Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Hidup Djoewariyah Soehardi, Tokoh Palang Merah saat Agresi Militer II Belanda

Kisah Hidup Djoewariyah Soehardi, Tokoh Palang Merah saat Agresi Militer II Belanda Djoewariyah Soehardi. ©YouTube/BNPB DIY

Merdeka.com - Yogyakarta, 19 Desember 1948 pukul 05.00. Hari masih pagi saat warga dikejutkan dengan suara meraung-raung dari belasan pesawat tempur di langit Jogja. Lima menit berselang, ledakan keras terdengar dari lapangan udara Maguwo dan sejumlah bangunan penting.

Rangkaian serangan itu merupakan awal dari Agresi Militer II Belanda. Semenjak itu, pasukan Belanda mulai melancarkan serangannya menyerbu hingga ke jantung kota.

Serangan mendadak itu membuat keadaan Kota Jogja jadi kacau. Ribuan penduduk harus mengungsi ke arah selatan. Sementara itu para pemuda, pasukan laskar, dan anggota tentara nasional juga terpaksa meninggalkan kota untuk melakukan konsolidasi, untuk selanjutnya melancarkan serangan balasan secara gerilya.

Dari sekian banyak pengungsi itu ada seorang gadis bernama Djoewariyah yang saat itu tengah menginjak usia remaja. Tak mau berlarut di pengungsian, Djoewariyah memutuskan bergabung dalam kesatuan Tentara Nasional Indonesia di bawah pimpinan Komaruddin dan ikut berjuang bersama para tentara lainnya.

Dalam kesatuan itu, dia bertugas menjadi anggota tim palang merah. Secara sabar, dia merawat satu demi satu para prajurit Indonesia yang terluka akibat perang itu. Berikut kisah selengkapnya.

Berjuang di Usia Remaja

djoewariyah soehardi

©YouTube/BNPB DIY

Djoewariyah lahir pada 25 Desember 1933 di Kampung Nagan, Kota Yogyakarta. Di usianya yang masih remaja, yaitu 15 tahun, dia dan lima orang temannya bergabung dalam pasukan TNI Kesatuan Komaruddin sebagai petugas palang merah. Dalam kesatuan itu Djowariyah bertugas untuk merawat para prajurit yang terluka.

“Di sana saya memberi pertolongan pertama pada tentara yang kena tembak. Tentara yang terluka dibersihkan lukanya, dikasih perban, lalu diobati. Terus untuk mengeluarkan peluru saya ikut bawa ke Rumah Sakit Ganjuran. Setelah dirawat di sana, pihak rumah sakit biasanya tak mau menampung pasien walaupun dia masih butuh perawatan. Akhirnya kami minta penduduk yang merawatnya. Begitulah seterusnya. Tapi tak semuanya tertolong. Yang meninggal dalam perjalanan biasanya langsung dikubur di tempat,” kata Djoewariyah, mengutip dari kanal YouTube BNPB Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menjadi Seorang Kurir

djoewariyah soehardi

©YouTube/BNPB DIY

Selain terlibat di garis depan dan mengikuti pergerakan para prajurit perang gerilya, Djoewariyah juga menjadi kurir obat-obatan. Obat itu ia peroleh dari bantuan yang diberikan beberapa dokter Djawatan Kesehatan Tentara yang ada di Jogja.

Obat-obatan itu kemudian ia bawa ke beberapa lokasi yang digunakan untuk merawat para prajurit. Salah satunya adalah sebuah warung sate kambing yang berada di dalam kota.

“Kalau sebagai kurir obat biasanya tempat yang pertama kali saya tuju itu ada di Kampung Gamelan. Itu di utaranya ada warung sate kambing namanya “warung puas”. Tapi warung itu sebetulnya cuma pura-pura warung karena sebenarnya di sana adalah tempat pertolongan para gerilyawan,” kenang Djoewariyah.

Menikah dengan Seorang Polisi

djoewariyah soehardi

©YouTube/BNPB DIY

Perlawanan yang ditunjukkan para gerilyawan dan prajurit Indonesia itu membuka mata dunia dan memaksa Belanda untuk angkat kaki seutuhnya dari Kota Yogyakarta. Peristiwa ini disambut dengan suka cita oleh seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali Djoewariyah.

