Jejak Orang Bugis di Jogja, Diabadikan jadi Sebuah Nama Kampung
Merdeka.com - Suku Bugis merupakan kelompok etnik dari wilayah Sulawesi Selatan. Kelompok etnik ini memiliki jiwa perantau. Maka tak heran apabila mereka tak hanya tinggal di tempat asal mereka, namun juga menyebar hingga Pulau Kalimantan, Sumatra, Kepulauan Riau, hingga ibu kota Jakarta.
Keberadaan orang-orang Bugis juga bisa ditemukan di Yogyakarta. Di sana ada sebuah kampung bernama Bugisan. Kampung ini dulunya menjadi tempat tinggal kesatuan prajurit asal Bugis yang menjadi bagian dari prajurit Keraton Yogyakarta.
Lalu bagaimana keadaan Kampung Bugisan saat masih didiami para Prajurit Bugis? Bagaimana keadaan kampung itu sekarang? Berikut selengkapnya:
-
Dimana dialek bahasa Bugis tersebar? Meskipun bahasa Bugis berasal dari Sulawesi Selatan, namun pengguna bahasa ini tersebar ke sejumlah daerah di Indonesia.
-
Di mana bahasa Bugis umumnya digunakan? Salah satunya yang dimiliki suku Bugis yang merupakan salah satu suku terbesar yang mendiami daerah Sulawesi Selatan.
-
Di mana Suku Bajo banyak tinggal? Salah satu daerah di Indonesia yang banyak dihuni Suku Bajo adalah kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean.
-
Dimana Suku Togutil tinggal? Suku Togutil merupakan kelompok etnis yang mendiami kawasan hutan Halmahera seperti Hutan Totodoku, Tukur-Tukur, Lolobata, Kobekulo, dan Buli.
-
Mengapa bahasa Bugis memiliki banyak dialek? Karena itulah lahir dialek-dialek berbeda dalam bahasa Bugis.
-
Dimana asal mula kue bugis? Meski namanya mirip dengan salah satu suku yang berada di Sulawesi Selatan, namun kue ini sejatinya bukan berasal dari sana. Melainkan kue ini tak lain justru tercipta di tengah-tengah suku Betawi atau di Pulau Jawa.
Sejarah Prajurit Bugis di Keraton Yogyakarta
©jogjakota.go.id
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, keberadaan prajurit Bugis di Keraton Yogyakarta sudah ada sejak tahun 1763, setelah adanya peristiwa pemulangan Ratu Bendara oleh Mangkunegara I dari Kadipaten Mangkunegara Surakarta.
Pada dasarnya, para prajurit Bugis asal Sulawesi Selatan sudah dimulai saat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam Keraton Kartasura, tepatnya pada saat pemerintahan Sunan Amangkurat II. Tren penyebaran prajurit dari Makassar ini ada hubungannya dengan peristiwa sejarah Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667 antara Sultan Hasanudin dengan VOC.
Penerang dalam Kegelapan
©kemdikbud.go.id
Keberadaan Prajurit Bugis sangat berarti bagi kesatuan militer Keraton Yogyakarta. Dalam peperangan, mereka membawa bendera atau panji-panji bernama Wulan Dadari. Bendera itu berbentuk persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya ada lingkaran dengan warna dasar kuning emas.
Dikutip dari Jogjakota.go.id, Wulan Dadari bermakna pasukan yang diharapkan selalu memberikan penerang dalam kegelapan, ibarat bulan yang muncul di malam yang gelap yang menggantikan fungsi matahari.
Kampung Bugis Kini
©kemdikbud.go.id
Di jalan masuk menuju Kampung Bugisan Kota Yogyakarta, terdapat patung prajurit Bugis. Patung itu merupakan ikon yang menjadi penanda dan menjadi bagian dari memori kolektif bahwa kampung itu dulunya menjadi tempat bermukim para prajurit Bugis.
Bahkan kostum orang Bugis berdasarkan patung prajurit tersebut dipakai oleh para abdi dalem Kraton Yogyakarta pada saat acara-acara penting. Salah satunya saat mengawal Gunungan Garebeg dari Kamendhungan Utara menuju Masjid Gedhe Keraton. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masjid itu sudah eksis bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Baca SelengkapnyaBahasa Bugis adalah salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan di Indonesia. Bahasa ini juga terdiri dari berbagai macam dialek.
Baca SelengkapnyaKesenian budaya Reog Ponorogo diwariskan secara turun-temurun di kampung ini.
Baca SelengkapnyaRumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Baca SelengkapnyaDesa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Osing menawarkan pengalaman budaya yang unik dan menarik di ujung timur Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaPesona sejarah, alam, dan budaya membuat wisatawan merasakan kemegahan masa lampau sekaligus keceriaan masa kini
Baca SelengkapnyaOrang-orang Sunda yang tinggal di kampung tersebut sudah ada sejak sebelum era kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaTempat ini belum banyak diketahui. Namun di sana, terdapat tanda berupa lubang yang ditutupi secara khusus. Di sekitar area juga dikelilingi batu.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Muara Jambi menawarkan suasana liburan yang berbeda dari desa wisata lainnya, yaitu menyusuri cagar budaya Muara Jambi.
Baca SelengkapnyaDulu, kampung Prawirotaman pernah menjadi sentra batik
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merantau dan berhasil memperoleh kesuksesan di tanah rantau
Baca Selengkapnya