Ditetapkan Jadi Warisan Budaya UNESCO, Ini Makna dan Sejarah di Balik Sumbu Filosofi Jogja
Sumbu Filosofi Jogja pertama kali dicetuskan oleh Pangeran Mangkubumi, sang pendiri Kota Jogja.
Sumbu Filosofi Jogja pertama kali dicetuskan oleh Pangeran Mangkubumi, sang pendiri Kota Jogja.
Ditetapkan Jadi Warisan Budaya UNESCO, Ini Makna dan Sejarah di Balik Sumbu Filosofi Jogja
Pada 18 September 2023, UNESCO menetapkan Sumbu Filosofis Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia. Menanggapi penetapan itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan bahwa keberhasilan itu merupakan hasil kerja sama semua pihak dan merupakan mahakarya Sri Sultan Hamengkubuwo I.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan yang akan datang,” kata Sri Sultan HB X dikutip dari Jogjaprov.go.id.
Lantas apa makna dan sejarah di balik sumbu filosofi Jogja?
-
Apa yang dimaksud dengan filosofi? Kata filosofi atau yang dalam bahasa Inggris disebut 'phylosophy' berasal dari bahasa Yunani (Latin) 'philosophia' dengan arti cinta kebijaksanaan atau upaya memahami alam semesta secara keseluruhan.
-
Kenapa Gambus Selodang bermakna filosofis? Gambus Selodang bukan hanya sekedar alat musik yang dipetik saja, namun dibaliknya terdapat makna filosofis yang mungkin jarang diketahui orang. Melansir dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, konon alat musik ini berasal dari kisah percintaan seseorang di Melayu Riau.
-
Dimana lokasi wisata edukasi Jogja? Wisata edukasi Jogja tidak hanya memberikan kesan seru namun juga bisa menjadi sumber pengetahuan terlebih bagi anak-anak. Ada beragam tempat wisata menarik di Jogja yang juga bernuansa pendidikan dan sarat pengetahuan baru bagi anak-anak.
-
Apa daya tarik utama wisata alam Jogja? Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memikat hati para wisatawan. Bukan tanpa alasan, kota ini dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa yang kaya akan sejarah dan tradisi. Tidak hanya itu, keindahan alam Jogja memberikan daya tarik tersendiri.
-
Apa yang ditawarkan wisata edukasi Jogja? Wisata edukasi Jogja tidak hanya memberikan kesan seru namun juga bisa menjadi sumber pengetahuan terlebih bagi anak-anak.
-
Apa yang menjadi ikon budaya Sumbar? Rumah Gadang menjadi ikon budaya di Sumatra Barat.
Dilansir dari Liputan6.com, Sumbu Filosofi Yogyakarta dibangun pada abad ke-18 oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian diberi gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Sumbu utara-selatan sepanjang enam kilometer itu diposisikan untuk menghubungkan Gunung Merapi dan Samudera Hindia.
Dalam sumbu filosofi itu, Keraton Yogyakarta diposisikan sebagai pusat.
Pada masanya, Sri Sultan Hamengkubuwono I menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan dan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya. Ia kemudian juga membangun Tugu Pal Putih di sisi utara dan Panggung Krapyak di sisi selatan.
Dari ketiga titik tersebut, apabila ditarik garis lurus, maka akan membentuk sebuah sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta. Secara filosofis, sumbu ini bermakna keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia.
Selain itu, Sumbu Filosofis Yogyakarta juga menunjukkan keselarasan manusia dengan alam termasuk lima anasir pembentuk yaitu api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari Bumi Yogyakarta, air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta) dan aksara (ether).
Berbeda dengan nominasi warisan dunia negara lain, proses penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Budaya Dunia tergolong cepat.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad selaku ketua Delegasi pemerintah Indonesia pada sidang tersebut, menyampaikan terima kasih kepada Komisi Warisan Dunia UNESCO yang telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia (World Heritage List).
“Kami merasa terhormat dapat menyumbangkan mutiara ini ke dalam Daftar Warisan Dunia, yang merupakan perpaduan indah antara warisan budaya benda dan takbenda,” ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan tujuan utama penetapan ini bukan semata untuk mendapatkan status Warisan Dunia yamg dianggap banyak negara sangat bergengsi, tetapi lebih didorong untuk melestarikan warisan budaya jati diri Yogyakarta yang amat berharga. Sekaligus berbagi keistimewaan Yogyakarta dan dunia.
"Perjuangan mempertahankan status jauh lebih berat, karena Sumbu Filosofi tidak hanya menjadi milik DIY, Indonesia tapi juga milik dunia. Sehingga komitmen bersama untuk menjaga sesuai standar internasional menjadi sangat penting untuk dipahami," tegas Dian dikutip dari Jogjaprov.go.id.