Dulunya Basis Perjuangan, Ini 5 Fakta Sejarah Bandara Adisutjipto Yogyakarta
Merdeka.com - Sebelum Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dibangun, pesawat yang tiba di Yogyakarta mendarat di Bandara Adisutjipto. Di kalangan wisatawan, bandara itu cukup kecil bila dibandingkan dengan bandara-bandara di kota besar lainnya seperti Bandara Soekarno Hatta, Bandara Juanda, ataupun Bandara Kualanamu.
Keberadaan Bandara Adisutjiptoternyatamempunyai pengaruh cukup besar sebagai basis perjuangan para tentara Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Berikut adalah sekelumit sejarah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
Dulunya Bernama Bandara Maguwo
-
Siapa pilot pertama Indonesia yang terbang setelah kemerdekaan? Adisutjipto menjadi orang Indonesia pertama yang menerbangkan pesawat setelah kemerdekaan. Penerbangan itu terjadi 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit.
-
Dimana Istana Negara Yogyakarta dibangun? Pada awalnya, Istana Kepresidenan Yogyakarta merupakan rumah resmi seorang residen Belanda bernama Anthonie Hendriks Smissaert.
-
Dimana letak Yogyakarta? Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, Indonesia, dan dikenal sebagai pusat budaya dan seni Jawa.
-
Siapa yang pernah mendiami Istana Negara Yogyakarta? Gubernur Belanda yang pernah mendiami tempat itu antara lain J.E Jasper (1926-1927), PRW van Gesseler Verschuur (1929-1932), H.M de Kock (1932-1935), J. Bijilevel (1935-1940), dan L. Adam (1940-1942).
-
Kapan Indonesian Airways berdiri? Akhirnya pada 26 Januari 1949 berdirilah sebuah perusahaan maskapai yang bernama Indonesian Airways yang menggunakan DC-3 Dakota.
-
Kapan Yogyakarta jadi daerah istimewa? Sejak pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949, Yogyakarta yang sejak tahun 1946 menjadi ibu kota negara hanyalah sebuah negara bagian di bawah naungan Republik Indonesia Serikat (RIS).
©Reuters/reuters TV
Sebelum bernama “Adisutjipto”, landasan terbang itu dulunya dinamakan Pangkalan Udara Maguwo. Tempat itu didirikan pada tahun 1940 dan digunakan tentara Hindia Belanda pada tahun 1942.
Namun saat menjajah Indonesia, Jepang beralih menduduki bandara itu. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, giliran Pemerintahan Republik Indonesia yang menduduki pangkalan udara itu dan digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI dan latihan terbang sekolah penerbangan di Maguwo yang saat itu dipimpin oleh Agustinus Adisutjipto.
Basis Perjuangan
©istimewa
Pada 19 Desember 1948, landasan terbang Maguwo dijatuhi bom oleh Belanda dalam rangka sebuah penyerangan yang dikenal dengan nama Agresi Militer II. Pada saat itu, pertahanan TNI di landasan terbang itu hanya terdiri dari 150 orang pasukan pertahanan udara dengan persenjataan yang sangat minim dan beberapa di antaranya rusak.
Karena itulah pertempuran merebut pangkalan udara itu hanya berlangsung selama 25 menit. Karena peristiwa itu, tercatat 128 tentara Indonesia tewas dan tak ada satupun korban jiwa dari pihak tentara Belanda.
Setelah peristiwa Agresi Militer II ini, Landasan Udara Maguwo ini menjadi tempat pendaratan pasukan Belanda. Tercatat ada 432 anggota pasukan KST yang mendarat, disusul Grup Tempur M sebanyak 2.600 orang dan berbagai persenjataan yang dibawa. Mulai dari sinilah mereka melaksanakan misi agresi militer ke Kota Yogyakarta.
Dijadikan Bandara
©Reuters/reuters TV
Setelah Belanda pergi dari Indonesia, pangkalan udara itu kembali diserahkan pada AURI dan namanya diubah menjadi Pangkalan Udara Adisutjipto. Pada 1964, pangkalan itu menjadi pelabuhan udara yang melayani penerbangan sipil maupun aktivitas militer. Pada tahun 1992, bandara itu resmi masuk dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I.
Pada 21 Februari 2004, Bandara Adisutjipto berubah menjadi bandara udara internasional setelah Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat rute Yogyakarta-Kuala Lumpur. Dari tahun ke tahun, jumlah penumpang maupun pesawat yang dilayani bandara itu terus meningkat.
Kecelakaan Pesawat di Bandara Adisutjipto
GMA/Danny Pata
Pada 7 Maret 2007, sebuah kecelakaan pesawat terjadi di Bandara Adisutjipto. Saat itu Pesawat Garuda Boeing 737 rute Jakarta-Yogyakarta gagal mendarat di bandara tersebut. Pesawat itu gagal berhenti di titik yang ditentukan dan terus meluncur dengan kecepatan tinggi hingga menabrak pagar besi bandara.
Pesawat itu kemudian berhenti di area persawahan dalam kondisi terbakar. Sesaat kemudian terdengar ledakan dari pesawat itu. Sebanyak 22 orang meninggal dunia karena kejadian ini, sementara 112 lainnya selamat.
Atas peristiwa ini, pilot pesawat itu, Kapten Marwoto Komar ditetapkan sebagai tersangka. Dilansir dari Liputan6.com, kasus ini menjadi kasus pertama di dunia yang mendudukkan pilot sebagai terdakwa dalam sebuah kasus kecelakaan pesawat.
Dipindah ke Kulon Progo
©Instagram/@bandarayogyakarta
Pada 29 Maret 2020, seluruh penerbangan dari Bandara Adisutjipto dipindah ke Bandara Internasional Yogyakarta yang berada di Kulon Progo.
Pembangunan bandara di Kulonprogo itu penting dilakukan untuk mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan kapasitas bandara Adisutjipto yang tak lagi memadai. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jauh sebelum ada Bandara YIA, Yogyakarta ternyata sudah punya bandara udara yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda. Kini jejaknya hilang tak bersisa
Baca SelengkapnyaBandara Husein Sastranegara memiliki peran penting saat penjajahan Jepang.
Baca SelengkapnyaMisi TNI AU mengebom Basis PKI dengan pesawat Cureng peninggalan Jepang.
Baca SelengkapnyaNama bandara ini diambil dari nama Perdana Menteri Indonesia terakhir
Baca SelengkapnyaKeistimewaan Yogyakarta memiliki sejarah yang panjang, walau begitu peraturannya baru disahkan pada tahun 2012
Baca SelengkapnyaAda peristiwa kelam di balik sejarah pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Simak selengkapnya.
Baca SelengkapnyaDulu jadi area tersibuk, bandara di Salatiga ini hanya tinggal kenangan.
Baca SelengkapnyaNama Lanud Sulaiman diambil dari seorang prajurit AURI yang gugur karena kecelakaan pesawat di Kiaracondong.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca SelengkapnyaIni kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?
Baca SelengkapnyaIstana itu hingga kini menjadi tempat menginap tamu-tamu besar yang berkunjung ke Yogyakarta
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca Selengkapnya