Setelah perang usai, Djoewariyah kembali ke rumahnya dan menjalani aktivitas dengan membantu orang tuanya. Pada akhir 1951, Djoewariyah bertemu dengan anggota Polisi Brimob bernama Soehardi. Pada tahun berikutnya, mereka berdua menikah dan dikaruniai enam orang anak.

Nasihat Djoewariyah pada Generasi Muda

djoewariyah soehardi

©YouTube/BNPB DIY

Di usianya yang telah senja, Djoewariyah masih tampak sehat. Djoewariyah mengatakan, rahasia sehatnya adalah berolahraga secara rutin dan melakukan pekerjaan apapun tanpa bantuan orang lain. tak ketinggalan, dia juga menyampaikan pesan menyentuh kepada generasi muda saat ini.

“Kemerdekaan kita ini tidak dihadiahi oleh negara-negara lain. Namun dicapai dengan menaruhkan jiwa dan raga para pahlawan yang sekarang sudah gugur. Maka kita yang sekarang bisa menikmati harus menghargai jerih payah para pahlawan itu karena beliau belum bisa menikmatinya. Semoga kita-kita ini bisa betul-betul memanfaatkan kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif,” kata Djoewariyah dikutip Merdeka.com dari kanal YouTube BNPB DIY pada Selasa (8/6). (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media

Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya
Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa
Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa

Banyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong.

Baca Selengkapnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya

Namanya diabadikan jadi nama rumah sakit hingga kampus di Jember.

Baca Selengkapnya
Sosok Djohan Sjahroezah, Pejuang Pergerakan Bawah Tanah Era Revolusi Indonesia asal Muara Enim
Sosok Djohan Sjahroezah, Pejuang Pergerakan Bawah Tanah Era Revolusi Indonesia asal Muara Enim

Selama berkecimpung di ranah perpolitikan, Djohan dikenal dengan pergerakan bawah tanahnya.

Baca Selengkapnya
Kisah Bu Dar Mortir, Jadi Pahlawan Nasional Berkat Sediakan Makanan untuk Prajurit
Kisah Bu Dar Mortir, Jadi Pahlawan Nasional Berkat Sediakan Makanan untuk Prajurit

Ia tidak mengangkat senjata, tapi perannya sangat besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Puluhan Sukarelawan Indonesia Dilatih Militer Mesir Untuk Lawan Israel & Sekutunya
Puluhan Sukarelawan Indonesia Dilatih Militer Mesir Untuk Lawan Israel & Sekutunya

Ada 50 orang relawan dari Indonesia yang siap bertempur. Mereka telah dilatih dan dipersenjatai.

Baca Selengkapnya
Herlina Kasim, Satu-satunya Perempuan Dalam Operasi Trikora
Herlina Kasim, Satu-satunya Perempuan Dalam Operasi Trikora

Wanita ini pernah diberikan emas oleh Soekarno, namun ditolak mentah-mentah.

Baca Selengkapnya
Kisah Cinta Perwira TNI & Gadis Palang Merah Berujung Tragis
Kisah Cinta Perwira TNI & Gadis Palang Merah Berujung Tragis

Kisah cinta dua anak muda yang berjuang ini terhalang agresi militer Belanda I.

Baca Selengkapnya
Kisah Pelajar SMP Madiun Melawan Kolonial Belanda, Tertembak di Halaman Sekolah
Kisah Pelajar SMP Madiun Melawan Kolonial Belanda, Tertembak di Halaman Sekolah

Pelajar SMP Madiun tak gentar melawan penjajah. Di tengah kesulitan yang dihadapi, mereka tetap berjuang

Baca Selengkapnya
Kesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan
Kesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan

Berikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.

Baca Selengkapnya
Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan
Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan

Ipar Pangeran Diponegoro ini bikin pihak lawan kewalahan. Bahkan, pihak lawan mengerahkan ribuan pasukan hingga mengadakan sayembara untuk mengalahkan sosoknya.

Baca Selengkapnya
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II

Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.

Baca Selengkapnya