebagai tempat pemakaman.
Dengan membawa pasir yang berasal dari Arab, dia melempar pasir itu dari istananya di daerah Pleret. Pasir itu kemudian jatuh di sebuah bukit yang berada di Imogiri. Atas dasar itulah Sultan Agung memutuskan untuk membangun makam raja di tempat jatuhnya pasir itu.
Mulai tahun 1632, makam itu mulai dibangun. Tiga belas tahun setelah selesainya pembangunan makam, Sultan Agung wafat. Ia kemudian dimakamkan di sana bersama para istri-istrinya yang wafat kemudian.
Makam Bagi Para Raja Mataram
©kratonjogja.id
Sultan Agung menjadi raja pertama yang dimakamkan di Pasarean Imogiri. Setelah itu pemakaman ini digunakan untuk raja-raja seterusnya, bahkan saat Mataram terbelah menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Oleh itulah kemudian pemakaman itu terdiri dari beberapa kompleks utama di antaranya Kasultanagungan, Pakubuwanan, Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta.
Dilansir dari Kratonjogja.id, walaupun ibukota kerajaan berpindah berkali-kali bahkan sampai terbelah, namun raja-raja yang bertahta tetap berpulang di tempat peristirahatan terakhir yang sama, yaitu di Makam Imogiri ini.
Terdiri dari Ratusan Anak Tangga
©Wikipedia.org
Sebelum memasuki kompleks pemakaman, pengunjung harus melalui ratusan anak tangga yang lebarnya 4 meter dengan kemiringan 45 derajat. Dikutip dari Wikipedia.org, jumlah anak tangga itu ada 409 buah.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika pengunjung dapat menghitung anak tangga dengan benar maka semua keinginannya akan terkabul.
Gapura Bernilai Filosofis
©Wikipedia.org
Makam Sultan Agung menjadi makam yang letaknya paling tinggi di kompleks pemakaman itu. Untuk menuju ke sana, peziarah harus melalui tiga gapura yang melambangkan tiga tahapan kehidupan manusia yaitu alam rahim, alam duniawi, dan alam kubur.
Di antara gapura-gapura itu, ada jasad manusia yang dikubur terpisah. Dia adalah seorang pengkhianat yang membelot kepada Belanda bernama Tumenggung Endranata. Saat berhasil ditangkap oleh Mataram, dia kemudian dieksekusi dengan dipenggal kepalanya.
Jasadnya kemudian dibagi menjadi tiga bagian dan dikubur di pemakaman Imogiri secara terpisah. Kepalanya dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang, badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang, dan kakinya dikubur di tengah kolam.
Peziarah Wajib Pakai Pakaian Adat
©kratonjogja.id
Untuk bisa masuk ke Makam Imogiri, pengunjung diwajibkan untuk mengenakan pakaian tradisional Jawa. Untuk peziarah perempuan, mereka harus mengenakan kain jarit sebatas dada atau kemben sehingga terbuka di bagian bahu. Sementara itu peziarah laki-laki harus memakai kain jarit dan atasan berupa baju peranakan. Kedua model pakaian itu merupakan pakaian yang biasa digunakan para abdi dalem. Selain itu di area makam tidak boleh berfoto-foto.
Sementara itu waktu ziarah hanya dibuka tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin, Jum’at, dan Minggu. Di hari tersebut pengunjung boleh melakukan ziarah mulai pukul 10 pagi hingga 1 siang.
Selain itu pada tanggal 1 dan 8 Syawal serta 10 Dzulhijjah, pengunjung juga boleh melakukan ziarah di makam ini. Makam ini akan ditutup selama satu bulan penuh selama Bulan Suci Ramadan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situs tersebut dinamakan “Gembirowati” yang berarti “kegembiraan yang baik”.
Baca SelengkapnyaBanyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755,
Baca SelengkapnyaKonon, di titik inilah peradaban Islam pertama kali muncul dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaMasjid ini berdiri pada 1618 di atas tanah seluas 33.875 meter persegi pada puncak kejayaan Sultan Iskandar Muda.
Baca SelengkapnyaPusat penyebaran agama Islam ini sengaja dibangun mirip bangunan Hindu.
Baca SelengkapnyaDi balik keindahan bangunan berusia hampir lima abad itu, siapa sangka jika perancangnya berasal dari tiga negara.
Baca SelengkapnyaKota kuno Kotagede dibangun dengan konsep filosofi "Catur Gatra" dengan empat elemen penting yaitu keraton, pasar, alun-alun, dan masjid.
Baca SelengkapnyaSelain Pendiri dan Raja Pertama Kesultanan Yogyakarta, Hamengku Buwono I juga sosok arsitek kerajaan.
Baca SelengkapnyaKerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa, Indonesia.
Baca SelengkapnyaMakam itu merupakan persemayaman Raja Amangkurat I yang merupakan anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo
Baca SelengkapnyaKota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Baca Selengkapnyabanyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.
Baca Selengkapnya